Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Menguak Kebenaran
Nathan duduk berhadapan dengan ayahnya di ruang kerja yang kini terasa sunyi. Pukul dua dini hari, namun suasana malam seakan tertahan, menambah ketegangan di antara mereka. Setelah apa yang terjadi tadi malam—ancaman pria misterius itu dan keberanian Nathan untuk melawan—Adrian tahu bahwa waktu untuk menyembunyikan segalanya sudah habis. Rahasia yang selama ini ia lindungi akhirnya akan terungkap, dan tidak ada jalan kembali.
> Nathan: “Ayah… Aku harus tahu kebenarannya. Semua yang terjadi ini—ancaman, rahasia, orang-orang yang memburu kita… Apa yang sebenarnya terjadi?”
> Adrian, menghela napas: “Baiklah, Nak. Ini bukan sesuatu yang mudah untukmu dengar, tapi kau pantas tahu. Rahasia ini berawal dari ibumu.”
Nathan tersentak mendengar kata-kata itu. Selama ini, ibunya selalu menjadi bayang-bayang, sosok yang hanya ia kenal dari cerita-cerita singkat Adrian. Namun sekarang, Nathan mulai menyadari bahwa sosok itu menyimpan kebenaran yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.
---
> Adrian, suaranya bergetar: “Ibumu adalah seorang ilmuwan yang jenius, jauh melampaui zamannya. Dia terlibat dalam penelitian yang sangat penting, tapi berbahaya. Itu sebabnya ia selalu dirundung bahaya.”
> Nathan, bingung: “Penelitian? Apa yang dia teliti, Ayah?”
> Adrian: “Dia… meneliti sesuatu yang bisa mengubah kehidupan manusia selamanya—sebuah teknologi yang memungkinkan manipulasi pikiran. Itu adalah proyek besar yang disebut ‘Genesis’. Penelitian itu menarik perhatian banyak pihak, termasuk organisasi rahasia yang menginginkannya untuk tujuan kelam.”
Nathan merasakan hawa dingin merayap di tubuhnya. Manipulasi pikiran? Hal itu terdengar seperti cerita fiksi ilmiah yang tidak nyata, namun melihat keseriusan di wajah Adrian, ia tahu bahwa ini lebih dari sekadar khayalan.
> Nathan, berusaha tenang: “Jadi… mereka mengincar kita karena teknologi itu?”
> Adrian: “Benar. Saat ibumu menyadari betapa berbahayanya proyek itu, dia memutuskan untuk menghentikan penelitiannya. Namun, orang-orang itu tidak terima. Mereka mulai mengejarnya… dan akhirnya, mereka memburumu, Nathan.”
Nathan terdiam, mencerna semua yang baru saja ia dengar. Ia merasa marah dan bingung. Kenapa ayahnya tidak memberitahu lebih awal? Kenapa ia harus tumbuh tanpa mengetahui ancaman yang selalu mengintainya?
---
Adrian berdiri, berjalan ke arah jendela, mengingat kembali hari-hari kelam di masa lalunya.
> Adrian, lirih: “Ibunya tidak punya pilihan lain selain menghilang, meninggalkan kita untuk melindungi teknologi itu dan, yang lebih penting… untuk melindungi kamu, Nathan. Dia yakin kau memiliki kemampuan yang diwariskan darinya, dan jika organisasi itu mengetahui hal ini, mereka akan memburumu sampai akhir hayatmu.”
> Nathan: “Jadi… ini sebabnya mereka tahu tentang aku? Karena aku… anak dari ilmuwan yang menciptakan teknologi itu?”
> Adrian: “Ya. Kau anak dari seorang ilmuwan jenius yang berusaha menciptakan masa depan yang lebih baik, tetapi pada akhirnya kau terjebak dalam bayangan yang sama. Mereka mengincar kemampuanmu, Nathan. Kemampuanmu yang mereka percaya bisa membuka rahasia teknologi itu.”
Nathan merasa beban yang sangat berat di bahunya. Selama ini, ia hanya seorang anak yang berusaha mengenal ayahnya lebih baik, namun kenyataannya ia adalah bagian dari cerita yang jauh lebih besar.
---
Suasana menjadi semakin tegang saat Nathan mencerna pengakuan ini. Pikiran Nathan berputar, mencoba memahami risiko dan bahaya yang kini lebih nyata dari sebelumnya. Namun, ia menyadari sesuatu yang penting.
> Nathan: “Ayah, jika mereka sudah tahu bahwa aku bagian dari proyek ini, maka mereka tidak akan berhenti sampai aku memberikan apa yang mereka inginkan, bukan?”
> Adrian: “Benar. Itulah sebabnya aku terus menyembunyikanmu, mengatur setiap aspek kehidupanmu, berharap mereka tidak menemukan petunjuk tentang siapa dirimu sebenarnya.”
Nathan menatap ayahnya, matanya penuh tekad.
> Nathan: “Kalau begitu, kita harus menemukan cara untuk melawan mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan hidup kita, Ayah. Jika aku punya kemampuan seperti yang mereka pikirkan, maka aku akan menggunakannya untuk melindungi kita.”
---
Adrian dan Nathan duduk bersama, mencoba menyusun rencana. Adrian membuka berkas-berkas yang selama ini disimpannya, dokumen lama yang berisi penelitian ibunya. Di dalam berkas itu terdapat kode-kode kompleks dan diagram yang sulit dimengerti, namun Nathan memperhatikan setiap detail dengan seksama.
> Nathan: “Jadi, ini hasil kerja ibu? Teknologi manipulasi pikiran…”
> Adrian: “Ya. Tapi ini hanya sebagian. Sebagian besar kode dan formula hilang bersamanya.”
> Nathan: “Apakah kita bisa menggunakannya sebagai ancaman balik? Jika mereka tahu bahwa kita memiliki sebagian dari proyek ini, mungkin kita bisa mengendalikan situasi.”
Adrian menatap Nathan dengan kagum. Anak ini memang memiliki kecerdasan yang luar biasa, mirip dengan ibunya. Tapi ia juga tahu bahwa ini adalah langkah berisiko.
> Adrian: “Kita bisa mencoba, tapi ingat, Nathan. Kita berurusan dengan orang-orang yang tidak memiliki belas kasihan. Mereka akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuan mereka.”
> Nathan: “Aku mengerti, Ayah. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka menang begitu saja. Aku siap untuk menghadapi mereka.”
---
Tiba-tiba, telepon di meja Adrian berdering. Suara dari ujung sana terdengar dingin dan penuh ancaman.
> Suara Misterius di Telepon: “Adrian, sepertinya kau sudah membuat keputusan untuk melawan kami, ya? Kau benar-benar berani, bahkan melibatkan anakmu. Kau tidak akan bisa lari, dan sekarang, kita hanya tinggal menghitung waktu sampai semua milikmu runtuh.”
Nathan mendengarkan suara itu, menyadari bahwa inilah musuh yang selama ini menghantui keluarganya.
> Nathan, marah: “Jangan anggap remeh kami! Kami tidak akan menyerah begitu saja.”
Telepon ditutup dengan suara tawa sinis dari pria itu. Nathan dan Adrian berdiri dalam keheningan, keduanya tahu bahwa pertarungan ini baru saja dimulai. Nathan menatap ayahnya, lalu berkata dengan penuh tekad.
> Nathan: “Ayah, ini adalah saatnya kita melawan mereka. Aku tidak akan berhenti sampai mereka tahu bahwa kita lebih kuat dari yang mereka kira.”
Dengan ketegangan yang terus meningkat dan musuh yang semakin mendekat, Nathan dan Adrian kini berdiri di garis depan, bersiap untuk mempertahankan rahasia keluarga mereka. Namun, dengan ancaman yang kini semakin nyata, akankah mereka berhasil atau justru dihancurkan oleh organisasi misterius tersebut?
Suara langkah kaki terdengar mendekat di luar ruangan mereka, membuat Adrian dan Nathan saling berpandangan dengan tegang. Apakah mereka akan mampu bertahan dari serangan yang akan datang?