Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 15
Setelah keluar dari rumah sakit. Mereka kembali ke arah rumah milik Devan. Selama perjalanan, Aira hanya diam. Matanya menikmati jalan yang dilalui. Karena merasa lelah. Aira tertidur.
Sebuah bunyi ponsel terdengar sedikit keras. Aira agak terganggu mendengar dering itu. Devan yang sedari tadi memperhatikan istrinya tertidur. Dengan segera ia memasang earphone bluetooth dan mengangkatnya.
"Halo, ada apa Jak?" Tanya Devan dengan suara sedikit pelan.
"....."
"Apa? Bagaimana bisa!" Devan nyaris berteriak ketika mendengar kabar.
"Baik. Sekarang kamu siapkan keperluannya. Aku akan menyusul langsung di bandara. Gunakan jet pribadi kita!" Titahnya tegas.
Devan mematikan sambungan telepon. Ia menatap gadis yang masih terlelap. Ia baru saja separuh jalan menuju rumahnya. Kini ia harus berbalik arah, menuju rumah orang tuanya.
'Mama udah sampai rumah belum ya?' tanyanya dalam hati.
Ia melirik benda bulat yang melingkar di lengan kanannya. Pukul 13.23. Devan memprediksi jika kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang.
"Halo Bit. Telpon Mama please!" Perintahnya pada ponsel pintar yang diberi nama Bit.
Ponsel canggih itu merespon suara Devan dan langsung melakukan panggilan. Terdengar nada sambung.
"Halo, iya, Nak. Apa kamu sedang dalam perjalanan pulang?" Suara Linda terdengar.
Tiba-tiba masuk suara cempreng milik adiknya.
"Halo Kak. Aku sudah lulus tahu! Mana hadiah untukku!" Teriaknya.
Aira tersentak mendengar suara Reena. "Ah ... maaf, Aira tertidur."
"Eh ... itu Kak Aira ya? Kak Aira! Aku lulus!" Teriak Reena lagi.
Aira yang belum mengumpulkan nyawanya. Agak sedikit menyipitkan matanya.
"Hei! Jangan teriak-teriak! Kau baru saja membangunkan Kak Aira!" Tegur Devan ketus, yang langsung direspon maaf dari Reena.
"Tidak apa-apa, Dik. Oh ya, kamu mau minta kado apa dari Kak Aira?" Tanya Aira dengan mimik serius.
"Hmmm ... apa yaaa?" Terdengar suara Reena yang tengah berpikir.
"Hei ... sudah nanti saja ngobrol hadiahnya. Sekarang berikan ponselnya pada Mama!" Perintah Devan pada adiknya yang terkenal cerewet itu.
"Iya, ada apa, Nak?" Kini terdengar suara lembut sang mama.
"Ma, bisa tidak untuk sementara waktu Devan menitip Aira?" Pinta Devan to the poin.
"Hah ... ada apa Nak? Tentu saja bisa!? Tapi kenapa? Bukannya tadi kau ingin mengajukan cuti?" Tanya Linda cemas.
"Perusahaan kita yang di Singapura tengah ada masalah, Ma. Dan itu cukup rumit, bisa memakan hitungan minggu bahkan bisa sebulan," jelas Devan sambil matanya tetap fokus pada jalan yang dilalui.
"Baiklah, bawa istrimu kesini. Lagi pula untuk apa kau meminta ijin segala," ujar Linda menenangkan putranya.
"Baiklah. Makasih, Ma," ujar Devan.
"Jadi kita ke rumah Mama, Tu ... ehm M-mas," Aira belum terbiasa memanggil Devan dengan sebutan yang pria itu minta.
"Iya, kita ke rumah Mama. Kamu nggak apa-apa kan tinggal dulu di sana?" Tanya Devan hanya sekilas melihat istrinya, selebihnya ia tetap fokus pada jalan yang mereka lalui.
"Aira tidak bawa salin, banyak," cicitnya pelan.
"Aku suruh Bik Yuyun untuk membawakan baju ganti. Tadi aku sudah menyuruhnya ke rumah kita," jelas Devan yang masih fokus pada jalan.
Aira diam menurut. Tak selang beberapa lama. Mereka sampai depan rumah.
"Aku tak bisa mengantarmu masuk. Apa tidak apa-apa?" Tanya Devan sambil melepas sabuk pengaman miliknya dan juga Aira.
"Ti-dak apa-apa T ... M-mas," ujar Aira.
"Tunggu!" Devan menahan lengan Aira yang hendak keluar dari mobil.
Aira mengurungkan niatnya untuk langsung keluar. Ia menatap wajah Devan, sang suami. Mata mereka saling mengunci. Devan mengelus lembut pipi Aira.
"Ini, Aku belikan kau ponsel baru, sudah kutaruh juga nomorku di sana," ujar Devan memberikan sebuah kotak berisi ponsel.
"Ponsel lamamu, kubuang," seakan tahu wajah bingung istrinya yang menatap benda di tangannya kini.
"SIM card-mu juga sudah kumasukkan di sana," jelas Devan lagi.
Aira hanya menghela napas pelan. "Terima kasih ... T-mas."
"Telepon Aku jika ada apa-apa denganmu," Aira mengangguk.
"Aira!" Gadis itu mendongak menatap wajah suaminya. Sedari tadi Aira hanya diam tertunduk mendengar penjelasan Devan. Pria itu masih belum.menemukan binaran yang ia cari selama ini.
CUP!
Devan ******* bibir Aira lembut. Gadis itu terkejut. Devan terus mengeksplor rongga mulut istrinya. Aira kehabisan pasokan oksigen. Devan baru melepas ciumannya. Kening mereka menyatu dan napas keduanya menderu.
Aira bisa menghirup aroma mint dari parfum yang dikenakan Devan, begitu macho dan maskulin. Lagi-lagi, pria itu ******* bibir sang istri yang kini menjadi candu baginya. Ia mengecup sekali lagi bibir istrinya.
"Tolong ... rindukan Aku," lirih Devan dan membuat perasaan Aira melambung.
Bersambung.
Aaaauuuu .... Othor pen guling-guling deh 😂😂😂
maaf othor baru update maklum baru nyari wifi
jadi boleh dong like and vote yaaa makasih
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya