Agnes Nugraha gadis remaja yang ceria dari keluarga sederhana memiliki paras yang cantik pertemuannya yang tanpa di sengaja dengan seorang pemuda kota yang ternyata seorang CEO suatu perusahaan besar di kota membuat hidupnya berubah.
Seperti apa? ikuti ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
pagi hari Agnes, Meli dan Raya sudah keluar dari rumah untuk olah raga pagi berkeliling taman. Radit tidak mengetahui jika Agnes pergi dengan kedua adiknya. Radit, Randi dan Papa Jamal berada di ruang Gim. Sementara Mama Retno menyiapkan sarapan untuk semuanya bersama maid.
Agnes sempat menolak berolah raga pagi dan memilih membantu Mama Retno saja namun atas bujukan Mama Retno Raya dan Meli akhirnya Agnes mengalah ikut berlari pagi bersama adik-adiknya. Ketika semua sudah siap Mama Retno berpamitan ke kamar untuk bersih-bersih dna meminta maid menyiapkan sarapan di meja makan.
"Ran, kamu bener udah yakin?" Radit.
"Yakin dong Kak. Setelah melewati berbagai macam ujian Meli yang paling kuat dan bertahan. Meli selalu yakin dan percaya jika Randi tidak akan berbuat macam-macam di belakang dia." Randi.
"Tapi, kamu juga harus bisa jaga kepercayaan Meli Ran. Jangan semena-mena Mentang-mentang Meli percaya kamu berbuat yang tidak-tidak di luar sana." Papa Jamal.
"Tentu tidak dong Pa. Randi benar-benar menjaga Meli dengan baik. Bahkan apapun yang Randi lakukan Meli tau semuanya. Tak ada yang Randi tutupi." Randi.
"Setelah berumah tangga itu akan lain Ran." Papa Jamal.
"Iya Pa." Randi.
"Kamu juga loh Kak. Apalagi calon istri Kakak masih sangat muda. Perasaannya mudah berubah-ubah Kakak harus pandai membaca situasi." Papa Jamal.
"Iya Pa. Semenjak Kakak mengenal dia Kakak sudah berfikir beribu kali untuk maju atau tidak mengingat dia masih menggunakan seragam putih abu-abu. Tapi, setiap kali Kakak menyerah selalu ada yang membuat Kakak yakin jika Agnes pilihan terbaik walau usianya jauh lebih muda dari Kakak." Radit.
"Bagus. Jika kalian menyakiti wanita ingatlah Mama dan adik kalian juga wanita." Papa Jamal.
"Siap Bos." Jawab Randi dan Radit kompak.
Setelah menyelesaikan olah raganya mereka semua bergegas untuk membersihkan diri mereka. Begitu juga dengan ketiga perempuan yang telah kembali dari berkeliling taman.
"Pagi semuanya." Sapa Raya yang melihat ada Papa Mama dan Randi di meja makan.
"Pagi."
"Kak Meli panggil Dek." Titah Randi.
"Itu Kak meli sama Kak Agnes." Raya.
"Pagi Meli, Agnes." Sapa Mama Retno.
"Pagi Ma Pa." Jawab Meli dan Agnes bersamaan.
"Aku ga di Sapa Yang?" Randi.
"Pagi sayang."
"Pagi. Morning kiss nya mana?" Canda Randi.
"Randi."
"Kakak."
Plak...
"Hahaha... Biasa aja Ma Pa." Randi.
"Kamu tuh ngawur." Meli.
"Becanda sayang aduh galak bener deh." Randi.
"Pagi semuanya." Sapa Radit yang baru saja ikut bergabung.
"Pagi."
Kehadiran Radit melengkapi kebahagiaan semuanya dan semuanya pun bersiap untuk sarapan.
"Sayang, nanti jadi pergi?" Tanya Agnes pada Radit.
"Ngga Yang kan kemarin udah." Radit.
"Eh, iya lupa." Agnes.
"Ikbal sama Manda kapan pulang?" Mama Retno.
"Rencananya sih sore ini Mah." Agnes.
"Kak Agnes pulang dong nanti sore?" Raya.
"Ngga. Besok aja sekalian ke kampus." Bukan Agnes yang menjawab tetapi Radit.
"Kok gitu. Nanti Manda kasian ga ada temennya." Rengek Agnes.
"Manda ada suami nya sayang. Biar suaminya yang mengantar." Radit.
"Loh, katanya Kak Ikbal di suruh ke cabang sama Randi." Agnes.
"Siangan Kak. Radit juga mau ke kampus dulu kok." Radit.
"Tenang sayang nanti calon suami mu yang tampan ini yang akan memberitahu Ikbal. Kamu jangan khawatir ya." Radit.
"Tapi, aku ga bawa perlengkapan kuliah Mas." Agnes.
"Tenang, besok Manda yang akan bawakan." Radit.
"Pa Ma, Raya pamit pergi sama temen ya." Raya.
"Siapa? Cewek apa cowok?"
"Cewek dong Kak. Klo ga percaya nanti liat aja Adek pergi ke mall A kok." Raya.
"Yakin ga ada cowoknya?" Randi.
"Ngga Kakak-Kakak duh ga percaya banget sih." Kesal Raya.
"Kamu masih kecil Dek."
"Iya Kakak. Ini juga perginya sama temen cewek bukan cowok." Raya.
"Iya udah sana adik Papa kasih ijin tapi jangan pulang malam ingat besok sekolah." Papa Jamal.
"Makasih Papa. Papa memang Best. Adik pergi dulu ya Pa. ma. Bye." Pamit Raya pada semuanya
Seharian Radit dan Agnes hanya menghabiskan waktu di rumah. Berbeda dengan Randi dan Meli yang memilih pergi menonton. Papa Jamal dan Mama Retno pun pergi memenuhi undangan kolega Papa Jamal.
"Sayang, kamu ga pengen kemana gitu?" Radit.
"Ngga Mas. Mas Radit mau pergi?" Agnes.
"Aku lebih senang menghabiskan waktu bersama kamu sayang." Radit.
"Gombal."
"Ga apa-apa sama calon istri sendiri." Radit.
"Mas, yakin nih mau nikah nya sama aku? Ga pengen nyari yang udah dewasa gitu?" Agnes.
"Dewasa menurut mu yang seperti apa sayang? Mas sudah cukup memiliki kamu ga mau yang lain lagi." Radit.
"Terima kasih ya Mas."
"Untuk?"
"Untuk semuanya. Padahal Mas bisa dapet perempuan yang lebih dari aku yang hanya gadis desa." Agnes.
"No sayang jangan pernah berkata seperti itu. Kamu sangat berarti buat Mas. Kamu segalanya sayang." Radit memeluk erat Agnes.
Melihat kebersamaan Radit dan Agnes membuat para maid yang melihatnya merasa ikut terhanyut dalam kemesraan dan kehangatan Radit dan Agnes. Hingga tanpa mereka sadari Radit dan Agnes tertidur dengan saling berpelukan di sofa yang berada di teras belakang. Suasana yang sejuk membuat keduanya terbuai hingga tertidur.
Papa Jamal dan Mama Retno pulang rumah terasa sepi. Mama Retno pun menanyakan pada maid kemana perginya Radit dan Agnes karena hanya mereka berdua yang tinggal di rumah saat terakhir Papa Jamal dan Mama Retno pergi.
"Tuan Radit dan Nona Agnes di teras belakang Nyonya mereka tertidur setelah keduanya saling berpendapat gurau." Lapor maid.
"Mereka tidak pergi ke luar?" Papa Jamal.
"Tidak Tuan. Nona Agnes tidak ingin ke luar." Maid.
"Sejak kapan mereka tertidur? Apa mereka menggunakan selimut?" Mama Retno.
"Beberapa menit setelah makan siang Nyonya. Tuan Radit tadi sudah membawa selimut karena takut nona Agnes masuk angin." Maid.
"Baiklah. Terima kasih biar saya cek ke belakang." Mama Retno.
Kemudian Mama Retno dan Papa Jamal pun pergi ke belakang setelah sebelum nya Papa Jamal dan Mama Retno membersihkan diri mereka setelah dari luar. Mama Retno tersenyum hangat melihat Radit tertidur dengan memeluk Agnes posesif.
"Radit benar-benar ya." Papa Jamal.
"Eh, udah jangan di bangunkan." Mama Retno.
"Kenapa?" Papa Jamal.
"Biar saja. Kita nonton saja di dalam. Mama yakin Agnes akan malu jika kita membangunkan mereka." Mama Retno.
"Ah, Mama benar. Ayo kita bersantai saja di dalam." Ajak Papa Jamal.
Mereka berdua pun meninggalkan Agnes dan Radit. Walaupun sangat marah dengan Radit namun Mama Retno dan Papa Jamal tidak ingin membuat Agnes malu karena ulah Putra sulungnya.
🌹🌹🌹