HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, PASTIKAN UDAH PUNYA KTP YA BUND😙
Bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan tuntutan keluarga perihal pasangan hidup lantaran usianya kian dewasa, Kanaya rela membayar seorang pria untuk dikenalkan sebagai kekasihnya di hari perkawinan Khaira, sang adik. Salahnya, Kanaya sebodoh itu dan tidak mencaritahu lebih dulu siapa pria yang ia sewa. Terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri, hancur dan justru terikat salam hal yang sejak dahulu ia hindari.
"Lupakan, tidak akan terjadi apa-apa ... toh kita cuma melakukannya sekali bukan?" Sorot tajam menatap getir pria yang kini duduk di tepi ranjang.
"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini bagian dari pekerjaanku ... tapi perlu kau ingat, Naya, jika sampai kau hamil bisa dipastikan itu anakku." Senyum tipis itu terbit, seakan tak ada beban dan hal segenting itu bukan masalah.
Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Melangkah ragu, sejak tadi dia kian melambat dan Ibra tak mendesaknya untuk cepat-cepat. Pria itu tak melepaskan pergelangan Kanaya sedetikpun, keduanya terlihat persis seperti pasangan yang baru saja menikah beberapa bulan lalu.
"Aku sendiri saja, kau tunggu di ...."
"Tidak mau, aku walimu saat ini."
Beuuughhh!! Menyebalkan sekali. Untuk pertama kali, Kanaya dipertemukan dengan seseorang yang serumit ini. Pemaksa dan entahlah kenapa pria ini selalu melalukan apa yang ia kehendaki.
Baiklah, untuk saat ini sepertinya memang Ibra tengah berkuasa di atas segalanya. Karena sejak bertemu kembali dengannya, Kanaya tak memiliki hak untuk menolak dan bertahan dengan pilihannya.
Rumah sakit, jujur saja aroma khas tempat ini membuat jiwa Kanaya bergejolak. Takut dan tertekan, beberapa waktu terakhir dirinya memang merasakan perbedaan yang jelas dalam tubuhnya.
Mual, pusing dan lain sebagainya sudah ia rasakan bukan hanya hari ini saja. Akan tetapi benar-benar semabuk itu baru pertama kali. Aroma khas benda mewah yang menjadi sebabnya mungkin, ays sungguh dia kampungan sekali.
"Kapan terakhir kali datang bulan?"
DEG
Demi apapun baru mendengar hal itu saja Kanaya sudah berpikir sesuram itu. Dia sudah cukup dewasa, dan pertanyaan seperti ini biasanya berkaitan ke arah sana.
Belum juga dia jawab, Kanaya pura-pura menghitung dengan jemarinya. Padahal yang sesungguhnya terjadi ialah dia bingung ingin berkata apa jika fakta memang jadwal datang bulannya sudah terlewat hampir 11 hari.
"Kanaya," tegur Ibra yang kini duduk di sampingnya, sejak tadi dia menunggu jawaban Kanaya.
Sialan!! Kenapa juga dia tak mau pergi walau sebentar saja. Entahlah, jika seseorang berusaha membuat pelakunya mengetahui tentang akibat perbuatannya, kenapa kini Kanaya justru takut jika untuk mengatakan yang sejujurnya.
"Dia hamil dokter?" tanya Ibra tak sabar, kalimat tanya yang terdengar dingin dan demi Tuhan Kanaya masih dibuat bingung kenapa justru Ibra yang ngebet dia hamil.
"Benar sekali, Pak, berdasarkan hasil pemeriksaan Ibu Kanaya tengah mengan ...." Kalimat itu terpotong setelah kemudian Kanaya memperlihatkan taringnya.
"Dokter tunggu!! Apa yakin? Periksa sekali lagi, sa-saya tidak merasa kalau saya hamil!!" pinta Kanaya dengan nada sedikit memaksa, wajahnya benar-benar sepanik itu dan saat ini Ibra seakan sakit mendengar permintaan Kanaya.
"Kalaupun diperiksa lagi, hasilnya tentu akan sama," jelas wanita itu dengan sopan meski Kanaya mendadak jadi reog di hadapannya.
"Dok, bisa aja kan cuma masuk angin atau yang lainnya, Dokter asal tebak kan?" Sungguh Kanaya berharap sekali jawabanya akan berubah.
"Kanaya! Dokter tidak mungkin salah, kau memang hamil mau bagaimana lagi, dan hal itu wajar dialami seorang wanita yang telah melakukan hubungan int*im. Iya kan, Dokter?"
Woah, Ibrahim bukan sembarang Ibrahim. Kanaya memerah kala mendengar pernyataan pria ini. Kenapa bisa dia berucap semudah itu dan menganggap hamil diluar nikah adalah kewajaran, sungguh sepertinya kehidupan Ibra terlalu keras untuk dia jelajah.
"Benar sekali, selamat ya, Pak."
Siapapun yang berada di sana tentu akan mengira bahwa Kanaya dan Ibra adalah pasangam suami istri. Penampilan mereka begitu serasi, belum lagi cara Ibra yang menjaga Kanaya sejak tadi.
"Terima kasih, Dokter."
Lain halnya dengan Kanaya yang masih shock dengan hal ini, Ibra justru merasa merdeka dan puas akan hal yang ia dengar. Dia berbunga? Iya, bisa dikatakan demikian tak peduli meski dia dan Kanaya belum mengenal lama.
Runtuh!! Habis sudah, semua ketakutan Kanaya dua minggu terakhir terjadi dengan nyata. Wanita itu malu, pada dirinya sendiri dan tentu pada pria yang ada di hadapannya kini.
Mau bagaimana dia nanti, apa yang akan dikatakan orang tuanya. Betapa merdeka dan bahagianya Khaira jika dia mengetahui kehanduran Kanaya untuk kesekian kalinya.
"Pulanglah, makan malamnya kita batalkan saja." Kanaya tak lagi memiliki pikiran untuk memenuhi permintaan sang mama, sama sekali tak ada.
Wanita itu melangkah gontai, berat sekali rasanya. Lututnya seakan lemas, untuk berdiri saja seakan tak sanggup dan kini Kanaya harus tetap berjalan dengan sebaik-baiknya agar tak lebih jatuh lagi.
"Lepaskan!!" Kanaya kaget, rangkulan posesif Ibra membuatnya spontan berbuat kasar.
Pria itu sejak tadi mengerti bahwa Kanaya terpukul dengan kenyataan ini. Berbeda dengan dirinya yang justru menginginkan hal itu sejak lama, lama sekali.
"Aku hanya ingin membantumu," tutur Ibra dan tak menerima penolakan Kanaya, jika sebelumnya hanya berniat merangkul, kini pria itu justru membopong Kanaya agar langkah mereka lebih cepat.
"Turunkan aku, Ibra."
"Jangan membantah, semua ini untuk anakku, Kanaya."
Ya Tuhan, harus dengan bagaimana dia berucap jika menghadapi posisi ini. Jujur saja dia sedikit menyesal tak nekat periksa sendiri beberapa waktu lalu ketika dia mulai merasakan hal aneh dalam tubuhnya.
Jika sudah begini, mana mungkin Kanaya bisa berbuat semuanya dengan janin yang ada dalam perutnya. Sang pemiliknya begitu senang menyambutnya meski Kanaya sehancur ini mendengar kehadirannya.
TBC
Yippi Vote jika berkenan guys🤗 Aku akan usahakan up cepet tiap hari.