Di balik kehidupan mereka yang penuh bahaya dan ketegangan sebagai anggota organisasi rahasia, Alya, Alyss, Akira, dan Asahi terjebak dalam hubungan rumit yang dibalut dengan rahasia masa lalu. Alya, si kembar yang pendiam namun tajam, dan Alyss, yang ceria serta spontan, tak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan berubah drastis setelah bertemu Akira dan Asahi, sepupu yang memimpin di tengah kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azky Lyss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Setelah Acara
Malam acara kampus itu berakhir dengan meriah. Semua mahasiswa terlihat puas dan bersemangat, tertawa dan berbagi cerita tentang momen-momen lucu dari pertunjukan. Alya dan Asahi merasa bangga atas penampilan mereka, meskipun ada sedikit rasa lega karena semuanya telah berjalan dengan baik.
Setelah acara, Alya dan Asahi memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman mereka di kafe dekat kampus. Suasana di dalam kafe itu hangat, dengan lampu-lampu lembut yang menciptakan suasana santai. Mereka semua duduk bersama di satu meja besar, memesan berbagai makanan ringan dan minuman.
“Pertunjukan kalian benar-benar keren! Aku tidak bisa berhenti tertawa!” puji salah satu teman sekelas mereka, Reiko.
“Ya, kalian benar-benar terlihat kompak di panggung!” tambah Yuki, sambil menyodorkan sepiring camilan kepada Alya dan Asahi.
“Terima kasih, kami hanya mencoba bersenang-senang,” jawab Alya, merasakan senyumnya semakin lebar saat mendengar pujian.
Asahi, yang duduk di sebelah Alya, melihat bagaimana Alya disorot oleh perhatian teman-teman. Dia merasa bangga, meskipun ada rasa canggung yang sulit dia abaikan. Momen itu membuatnya menyadari bahwa meskipun mereka dekat, perasaan di antara mereka belum sepenuhnya berkembang.
“Kalau kita bisa tampil seperti ini setiap tahun, kita pasti akan jadi bintang kampus!” Asahi bercanda, mengangkat gelasnya untuk bersulang. Semua orang tertawa dan mengangkat gelas mereka sebagai tanda setuju.
“Sampai jumpa di acara tahun depan!” Alya berkomentar sambil tersenyum, merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman.
Setelah beberapa hari berlalu, kehidupan mereka kembali ke rutinitas normal. Kuliah, latihan, dan berbagai kegiatan lainnya menyibukkan mereka. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan antara Alya dan Asahi masih bergetar samar meskipun mereka berdua berusaha menyembunyikannya.
Suatu hari di kampus, Alya dan Alyss duduk di bangku taman saat istirahat. Mereka berdua berbagi cerita dan merencanakan proyek kelas berikutnya.
“Aku merasa ada yang berbeda antara kamu dan Asahi,” kata Alyss dengan nada iseng, menggoda Alya. “Kamu tidak bisa menyembunyikan perasaanmu dariku!”
“Tidak ada yang berbeda!” jawab Alya cepat, tetapi dia tidak bisa menahan senyumnya. “Kami hanya teman baik.”
“Teman baik? Lalu mengapa kamu selalu tersenyum setiap kali dia lewat?” Alyss menekankan, membuat Alya semakin salah tingkah. "Kita ini kembar loh. Kau tidak bisa membohongiku. "
“Baiklah, mungkin ada sedikit rasa ketertarikan,” akui Alya pelan, matanya menyala dengan rasa malu. “Tapi aku tidak ingin terburu-buru.”
“Bukan hal yang salah untuk merasakan itu, Alya. Kita masih muda, dan ini adalah waktu yang tepat untuk menemukan cinta,” Alyss memberikan nasihat sambil tersenyum penuh pengertian.
Di sisi lain kampus, Akira dan Alyss sedang duduk bersama di sebuah sudut yang tenang, merencanakan tugas kelompok. Akira, yang cerdas dalam teknologi dan strategi, memberikan tips kepada Alyss tentang cara belajar yang efektif.
“Jangan hanya belajar untuk ujian, tetapi pahami juga konsep di baliknya. Dengan cara itu, kamu akan lebih siap untuk menghadapi apa pun,” kata Akira sambil menyusun catatan.
Alyss mengangguk, tetapi pikirannya melayang pada kedekatan mereka. “Kau selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik, Akira. Terima kasih,” ujarnya sambil tersenyum tulus.
Akira tersenyum kembali, merasakan hatinya berdebar sedikit lebih cepat. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan untuk membantu teman,” jawabnya, berusaha terdengar santai meskipun ada rasa hangat di dalam dirinya.
Suatu sore setelah kuliah, saat matahari mulai terbenam, Asahi pergi ke taman kampus untuk berlatih dengan motornya. Dia berlatih beberapa trik dan gerakan baru untuk memperbaiki kemampuannya. Di tengah latihan, dia melihat Alya berjalan-jalan di taman bersama Alyss.
Dengan rasa percaya diri yang baru, Asahi memutuskan untuk mendekati mereka. “Alya! Alyss! Apa yang kalian lakukan di sini?” teriaknya sambil melaju dengan motor.
“Aku dan Alyss hanya berjalan-jalan. Kamu latihan apa?” jawab Alya sambil tersenyum.
“Sedikit latihan dengan motorku. Mau lihat?” Asahi menawarkan dengan semangat, berharap bisa menunjukkan kemampuannya.
Alya mengangguk, merasa terkesan dengan usaha Asahi. “Tentu, tunjukkan!”
Asahi melakukan beberapa trik dengan motor, membuat Alya dan Alyss bertepuk tangan dan bersorak. Alya terpesona melihat kemampuan Asahi dan tidak bisa menahan rasa kagumnya.
“Wow, kamu benar-benar hebat, Asahi!” puji Alya, matanya bersinar penuh kekaguman.
Asahi merasa bangga dan sedikit bersemangat. “Terima kasih! Tapi aku hanya berlatih. Aku ingin menjadi lebih baik,” jawabnya, berusaha terlihat rendah hati meskipun di dalam hati, dia sangat senang.
Setelah latihan, mereka duduk di bangku taman, mengobrol santai tentang berbagai hal, mulai dari hobi hingga rencana masa depan. Momen itu terasa nyaman dan alami, dan Asahi mulai merasakan ketertarikan yang lebih dalam terhadap Alya meskipun dia tahu bahwa perasaan itu belum sepenuhnya terungkap.
“Seru juga berlatih bareng kalian,” kata Asahi, mencoba menciptakan suasana yang lebih santai. “Mungkin kita bisa melakukannya lagi nanti.”
“Ya, pasti! Kita bisa mengatur waktu,” Alya menjawab, merasa senang bisa berbagi momen seperti itu.
Begitu hari berakhir, mereka masing-masing pulang dengan perasaan campur aduk, menantikan momen-momen baru yang akan datang sambil menyadari bahwa hubungan mereka masih dalam tahap awal. Akira dan Alyss, di sisi lain, mulai merasakan kedekatan yang lebih dalam, meskipun mereka berusaha menyimpannya di bawah permukaan.