setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeratan kegelapan (2)
…Arka terkejut saat serangan makhluk itu nyaris menghantamnya. Dalam sepersekian detik, ia melempar tubuhnya ke samping, nyaris terguling, hanya untuk menghindari cakar tajam yang mengiris udara di dekatnya. Serangan itu begitu cepat, dan Arka dapat merasakan angin tajam menggores kulitnya, menunjukkan betapa mematikannya makhluk ini.
Dengan jantung berdegup kencang, Arka bangkit berdiri, berusaha mengatur napas. Makhluk itu menatapnya tajam, tatapannya penuh kebencian dan haus darah. Tentu saja, makhluk ini bukanlah sembarang musuh. Ada sesuatu yang sangat kelam dan berbahaya dalam dirinya, aura yang memancarkan ancaman yang nyata.
Arka menggenggam senjatanya lebih erat, menyadari bahwa ia harus berpikir cepat jika ingin bertahan hidup. Ia melangkah mundur beberapa langkah, mencoba menganalisis kelemahan makhluk itu, tetapi setiap gerakannya dipantau dengan seksama oleh musuhnya. Tidak ada celah sedikitpun.
"Apakah ini yang dimaksud oleh sosok misterius tadi?” pikirnya. Mungkinkah makhluk ini adalah bagian dari ujian yang harus ia lalui untuk menemukan tanda pertama?
Dengan penuh tekad, Arka memutuskan untuk menyerang terlebih dahulu. Ia maju dengan kecepatan penuh, mengayunkan senjatanya ke arah makhluk itu. Namun, tepat saat ia berpikir serangannya akan menghantam, makhluk itu melompat mundur dengan gesit, menghindari pukulannya dengan mudah.
Arka nyaris tak percaya dengan kelincahan makhluk sebesar itu. Setiap serangan yang ia lakukan dibalas dengan gerakan cepat, dan tak satu pun serangannya yang berhasil mengenai sasaran. Bahkan, semakin lama, makhluk itu tampak semakin agresif dan semakin dekat.
Tiba-tiba, makhluk itu mengayunkan cakarnya ke arah Arka, memaksanya menangkis dengan senjatanya. Guncangan dari benturan itu sangat kuat, membuat tangannya hampir lepas dari senjata. Sebelum ia sempat mengatur ulang posisinya, makhluk itu kembali menyerang, dan kali ini dengan kekuatan yang lebih besar.
Serangan demi serangan terus datang. Arka berusaha menghindar, tapi setiap kali ia mencoba melangkah ke belakang, makhluk itu semakin mendekat, mendorongnya hingga terpojok ke dinding. Dengan cepat, ia menyadari bahwa ia harus menemukan cara lain untuk mengatasi makhluk ini—kekuatan saja tidak akan cukup.
"Aku harus lebih cerdik," pikirnya. Ingatannya melayang ke beberapa pelatihan yang pernah ia lakukan sebelum terjebak dalam Sistem ini. Ia tahu ia harus memanfaatkan kecepatan dan ketangkasan untuk mengatasi musuh yang jauh lebih kuat darinya.
Arka menatap sekitar, mencari apa saja yang bisa membantunya dalam pertarungan ini. Matanya tertuju pada bebatuan yang berserakan di lantai, peninggalan dari benturan sebelumnya. Ia mengambil satu batu dan melemparkannya dengan cepat ke arah kepala makhluk itu.
Makhluk itu mendongak sesaat, terganggu oleh lemparan tersebut. Dalam momen itu, Arka meluncur maju, menghantamkan senjatanya tepat ke bagian sisi tubuh makhluk itu. Serangan itu berhasil mengenai targetnya, dan makhluk itu mengeluarkan raungan marah.
Namun, luka itu tampaknya hanya menambah kemarahan makhluk itu. Ia mengayunkan cakarnya dengan lebih liar, dan dalam satu gerakan cepat, makhluk itu berhasil meraih bahu Arka, mencengkramnya dengan erat. Rasa sakit langsung menjalar di bahu Arka, dan ia nyaris berteriak ketika cengkeraman itu semakin kuat.
Arka tahu ia hanya punya beberapa detik sebelum makhluk itu benar-benar menghancurkannya. Dengan sisa tenaga, ia mengangkat senjatanya dan menusukkan ke tubuh makhluk itu, berharap bisa melepaskan dirinya dari cengkeraman tersebut. Jeritan makhluk itu menggema di sekelilingnya, dan akhirnya, cengkeraman itu melemah, memberi Arka kesempatan untuk melarikan diri.
Ia mundur dengan napas terengah-engah, mencoba memulihkan diri dari serangan brutal tersebut. Tapi makhluk itu tidak berhenti. Dengan raungan penuh amarah, ia kembali melaju ke arah Arka, lebih ganas dari sebelumnya.
Arka merasakan tubuhnya mulai lelah, tapi ia tahu ia harus bertahan. Dengan sisa keberaniannya, ia mencoba mengatur posisi dan bersiap untuk serangan terakhir. Namun, tepat saat ia akan menyerang, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Lantai di bawah mereka bergetar hebat, dan retakan besar mulai muncul di permukaan. Makhluk itu terhenti sejenak, tampak bingung dengan getaran tersebut. Arka memanfaatkan momen ini untuk mengambil jarak. Tapi sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, lantai di bawahnya hancur, membuat mereka berdua jatuh ke bawah, ke dalam kegelapan yang tak terlihat dasarnya.
Arka merasakan tubuhnya terjatuh, angin menerpa wajahnya, sementara di sampingnya, makhluk itu juga jatuh, masih berusaha mencengkeramnya di udara. Dengan ketegangan yang semakin meningkat, Arka berusaha berpikir cepat, mencari cara untuk menyelamatkan diri di tengah kekacauan ini.
Namun, sebelum ia bisa menemukan jalan keluar, ia mendengar suara keras di bawah, dan sesaat kemudian, tubuhnya menghantam sesuatu yang keras, membuatnya terhempas ke sisi ruangan bawah tanah yang baru saja mereka masuki. Pandangannya buram, dan rasa sakit di sekujur tubuhnya hampir tak tertahankan.
Saat kesadarannya mulai kabur, Arka melihat sosok makhluk itu yang juga terbaring di dekatnya, tampak terluka namun masih hidup. Ia tahu ini belum berakhir—makhluk itu akan bangkit lagi, dan kali ini mungkin tidak ada kesempatan kedua untuknya.
Dengan kekuatan terakhirnya, ia mencoba merangkak menjauh, berharap bisa menemukan celah untuk melarikan diri, namun suara geraman rendah dari makhluk itu membuatnya berhenti.
Pandangannya semakin kabur, namun ia bisa melihat makhluk itu mulai bangkit, dengan mata yang bersinar merah, penuh amarah. Tepat sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Arka mendengar Sistem Pembalasan berbisik di dalam pikirannya, memberinya satu pesan terakhir:
> **[Sistem Pembalasan - Peringatan Terakhir: Kegagalan Misi akan Mengakibatkan Hukuman Fatal.]**
Di saat yang sama, makhluk itu mengangkat cakarnya, bersiap memberikan serangan terakhir pada Arka yang sudah tak berdaya.