Mengisahkan tentang perjalana kehidupan seorang anak bernama Leonel Alastair yang berasal dari keluarga Von Adler. Kecintaannya pada musik klasik begitu melekat saat dia masih kecil, demi nama keluarga dan citra keluarganya yang sebagai musisi.
Leonel menyukai biola seperti apa yang sering dia dengarkan melalui ponselnya. Alunan melodi biola selalu membawanya ke masa masa yang sangat kelam dalam hidupnya.
Namun perlahan seiringnya waktu berjalan, kehidupan dan minatnya berubah. Dengan bantuan seorang kakak angkat Raehan dia memiliki tujuan baru, dengan tujuan tersebut dia bertemu seseorang yang menempati hatinya.
Bromance!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: "Langkah Awal Menuju Impian"
Setelah acara yang penuh emosi itu, hidup Leonel kembali pada rutinitasnya. Namun, kali ini ia merasakan kelegaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Beban masa lalu telah berkurang, dan rasa damai memenuhi hatinya. Suatu pagi, ketika sedang duduk di mejanya untuk menulis, ia menerima email dari seorang penerbit besar yang tertarik menjadikan bukunya sebagai adaptasi film. Ini adalah kesempatan yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Leonel terdiam beberapa saat, merenungi perjalanan yang telah ia lalui untuk mencapai titik ini. Ia pernah merasa tak dianggap, tak punya arti—namun kini, ia punya suara yang bisa didengar banyak orang. Tanpa ragu, ia menyetujui tawaran itu.
Proses Produksi dan Tantangan Baru
Proses produksi film itu membawa tantangan yang baru bagi Leonel. Sebagai penulis, ia diundang untuk berkontribusi dalam pembuatan skenario dan bekerja sama dengan sutradara serta tim produksi. Ia terjun langsung untuk memastikan kisah hidupnya diceritakan dengan kejujuran dan kepekaan. Julian, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya, selalu ada di sisinya sebagai pendukung setia. Setiap kali Leonel merasa lelah atau ragu, Julian selalu mengingatkannya bahwa ia sudah berjalan sejauh ini dan punya banyak orang yang percaya padanya.
Namun, tidak semua orang menyambut karyanya dengan baik. Kritik tajam dari beberapa pihak membuat Leonel meragukan kembali keputusannya. Di salah satu malam produksi yang berat, ia duduk di ruangan editing, melihat ulang potongan-potongan filmnya dengan perasaan campur aduk. Ada adegan yang menggambarkan masa lalunya dengan Julian, termasuk saat-saat sulit yang pernah mereka lalui bersama. Melihatnya, ia merasa getir, namun juga bersyukur karena ia berhasil melewatinya.
Di tengah keraguannya, Raehan, kakaknya, menelepon. Raehan, yang kini sudah mendukung penuh keputusan Leonel, memberikan nasihat yang menguatkan hatinya.
"Kamu sudah sampai sejauh ini, Nel. Semua orang yang menonton film ini butuh melihat kebenaran yang kamu bawa. Jangan biarkan keraguan menghentikanmu. Kamu adalah inspirasi."
Dengan semangat baru, Leonel kembali fokus pada proyeknya. Setiap hari, ia menuangkan seluruh jiwanya dalam produksi film itu. Film tersebut tidak hanya menjadi karya besar dalam hidupnya, tetapi juga pengingat tentang betapa berartinya perjuangan yang selama ini ia lalui.
Pemutaran Perdana dan Pengakuan
Setahun kemudian, tibalah hari pemutaran perdana film adaptasi bukunya. Malam itu, Leonel berdiri di karpet merah bersama Julian, Raehan, dan keluarganya yang kini sudah mulai lebih terbuka terhadapnya. Ia menyaksikan orang-orang yang pernah meragukan dan mengabaikannya kini berdiri di sana, mengapresiasi hasil kerja kerasnya.
Saat lampu bioskop padam dan layar mulai menampilkan kisah hidupnya, Leonel merasa jantungnya berdebar. Ia kembali merasakan semua emosi yang ia alami selama proses penulisan dan pembuatan film ini. Beberapa penonton terisak, sebagian lagi terdiam dalam hening, terhanyut dalam kisah Leonel yang penuh liku.
Setelah film selesai, penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah. Leonel berdiri di sana, matanya berkaca-kaca, merasa seolah seluruh perjalanannya mendapatkan penghargaan yang pantas. Malam itu, ia mendapatkan banyak ucapan selamat dan pelukan hangat dari orang-orang terdekat, termasuk ibunya yang dengan tulus meminta maaf lagi atas segala kesalahpahaman di masa lalu.
Awal Baru yang Penuh Harapan
Film itu tidak hanya mengubah hidup Leonel, tetapi juga membuka jalan baginya untuk menjadi seorang motivator dan pembicara yang menginspirasi. Ia terus menulis, berkeliling ke berbagai kota, dan berbicara di hadapan ribuan orang tentang pentingnya menerima diri sendiri dan tidak takut untuk meninggalkan masa lalu yang menyakitkan.
Leonel tidak hanya membuktikan dirinya kepada dunia, tetapi juga kepada dirinya sendiri. Ia mengerti bahwa perjalanan menuju kebahagiaan bukanlah hal yang instan, tetapi sebuah proses yang panjang dan berliku. Bersama Julian dan orang-orang yang mencintainya, ia melangkah menuju masa depan dengan harapan yang lebih besar dan keyakinan bahwa ia mampu menjalani setiap rintangan.
Epilog: Cahaya yang Tak Padam
Suatu malam, setelah memberikan seminar di sebuah kota kecil, Leonel duduk di tepi pantai, memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit. Julian duduk di sebelahnya, menatap langit dengan kagum.
“Kita sudah berjalan jauh, ya?” kata Leonel sambil tersenyum.
Julian mengangguk, tersenyum hangat. “Dan ini baru permulaan. Kamu punya banyak lagi cerita yang bisa kamu bagikan, Nel.”
Leonel menghela napas, memandang ke arah cakrawala. Ia tahu bahwa hidupnya telah berubah, dan ia siap untuk menerima segala kemungkinan yang akan datang.
“Ya, dan aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya,” jawabnya sambil menatap masa depan yang kini tampak lebih cerah dan penuh dengan harapan.
Dengan keyakinan penuh, Leonel menatap lautan luas di depannya. Masa lalunya mungkin penuh dengan bayangan, tetapi masa depannya kini adalah cahaya yang takkan pernah padam.