Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Arsen berhenti!" teriak Naya saat motor Arsen sudah sangat dekat dengan sekolah.
Arsen hanya tersenyum dan membelokkan motornya ke sekolah. Dia sudah tidak peduli jika teman-temannya tahu dia dekat dengan Naya.
"Arsen!" Naya turun dari motor Arsen saat sudah berhenti di tempat parkir. "Kan gue udah bilang berhenti di samping sekolah."
"Duh, bawel banget."
Naya membuka helmnya dan melempar ke tangan Arsen. Lalu dia memutar langkahnya dan pergi meninggalkan Arsen. Tapi langkahnya berhenti saat ada Tika menghampirinya.
"Makin deket aja kalian berdua. Pasti udah pada ketagihan." Tika tersenyum miring.
Sedangkan Naya hanya menatap tajam Tika kemudian dia berlalu karena baginya percuma berdebat dengan Tika hanya akan menambah kekesalan di hatinya saja.
Arsen berdecih lalu dia mendekati Tika. "Kalau lo buat masalah lagi sama Naya, gue akan hancurin hidup lo!"
Tika semakin tertawa. "Kenapa lo? Udah cinta mati sama Naya? Lo mau, kalau gue sebarin foto-foto lo sama Naya waktu di klub."
"Lo pikir gue takut sama ancaman lo ini! Gue udah tahu motif lo! Lo gak mungkin punya foto gue sama Naya!" Kemudian Arsen berjalan meninggalkan Tika. Dia masih saja menggerutu. Rasanya dia ingin sekali menghajar Tika tapi dia tidak mungkin menghajar seorang perempuan.
Arsen kini masuk ke dalam kelas. Ternyata tanpa disadari sedikit-sedikit dia mulai berubah. Dia sudah tidak datang terlambat lagi dan di sekolah dia juga sudah tidak bergabung dengan teman-teman toxic yang hanya memanfaatkan kekayaannya saja.
Dia kini duduk dan menyangga kepalanya.
Nggak ada 6 bulan, gue akan lulus dari sekolah ini. Nanti setelah lulus sepertinya gue harus benar-benar berubah. Gue gak boleh terus-terusan jadi cowok gak guna gini. Gue harus menata rumah tangga gue sama Naya.
Kemudian Arsen menyugar rambutnya.
Kenapa gue malah mikirin Naya. Emang rumah tangga gue bisa bertahan sampai selama itu?
...***...
Seharian itu Naya sudah tidak sabar untuk memulai hari kerjanya yang pertama. Akankah semua berjalan dengan lancar sesuai harapannya? Ya semoga saja seperti itu.
"Nay, ayo pulang!" ajak Arsen karena Naya masih saja berjalan santai.
"Iya, iya, nunggu sepi dulu."
"Kelamaan! Gue juga mau ke bengkel." Arsen menarik tangan Naya agar mempercepat langkah kakinya.
Tanpa sadar mereka melewati Rangga yang juga sedang berjalan menuju tempat parkir.
Melihat kedekatan mereka berdua, Rangga semakin curiga, tapi dia hanya bisa menatap mereka berdua tanpa bertanya apapun.
Setelah Naya naik ke atas motor Arsen, motor itu segera melaju menuju rumah mereka.
"Lo jadi kerja di tempat Rangga?" tanya Arsen.
"Iya."
"Ya udah gak papa. Tapi berangkat dan pulang sama gue!" kata Arsen lagi.
"Lo kok ngatur!"
"Udah, pokoknya no debat! Keselamatan lo itu sekarang prioritas gue!"
"Idih, kayak slogan transportasi aja."
Arsen hanya tertawa lalu dia menghentikan motornya di depan rumahnya.
Setelah itu Naya turun dari motor Arsen lalu membuka pintu rumahnya. Dia melepas helmnya dan masuk ke dalam kamar.
"Nay, lo makan dulu." kata Arsen yang kini menyiapkan makan siang di dapur.
Naya tak menjawab. Dia berlenggang masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian setelah itu dia keluar dan duduk. "Besok langsung anterin gue ke tempat kerja aja biar gak bolak-balik. Kata Rangga nanti dapat makan siang di sana khusus untuk pelajar yang bekerja paruh waktu." kata Naya sambil mendekatkan piringnya yang sudah disiapkan Arsen. "Tumben lo nyiapin makan buat gue gini."
"Namanya orang juga bisa berubah. Ya udah besok langsung gue antar ke sana aja. Gak usah buru-buru makannya." kata Arsen. Lalu dia berdiri dan masuk ke dalam kamar.
"Lo gak makan?"
"Lo makan aja, nasinya tinggal itu. Nanti biar gue beli."
"Iya berasnya habis. Nanti aja gue beli beras. Sini makan juga, ini juga kebanyakan segini."
Setelah berganti baju Arsen kembali duduk di samping Naya.
"Ambil sendok sendiri! Gue juga gak bakal habis segini banyak." suruh Naya sambil meletakkan piring itu di tengah mereka.
Arsen mengambil sendok dan dia akhirnya makan sepiring berdua dengan Naya. Beberapa kali dia tatap Naya. Ada satu debaran yang terasa di dadanya.
Kenapa gue jadi deg-deg an gini. Tuh kan tangan gue sampai tremor. Moga aja Naya gak sadar.
"Gue udah kenyang." Naya meletakkan sendoknya lalu menatap ponselnya.
"Kenapa cuma dikit? Makan lagi." Arsen kini justru menyuapi Naya.
Tanpa sadar Naya menerima suapan dari Arsen sambil berbalas pesan dengan Rani.
Arsen jadi tersenyum sendiri karena Naya akhirnya memakannya sampai habis tanpa sadar.
"Loh kok lo jadi nyuapin gue." Naya baru tersadar di suapan terakhir. "Gue udah kenyang." Kemudian dia meminum air putih dan berdiri mengambil tas selempangnya. "Ayo, lo anter gak?"
"Iya." Setelah meminum air putih, Arsen kini berdiri dan memakai jaketnya. "Nanti lo pulang jam berapa? WA gue aja."
"Iya."
Naya kini membuka pintu rumahnya tapi tiba-tiba Arsen menarik tangannya dan mengecup singkat bibirnya.
"Semangat ya." Satu usapan lembut juga mendarat di puncak kepalanya. Kemudian Arsen keluar dari rumah.
Naya masih terdiam sambil meraba bibirnya. Lagi-lagi Arsen menciumnya tanpa permisi.
"Nay, ayo!" teriak Arsen dari luar rumah. Dia sudah mengendarai motornya dan memanasi mesin.
"Iya." Naya segera memakai helmnya lalu mengunci pintu rumahnya. Kemudian dia naik ke boncengan Arsen.
...***...
Sejak saat itu, Arsen semakin berubah. Dia lebih perhatian dan lembut pada Naya. Bahkan semua pekerjaan rumah mereka kerjakan berdua. Sepulang kerja mereka juga mengerjakan tugas bersama.
Sampai mereka mendapatkan gaji pertama mereka di hari Sabtu karena mereka gajian satu minggu sekali. Ada perasaan bangga dan senang karena akhirnya mereka bisa menghasilkan uang sendiri.
"Akhirnya, gue bisa dapatkan uang sendiri." Naya masih menatap uang hasil kerjanya itu yang dia jajar di atas ranjang.
"Iya, gue juga." Arsen memberikan gaji pertamanya itu pada Naya. "Lo aja yang pegang. Gue udah pegang buat rokok dan bensin."
"Nggak, lo pegang sendiri aja. Buat kebutuhan lo sendiri."
Arsen tetap menolak uang itu. "Ini memang gak seberapa tapi lo pegang aja." Kemudian dia merebahkan dirinya dan menatap langit-langit kamarnya.
"Lo pernah mikir gak Nay, sampai kapan pernikahan kita akan bertahan?" tanya Arsen tiba-tiba.
Naya mengernyitkan dahinya lalu menatap Arsen. "Lo mau kita pisah?"
Dengan cepat Arsen menggelengkan kepalanya. "Nggak! Bukan gitu maksud gue. Gue masih ingat dulu lo pernah bilang kalau lo mau kos sendiri setelah bisa mendapatkan uang. Apa lo beneran akan lakuin itu?"
Naya terdiam lalu memunggungi Arsen. "Gue juga gak tahu."
Kemudian tidak ada percakapan lagi di antara mereka sampai mereka tertidur.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....