Diam dan nikmati saja kehidupanmu yang sekarang! Wanita miskin sepertimu bukankah hanya menginginkan harta dari orang kaya sepertiku!
Kata-kata itu yang selalu Calista dengar setiap hari dari suaminya saat ia menginginkan kebebasannya.
Calista adalah gadis miskin yang dipersunting oleh seorang tuan muda kaya raya.Namun rupanya pernikahan yang ia dambakan akan indah hanya jadi khayalannya saja.
Nyatanya dia terkurung dalam sangkar emas milik suaminya.
Hidup bergelimang harta tak membuatnya bahagia.
Hinaan, cacian,bahkan kata-**** ***** selalu Calista dengar dari mulut suaminya.
Akankah Calista bisa bebas dari jerat suaminya,akankah dia bisa keluar dari sangkar emas suaminya?
Simak kisah selengkapnya..
Haii readers,minta dukungannya ya untuk karyaku yang terbaru.Semoga karyaku yang ini bisa bersinar dan menghibur kalian semua..🫰🫰🫰🫰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30 Menolak
" Wah akhirnya kita tau identitas Bu calista,ayo yang mau mendaftar sebagai calon suami Bu calista bisa merapat." gurau host yang memandu acara tersebut.
Sontak semua orang tertawa dan bersorak atas ucapan host tersebut.Acara launching butik sudah selesai dan tanpa Calista sadari sepasang mata tengah memperhatikan dengan senyum mengembang di wajahnya.
" Haii janda,masihkan anda betah hidup seorang diri?" tanya seorang laki-laki yang berpenampilan rapih dengan setelan jas berwarna navy yang tengah berdiri disudut butik calista.
Calista tersenyum saat mendengar suara yang sangat ia kenali siapa pemiliknya.
" Hai den!" sapa Calista.
" Hanya itu?" tanya Deni sembari berjalan mendekati Calista.
Mendapatkan pertanyaan dari Deni, Calista mengerutkan keningnya.
" Lalu?" tanya Calista.
" Ck,selalu saja kaku." sungut Deni yang membuat Calista terkekeh.
Dengan percaya diri Deni meraih tangan Calista dan berlutut didepan wanita yang masih betah dan bertahan dengan kesendiriannya.
" Calista,untuk kesekian kalinya aku ingin bertanya.Maukah kamu menikah denganku,menjadi pendamping hidupku,menjalani masa tua bersamaku.Melihat anak-anak kita sukses dan berhasil dihidupnya.Menjalani sisa-sisa hidup kita dengan penuh kebahagiaan.Calista Will you marry me?" ucap Deni sembari menyodorkan kotak berwarna merah bludru yang berisi cincin berlian.
Wajah Calista langsung berubah murung begitu mendengar apa yang Deni utarakan.
Calista melepas genggamannya, berbalik badan dan sedikit menjauh dari Deni.
" Jangan terus- menerus menyakiti hatimu dengan menanyakan hal yang sama yang kamu sudah tau dengan pasti apa jawabannya Deni." ucap Calista dengan pandangan lurus kedepan,menatap hamparan bunga aster ditaman sebelah butiknya.
" Kenapa Calista? Apa kamu masih mengharapkan laki-laki itu?" tanya Deni.
" Entahlah den,aku tidak tau tapi yang jelas aku tidak mau menikah dengan siapapun.Aku tidak mengharapkannya karna dia pasti sudah bahagia dengan istri dan anak-anaknya tapi aku juga tidak berharap kepada laki-laki lain.Hidupku sudah cukup hanya ada aku dan Alisa saja." jawab Calista.
" Apakah 6 tahun tidak cukup bagimu untuk bisa melupakan dia dan menerimaku calista?" tanya Deni dengan dada yang berdenyut.
" Kamu sudah tau jawabannya den,aku mohon jangan membuatku seolah aku ini wanita yang tak berhati." ucap calista.
" Kenyataannya memang seprti itu Calista.Tapi ya sudahlah aku hargai keputusanmu tapi jangan pernah berharap aku akan berhenti sampai disini.Sampai kamu belum mendapatkan pendamping yang bisa membahagiakan kamu dan Alisa, sampai disitu juga aku tidak akan pernah berhenti untuk melupakan kamu." ucap Deni.
Setelah mengatakan itu deni menutup kontak cincinnya kemudian memasukkan lagi kedalam saku jasnya.Deni pergi tanpa permisi membawa luka hati yang kesekian kalinya.
Ini bukan kali pertama Deni mengutarakan isi hatinya pada calista,bahkan Deni sudah beberapa kali melamar calista,namun tetap saja jawaban Calista masih sama.
Calista masuk ke ruang pribadinya yang ada di butik.Duduk dikursi kebesarannya menatap sebingkai foto kecil yang selama ini tak pernah lupa ia bawa kemanapun dia pergi.
Gambar dari seorang laki-laki yang sampai detik ini masih mengisi penuh ruang hatinya.Ya,Haris itu adalah foto Haris yang diam-diam calista ambil saat mereka terakhir kali tidur bersama sebelum Haris bertunangan.
" Kamu pasti sudah bahagia dengan ananda,mungkin juga kamu sudah memiliki dua atau tiga anak." lirih Calista dengan air mata yang sudah berlinang di pipinya.
Flashback
6 tahun lalu...
" Ya ampun aku tidak pernah menyangka akan sampai ditempat ini,aku tidak memiliki siapapun dan tidak mengenali siapapun disini.Aku hanya sendirian,Tuhan bantu aku agar aku bisa bertahan dan hidup disini.Aku yakin aku bisa sukses disini dengan kerja kerasku sendiri." ucap calista.
Calista memutuskan untuk pergi ke Singapura,entah mengapa tujua utamanya adalah negara tersebut.Berbekal uang dari hasil penjualan cincin pernikahannya dengan Akbar yang masih ia simpan calista pergi dengan tekat yang cukup kuat.
" Persetan dengan mau seperti apa hidupku disini yang jelas aku sudah pergi menjauh dari Haris dan semuanya dengan membawa sepenuh hatiku yang sudah hancur ini." gumam Calista sembari menatap patung Merlion.
Calista memutuskan untuk mencari pekerjaan dari rumah ke rumah dan menawarkan diri sebagai asisten rumah tangga.
Beruntung Calista menemukan sebuah keluarga yang mau menerimanya sebagai asisten rumah tangga disana.Baru sehari bekerja sebagai asisten rumah tangga Calista mendapatkan masalah karna hampir dilecehkan oleh majikan laki-lakinya.
Calista terpaksa kabur dan saat kabur Calista bertemu dengan Deni yang tak sengaja hampir menabraknya.Dari situ awal mula perkenalan Calista dan Deni.
" Kamu sangat cantik dan juga menarik maukah kamu bekerja denganku sebagai model?" tanya Deni saat itu.
" Tapi saya tidak semenarik itu,saya tidak berbakat." ucap Calista.
" Ayolah Calista saya akan mengajari kamu,kamu pasti bisa." ujar Deni.
Berbekal kesabaran dan ketelatenan dari Deni dan teman-teman Calista mulai bekerja menjadi seorang model.Setiap hari Calista melakukan pemotretan dari satu tempat ke tempat yang lainnya.Hingga ia bisa menyewa apartemen dari hasil kerjanya.
Namun baru 3 Minggu calista bekerja mendadak Calista pingsan ditengah pemotretannya.Deni yang panik membawa Calista berobat ke dokter dan dari hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa Calista tengah mengandung dan usia kandungan menginjak 5 Minggu.
" Katakan padaku,apa kamu wanita bersuami?" tanya Deni setelah mereka pulang dari dokter.
" Tidak!" jawab Calista singkat.
" Lalu dari mana kamu bisa hamil,apa angin yang membuat perutmu berisi?" sindir Deni.
Calista terisak mendengar apa yang Deni katakan. Perlahan calista mulai menceritakan semua yang sudah terjadi kepadanya dari mulai pernikahannya dengan Akbar dan berakhir dengan Haris hingga membuatnya hamil anak dari hasil hubungannya dengan Haris.
" Jadi kamu kabur dari laki-laki itu dan dia tidak tau kalau kamu sedang mengandung benih dari hasil hubungannya kalian?" tanya Deni dengan wajah frustasi.
" Tidak dan dia tidak akan pernah tau." jawab Calista.
" Apa kamu akan menyembunyikan semua ini dari dia? Lalu bagaimana dengan status anak kamu,dia butuh sosok seorang ayah." ucap Deni.
Calista hanya diam dan tak bisa mengatakan apapun karna dia memang tidak tau akan seprti apa kedepannya.
" Menikahlah denganku,aku Janji aku akan menerima anak itu seperti anak kandungku sendiri." ucap Deni.
" Tidak den,aku tidak mau.Biarkan semuanya tetap seperti ini,aku akan merawat anak ini sendiri,biar aku menjadi ayah sekaligus ibu untuk bayi ini." ucap Calista sembari mengusap perutnya yang masih rata.
" Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Kamu tidak mungkin bekerja dalam keadaan hamil." tanya Deni.
" Peruku akan membesar setelah usai kandunganku 4-5 bulan dan selama itu aku akan tetap bekerja seperti biasa,dibulan ke 5 aku akan berhenti dari pekerjaanku dan aku akan belajar membuka usaha kecil-kecilan untuk aku bertahan hidup dan untuk membiayai perslinanku nanti." ucap Calista.
" Jangan keras kepala Calista, hidup seorang diri dengan keadaan seprti kamu ini tidak akan mudah.Ayolah aku siap menerima anak itu." ucap Deni namun Calista tetep kukuh dengan pendiriannya.
Bersambung....