"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23. Ada Cerita di Masa Lalu
Imel terlihat terkejut dan sedih saat mendengar kabar bahwa sahabat baiknya, Ratih, telah meninggal dunia akibat gagal jantung. Imel sangat tidak tega melihat sahabatnya pergi dengan cara yang sedemikian tragis.
"Yaampun, parah banget. Dulu mama kamu itu emang suka banget makan yang nggak sehat, kayak mie dan segala macem. Tante udah sering nasehatin dia, tapi mamamu yang bandel nggak mau dengar ...,"
"Dia tetep aja makan makanan-makanan itu. Kim, kamu yang sabar ya, kamu yang kuat. Ehm, oh iya papamu gimana sekarang kabarnya, sehat-sehat aja kan?" tanya Imel pada Kimberly, yang setelah Kimberly mendengar pertanyaan tersebut, langsung menundukkan kepala dengan sedih.
Dengan air mata yang ia tahan rapat-rapat agar tidak keluar, Kimberly segera membalas sedih. Suaranya terdengar bergetar. "Papa juga udah meninggal dari dua tahun yang lalu karena kecelakaan sewaktu bekerja. Pesawat yang papa kemudikan mengalami suatu masalah sampai akhirnya jatuh di laut." balas Kimberly sedih.
Air matanya kini tak dapat lagi dia tahan. Mengingat kedua orang tuanya yang sangat ia sayangi, yang sangat baik sudah meninggal dengan cara yang seperti itu membuat Kimberly sedih. Dia tidak sampai tega membayangkan bagaimana saat-saat itu. Sangat hancur pikiran dan hatinya mengingat kematian kedua orang tuanya.
Imel lagi-lagi terkejut. Dia memegang pundak Kimberly dan berkata. "Astaga, Kim. Beneran?!! mas Yoga meninggal?!! oh Tuhan, maaf Kim, Tante nggak tau. Maafin Tante buat semua pertanyaannya ya. Kamu yang sabar. Kamu sendirian dong sekarang? kamu sama siapa?" tanya Imel lagi.
Kimberly seketika terdiam. Pikirannya menerawang jauh, saat mendengar pertanyaan dari Imel, membuat Kimberly teringat akan Dania dan William. Betapa dua orang itu sudah merenggut kepercayaan dan hatinya. Membuatnya kecewa.
"Nggak papa kok Tante. Itu udah lama juga. Aku udah ikhlas dengan kepergian mereka. Ehm, sekarang aku tinggal sendirian Tante. Aku udah nikah sebenarnya, tapi beberapa hari lalu aku mutusin buat cerai dari suami aku dan hidup sendiri ...,"
"Aku nggak sama siapa-siapa lagi sekarang." balas Kimberly berusaha tegar, meskipun hatinya hancur. Matanya berkaca-kaca. Hidungnya terasa penuh karena ia menahan air matanya.
Imel segera menarik Kimberly ke dalam pelukannya. Dia menepuk-nepuk pundak Kimberly dan turut meneteskan air matanya.
"Tante nggak tau kalau hidup kamu seperti ini Kim. Dulu sewaktu Tante tau kamu, kamu adalah gadis yang periang, baik dan lucu. Kamu adalah anak yang sangat menggemaskan bikin Tante nggak kuat untuk nggak gendong kamu ...,"
"Tapi sekarang, kamu sudah dewasa. Kamu cantik, persis mamamu. Senyum kamu, wajah dan tubuh. Ratih sangat mewariskan kecantikannya padamu. Kim, Tante nggak mau tau apa sebab kamu cerai dengan suami kamu, ehm mantan. Tapi pesan dari Tante, kamu jangan sedih dan menyerah ya ...,"
"Tetep kuat dan semangat. Tante yakin kamu pasti bisa lewatin ini dengan baik. Hidup kamu masih panjang, pasti di kedepannya nanti ada beragam kebaikan yang datang ke kamu. Oh iya Kim, kamu udah punya anak belum sama mantanmu itu?
"Kalian nikah kapan?" Imel segera mengurai pelukannya, menatap kearah Kimberly dan mengusap wajahnya dengan lembut.
"Aku nggak punya anak, tan. Belum sampe punya anak aku udah cerai sama mantan aku. Ehm, ngomong-ngomong soal nasehatnya tadi, makasih ya Tan. Semua nasehat dari Tante sangat berguna buat aku ...,"
"Bikin aku sedikit lebih tenang. Aku jauh lebih kuat sekarang. Lebih percaya diri buat bisa hadapin masa depan dengan baik. Makasih ya Tan sekali lagi." ucap Kimberly penuh rasa terima kasih.
Imel segera menganggukkan kepalanya dan tersenyum hangat. "Sama-sama sayang. Yaudah Tante pulang dulu ya, nanti soal pembayaran properti tadi Tante transfer. Tante lagi buru-buru juga soalnya. Ada masalah dikit di rumah. Tante pulang ya Kim. Kamu hati-hati,"
Imel segera pergi meninggalkan tempat itu setelah mendapatkan anggukan kepala dari Kimberly.
Setelah Imel pergi, Kimberly yang tidak ada jadwal lagi segera memutuskan untuk pulang ke rumah, namun sebelum benar-benar pulang, dia ingin mampir sebentar di Indomaret untuk membeli beberapa kebutuhan.
Kimberly segera melajukan mobilnya ke Indomaret. Tinggal sedikit lagi dia bisa sampai di sana. Namun, sebelum benar-benar sampai di Indomaret, di pertengahan gang sempit yang dia lewati, Kimberly melihat Dania tengah di kelilingi oleh beberapa ibu-ibu yang mendorong-dorong tubuhnya, menjambak atau bahkan berbuat kasar.
Sebenarnya malas bagi Kimberly untuk kesana dan mengurusi semua urusan yang bukan urusannya. Tapi melihatnya seperti itu rasanya Kimberly tidak tega.
Dengan segala emosi yang ia tahan kuat-kuat, Kimberly segera meminggirkan mobilnya dan menuju tempat di mana Dania berada. Setelah benar-benar ada di dekat tempat itu, Kimberly dengan cepat keluar dari mobilnya dan pergi ke tempat dimana Dania di bully oleh beberapa orang.
Kimberly segera menarik tangan Dania dengan kuat, membuat Dania dan semua orang disana terkejut. Kimberly menarik Dania untuk masuk kedalam mobilnya.
Setelah berada di dalam, Dania dan Kimberly sama-sama mengenakan seatbelt, sebelum akhirnya mobil pun berjalan. Selama perjalanan, keduanya sama-sama diam, sebelum akhirnya Dania membuka suaranya.
"Ehm, Kim. Makasih ya sudah mau nolongin mama," ucap Dania sembari melirik canggung kearah Kimberly.
Kimberly tidak menatap kearah Dania, tidak tersenyum juga kearahnya. Wajahnya terlihat dingin, cuek dan pandangan matanya tajam. "Kita bukan keluarga lagi ya, kamu juga bukan ibuku, jadi jangan pernah lagi sebut-sebut dirimu mama. Kamu bukan mamaku!"
Perkataan Kimberly cukup tegas dan tajam, membuat Dania terkejut dan berlinang air mata. Dia tidak sampai menyangka jika Kimberly akan samarah ini padanya.
"Maaf Kim, maafin mama, ehm maksudnya Tante. Tante mengaku salah. Tante tau kalau Tante udah salah dengan melakukan itu sama kamu. Tapi asal kamu tau Kim, Tante ngelakuin itu juga ada ceritanya. Tante dan Will--" belum juga Dania menyelesaikan ucapannya, Kimberly sudah memotong ucapannya.
"Anda dan William ada cerita di masa lalu. Oke. Terus kenapa?! itu cuma masa lalu kan, kenapa masih juga dibahas?! kenapa anda menikahi papa saya saat anda menyukai orang lain?!
"Sudah. Saya tidak mau mendengarkan apapun ucapan anda. Setelah di depan nanti saya akan menurunkan anda dan pertemuan kita selesai sampai di sini." ucap Kimberly masih dengan ekspresi yang sama. Dingin dan tajam.
Dania menangis, terdengar pilu, tapi Kimberly tidak peduli. Dia mencoba untuk tidak peduli dengan apapun yang Dania lakukan, mau itu dari ucapan atau tindakannya.
Setelah mereka sampai di perempatan, Kimberly meminggirkan mobilnya dan meminta Dania untuk turun. Namun, sebelum turun dari mobil Kimberly, Dania mengatakan beberapa kata pada Kimberly, menatap serius kepadanya. Tatapan yang dahulu membuatnya takut.
"Dulu aku pernah dengan sengaja mau di lec3hkan sama seorang pria seperti preman saat aku lewat di sebuah gang mau pulang ke rumah. Aku tinggal di Tegal di dekat pegunungan. Kamu tau itu kan Kim? rumahku sepi, dekat hutan. Saat pria asing itu mendekatiku bikin aku takut ...,"
"Aku sempat lari tapi pria itu dengan mudah nangkep aku dan bawa aku ke gubuk nggak jauh dari sana. Dia narik paksa tangan aku dan mau lec3hin aku. Aku mau m4ti saat itu Kim, tapi untung William yang juga orang itu dengar teriakan aku dan pergi nolong aku sama beberapa temennya ...,"
"Emang dari beberapa hal yang entah kamu temukan dari mana, aku sama William kelihatan deket kan?
"Itu beberapa tahun setelah kejadian itu. Aku menjadi dekat dengan William dan sempat jadian dengannya. Umur bagi kamu bukan masalah saat itu. Asal kami bahagia dan saling mencintai itu udah cukup. Ehm, oh iya William saat itu adalah anak tetanggaku yang dulu sempat pindah di dekat tempatku tinggal ...,"
"Kita sering ketemu dari kejadian itu sampai akhirnya saling suka dan mutusin buat pacaran. Yaudah saya turun ya, terimakasih buat bantuannya tadi dan maaf kalau saya sudah merepotkan kamu." jelas Dania sambil meninggalkan mobil Kimberly dan melangkah pergi.
Namun, sebelum benar-benar turun, Dania melirik sekilas kearah Kimberly yang saat itu menatap kearahnya. Terlihat memikirkan sesuatu.
"Semoga dia benar-benar percaya dengan apa yang aku katakan dan tidak mempermasalahkannya lagi. Semoga dia mau memaafkanku dan bersedia menampungku lagi bersama Tasya di rumahnya." gumam Dania di dalam hati.
Bersambung ...