Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Jalan Menuju Penemuan Diri
Minggu-minggu berlalu, dan aku semakin terbenam dalam hidup Arya. Setiap hari, aku berusaha menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadiku, sambil tetap menggali lebih dalam tentang diri Arya. Namun, aku menyadari bahwa pencarian ini bukan hanya tentang memahami Arya, tetapi juga tentang menemukan siapa aku di dalam semua ini. Keterhubungan antara kami seolah menjadi sebuah perjalanan yang tak terpisahkan.
Saat berada di kantor, aku mendengar gosip-gosip dari rekan-rekan tentang kehidupan pribadi Arya. Mereka membicarakan tentang betapa berbakatnya dia dalam pekerjaan, tetapi di balik kesuksesannya, mereka juga merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Perasaan itu tak hanya aku rasakan; sepertinya seluruh tim menyadari bahwa Arya tidak sepenuhnya hadir. Namun, tidak ada yang tahu betapa dalamnya perjuangannya untuk menemukan makna di balik semua yang terjadi.
Ketika aku menyelami catatan-catatan dalam jurnalnya, aku menemukan satu halaman yang sangat menarik perhatian. Di sana, Arya menulis tentang pengalamannya melakukan perjalanan ke sebuah tempat yang sangat ia cintai. "Aku pergi ke pegunungan, tempat yang selalu memberiku ketenangan. Saat berjalan di antara pepohonan, aku merasa lebih dekat dengan diriku yang sejati. Di sana, aku bisa mendengar suara hatiku lebih jelas," tulisnya.
Mendengar hal itu, aku merasa tergerak untuk melakukan sesuatu yang sama. Aku memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membantuku menemukan ketenangan dan mengerti lebih banyak tentang diri Arya—dan diriku sendiri. Dengan tekad itu, aku mencari tempat yang cocok untuk retreat, di mana aku bisa merenung dan menyelami perasaan yang mendalam.
---
Setelah melakukan riset, aku menemukan sebuah tempat di pinggir kota, sebuah retreat spiritual yang terkenal dengan keindahan alamnya. Tanpa ragu, aku mendaftar dan merencanakan untuk menghabiskan akhir pekan di sana. Pada hari keberangkatan, rasa antusiasme dan cemas menggelayuti pikiranku. Apakah aku akan menemukan jawaban yang kucari?
Sesampainya di retreat, suasana tenang dan damai menyambutku. Pepohonan hijau yang menjulang tinggi, suara burung berkicau, dan aroma segar dari bunga-bunga membuatku merasa seolah aku baru saja memasuki dunia yang berbeda. Setiap langkahku terasa ringan, seolah membawa beban berat di pundak ini.
Retreat dimulai dengan sesi meditasi yang dipimpin oleh seorang guru spiritual. Dia mengajarkan kami untuk melepaskan semua pikiran dan fokus pada pernapasan. Di tengah keheningan, aku merasakan ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Saat menutup mata, aku teringat pada perjalanan hidup Arya, semua pertanyaan dan ketidakpastian yang mengelilinginya.
Setelah sesi meditasi, kami berkumpul untuk berbagi pengalaman. Aku bercerita tentang pencarian jati diri Arya, bagaimana ia berjuang untuk memahami perasaannya sendiri. Beberapa peserta lain memberikan pandangan mereka, dan aku merasa ada benang merah di antara kami; semua orang memiliki kisah dan pencarian mereka masing-masing.
"Seringkali, kita terjebak dalam harapan dan ekspektasi orang lain," kata seorang wanita paruh baya. "Mencari diri sendiri kadang berarti melepaskan apa yang diharapkan orang lain terhadap kita. Cobalah untuk jujur pada diri sendiri, dan jangan takut untuk mengeksplorasi apa yang membuatmu bahagia."
Kata-katanya menggugah pikiranku. Dalam pencarianku untuk memahami Arya, aku juga harus menemukan kebahagiaanku sendiri. Mungkin semua ini adalah tentang menjadi otentik, tentang tidak membiarkan harapan orang lain menghalangi jalan yang sebenarnya ingin kutuju.
---
Hari kedua di retreat, aku diberi kesempatan untuk melakukan hiking di sekitar pegunungan. Saat berjalan melewati hutan yang rimbun, aku merasa terhubung dengan alam, seolah ada energi positif yang mengalir dalam diriku. Selama perjalanan, aku terus berpikir tentang apa yang sebenarnya aku cari.
Ketika tiba di puncak, pemandangan yang membentang di hadapanku membuatku terpesona. Lembah hijau, aliran sungai yang berkilauan, dan langit biru yang cerah menciptakan pemandangan yang luar biasa. Dalam momen itu, aku merasa seolah semua pertanyaan yang ada dalam pikiranku menemukan jawabannya.
Di puncak itu, aku merasa seakan Arya ada bersamaku. Sebuah suara dalam diriku berkata, "Jadilah dirimu sendiri, temukan apa yang membuatmu hidup." Aku ingat semua tulisan dalam jurnalnya, bagaimana ia berjuang dan mencari arti di balik kehidupan yang ia jalani.
Setelah beberapa saat merenung, aku mulai menuliskan pengalaman ini dalam catatan kecil. Kata-kata mengalir deras, menggambarkan betapa pentingnya perjalanan ini bagiku. Ketika kembali ke retreat, aku merasa lebih ringan.
---
Pada malam terakhir, kami melakukan sesi penutupan yang penuh emosi. Semua peserta berkumpul, saling berbagi pengalaman dan pelajaran yang didapat. Ketika giliranku tiba, aku mengungkapkan rasa terima kasih atas pengalaman ini dan bagaimana aku mulai memahami betapa pentingnya menerima diri sendiri dan perjalanan yang telah aku lalui.
"Terima kasih telah mengingatkan saya bahwa kita semua berjuang dengan pertanyaan yang sama. Dalam pencarian kita, kita bisa menemukan makna hidup yang lebih dalam," kataku, menatap mata peserta lain yang juga merasakan perjalanan ini.
Ketika kembali ke rumah, aku merasa siap untuk melanjutkan hidup Arya dengan lebih memahami diri sendiri. Seolah-olah, perjalanan di retreat ini telah memberikan kunci untuk membuka beberapa pintu yang selama ini tertutup. Ketenangan yang kutemukan di puncak gunung bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk Arya.
Dengan semangat baru, aku bertekad untuk melanjutkan pencarian ini, bukan hanya untuk memahami Arya lebih dalam, tetapi juga untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki dalam hidupku. Kini, aku tahu bahwa setiap langkah yang kuambil adalah bagian dari perjalanan menemukan siapa aku dan siapa Arya sebenarnya.