Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERKARA 2
Hari menjelang sore. Seperti biasa, semua anak magang pulang. Luein dan Diana pun keluar ruangan bersama. Luien baru saja menerima Alex menjadi pacarnya. Pria itu hendak mengantarnya.
"Tidak usah Tuan. Lagi pula saya memiliki kendaraan sendiri," ucapnya menolak.
"Tuan?!" Alex tidak suka panggilan kekasihnya itu.
"Ini kantor Tuan!" ujar Luein mengingatkan.
Alex merengut. Gadis itu terkekeh. Diana hanya geleng-geleng kepala. Kini keduanya naik lift biasa. Diana kembali bertanya pada sahabatnya.
"Jadi, sekarang, kau adalah kekasih Boss kita?" Luein mengangguk.
"Apa dia tak mempermasalahkan statusmu yang menjadi anak terbuang itu?" tanya Diana lagi.
"Dia hanya tau aku adalah orang miskin," jawab Luein.
"Sis, dengar aku. Bukan aku menakuti. Tapi, kita sebagai kaum papa memang sedikit tahu diri. Kita orang miskin,. apa iya, keluarganya akan diam saja melihat putra mahkotanya berpacaran dengan rakyat biasa?" peringat Diana.
Luein pun termenung. Ia tak berpikir ke arah sana.
"Apa kau ingin menciptakan Gloria-Gloria lain di luaran sana?" tanya Diana begitu perhatian pada sahabatnya.
"Luien, kau boleh tau sesuatu. Tuan Adrian selalu berusaha mendekatiku. Ia menyatakan gesturnya menginginkan diriku," aku Diana.
"Tuan Adrian menggodamu?" tanya Luien tak suka.
"Oh ... ayolah!" sahut Diana memutar mata malas. "Memang Tuan Alex tak menggodamu, hingga kau mau berpacaran dengannya?!"
Luein hanya merengut. Pintu lift terbuka. Keduanya cukup terkejut ketika melihat pemandangan Vic dan Gloria berciuman.
"Ehem!" tegur Diana.
Kedua orang yang tengah asik itu pun melepas ciumannya.
"Mau masih berciuman atau mau masuk?!" tanya Diana yang sedari tadi menahan pintu lift.
Gloria pun masuk. Pintu lift tertutup. Gadis yang baru masuk itu mengeluarkan kaca kecil dari tasnya. Melihat bibirnya yang membengkak akibat ulah atasannya. Lalu melirik dua rivalnya.
"Oh, dua ratu miskin. Kalian masih di sini?" tanyanya menyindir.
"Kau tau kan aku kini memiliki hubungan spesial dengan Tuan Vic!" akunya penuh jumawa.
"Lalu?" tanya Diana acuh.
"Well, kalian tahu kan aku bisa apa pada kalian karena itu?" jawabnya sangat arogan.
Pintu lift terbuka lagi. Brandon dan Hugo masuk. Hugo yang tubuhnya lebih besar, menggeser Gloria untuk sedikit ke pojok lift.
"Hei ... kau mau aku pecat!" sentaknya pada Hugo.
"Ah, kau siapa di sini??" tanya pria itu melihat Gloria sedemikian rupa.
"Aku adalah kekasihnya Tuan Vic!" akunya penuh arogansi.
Hugo tertawa sinis lalu berkata.
"Hanya karena berciuman saja, kau sudah menganggap dirimu adalah kekasih Tuan Vic?"
"Kau tau tidak track record Tuan Dambaldore?" tanya Hugo.
"Aku katakan agar otakmu yang sedikit berkurang itu bertambah!" sahutnya.
"Tuan Victor Ignatius Dambaldore adalah pria most wanted. Semua gadis pernah berciuman dengannya. Bahkan baru-baru ini dia kedapatan tengah berciuman dengan model papan atas Nona Chelsea Balmore!" lanjutnya.
Gloria tentu sangat tahu siapa itu Chelsea Balmore. Model papan atas yang memiliki kecantikan bak dewi.
"Katakan padaku. Bagaimana, Tuan Dambaldore itu bisa jatuh ke dalam pelukanmu dan meninggalkan Chelsea?" serunya menatap Gloria tak percaya.
"Bermimpi lah tinggi, tapi jangan lupa untuk bangun!" sindir pria itu sarkas.
Gloria terdiam. ia sangat tahu maksud dari Hugo. Ia menjadi dimanfaatkan pria itu.
"Jangan jadi murahan Nona. Begitu ia sadar. Tuan Vic akan meninggalkanmu!"
Ting! Pintu lift terbuka. Semua keluar kecuali Gloria yang masih terpaku dengan perkataan Hugo. Luien sampai harus menariknya keluar agar ia tak kembali lagi ke atas.
"Sudah, abaikan perkataan Hugo. Oke!" ucap Luien menyadarkan Gloria.
Gadis itu hanya diam. Hugo jadi merasa bersalah. Tetapi, pria itu memilih membiarkan Gloria kembali berpikir jika ingin bertindak lebih jauh lagi.
"Hari ini kita ke kampus lagi. Kau mau ikut?" ajak Luein pada Gloria.
Gadis itu kembali ke mood semula..
"Menaiki mobil kreditmu itu?" tanyanya nyinyir.
"Ya, kalau kau tak mau, tak masalah!" ujar Luien.
Diana sudah mengambil tempat di depan. Hugo di belakang. Brandon menaiki mobilnya sendiri. Pria itu langsung meluncurkan kendaraannya, tanpa memberi tumpangan pada siapa pun.
Akhirnya Gloria membuka pintu dan duduk bersama Hugo. Dengan muka yang begitu merah. Luein hanya tersenyum. Diana ingin menyemburkan kata-kata panas, tetapi Luien melarangnya. Diana hanya mencebik kesal.
Hari telah larut. Ia baru saja mengantarkan Gloria ke mansionnya. Tentu tanpa mengucap terima kasih. Gadis rivalnya itu masuk begitu saja. Luien hanya bisa menghela napas panjang.
Luein membuka kulkas, ada telur, sosis dan nugget. Ia akan memasak omlet. Ia kelaparan sekali.
Setelah membuat omlet dan menggoreng sosis juga nugget. Luien meletakan semua makanan dalam piring dan menaruhnya di atas meja kemudian menutupnya.
"Habis mandi ... makan!" ujarnya bermonolog lalu bergegas ke kamar mandi.
Tak terasa pagi menjelang. Diana tengah menyusun semua berkas. Luein juga memeriksa berkas-berkas itu.
Alex, Adrian dan Vic datang. Kedua gadis itu menyapa. Vic yang ditugaskan di divisi administrasi, karena kepala admin telah mengundurkan diri kemarin. Gloria dinaikkan pangkatnya menjadi asisten kepala administrasi. Vic pun kembali turun dua lantai di bawahnya.
"Tuan, hari ini ada pertemuan dengan wakil walikota di balai walikota untuk memenuhi jamuan makan siang, lalu setelah itu ada pertemuan dengan para kolega di restauran Xx untuk membahas proyek di kota X. Malamnya ada gala dinner di ballroom hotel Philips!" ucap Luien membacakan jadwal satu hari ini pada Adrian.
"Baik, untuk pertemuan dengan wakil walikota, kita bisa cancel. Karena yang aku inginkan adalah undangan dari walikotanya. Kita hadiri gala dinner. Yang kedua juga batalkan. Mereka bukan merapatkan proyek tapi ingin meloloskan tender mereka dengan perusahaan memakai wanita bayaran," jelas Alex datar.
Luien terpana. Adrian pun mengikuti apa kata kakaknya itu. Alex tentu lebih berpengalaman dan mengenal orang-orang yang bermanfaat atau yang memanfaatkannya.
"Baik Tuan. Saya, Kan membatalkan jamuan makan siang dan restauran Xx!" sahut Luien langsung menelepon sekretaris wakil walikota atas ketidak hadiran atasannya. Begitu juga pada sekretaris kolega yang mengundang untuk pertemuan di hotel Xx.
"Benar, Nona Jhonson. Tuan Maxwell Junior tak bisa hadir dipertemuan kali ini!" ujar Luien ketika mengatakan ketidak hadiran atasannya.
".......!"
"Kami akan konfirmasi nanti soal keputusan tender," jawab Luein.
".......!"
"Baik, terima kasih dan selamat pagi!"
Luien menutup telepon. Kini mereka semua berkutat pada berkas-berkas yang menumpuk. Sementara itu di ruangan lain. Gloria kini menolak ajakan Vic untuk bersamanya. Hal itu membuat pria itu jadi heran.
"Selama ini dia tak pernah menolak. Ada apa, siapa yang menghasutnya?" tanyanya dalam hati.
Sedangkan di tempat lain. Sosok pria menatap gedung pencakar langit. Pria dengan plester di hidungnya. Walau sedikit bergidik dengan siapa kini ia berhadapan.
"Ah ... aku harus mendapatkan gadis itu. Jika perlu menculik mereka," ujarnya bermonolog.
"Jason, Leo, Rommy. Tugas kalian adalah mengawasi gerak-gerik mereka!"Titahnya.
"Jangan sampai lolos dan jangan sampai salah langkah!" lanjutnya. " Jika salah. Nyawa kita taruhannya!"
bersambung
emmm
next?