Gadis Desa Milik CEO
"Agneeeesss......"
Teriakan dari seorang gadis yang begitu melengking membuat sang empunya nama menutup telinga nya rapat-rapat.
"Ga perlu teriak Manda."
Ya Manda sahabat Agnes yang melakukannya. Agnes dan Manda berteman sejak kecil karena kebetulan rumah mereka yang berdekatan. Manda yang merupakan anak satu-satunya dari juragan tanah di desa mereka tidaklah manja berkat kedekatannya dengan Agnes.
Sementara Agnes yang di didik mandiri sejak kecil membuat perubahan di hidup Manda. Mereka berdua begitu kompak dalam segala hal. Kadang kedua orang tua Manda di buat geleng-geleng kepala dengan ulah kedua sahabat itu. Begitu juga dengan Aini ibu dari Agnes.
Agnes hanya tinggal berdua saja dengan ibu nya setelah kepergian Ayah nya yang meninggal akibat bencana alam yang penah terjadi di desa mereka. Sementara Kakak laki-laki nya Damar Nugraha berkuliah di kota dengan beasiswa yang di dapatnya.
Agnes, Damar dan Aini hidup dari uang pensiun Nugraha sebagai pegawai negeri. Aini juga berjualan di rumahnya untuk menambah-nambah.
"Nes, ayo pulang sekolah nanti kita ke tempat aku ya. Di rumah akan ada tamu dari kota." Bujuk Manda.
"Ish... Ngga Man. Aku nanti malah ngerecokin tamu bapak kamu." Agnes.
"Ngga akan Nes. Iya ya mau ya." Bujuk Manda lagi.
"Ngga Manda. Emang kenapa sih aku harus datang?" Agnes.
"Kata Bapak yang akan datang siang ini masih muda-muda. Ya siapa tau aja salah satunya jodoh kita." Manda.
"Astaga Manda.... fikirin ujian yang ada di depan mata jangan dulu mikirin jodoh." Agnes.
"Yaelah Nes,,, sambil menyelam minum air Nes." Manda.
"Tenggelem dong." Agnes.
"Ish... Susah banget sih ngomong sama kutub es." Ucap Manda kesal.
Sepulang sekolah Manda dan Agnes yang berjalan menuju rumah saling berbincang random. Rumah Manda lebih dulu sampai dan terlihat ada dua mobil mewah terparkir di halaman rumah Manda yang cukup luas.
"Wah, tamu Bapak sudah sampai ternyata." Manda.
"Itu mobil mereka?" Agnes.
"Sepertinya iya. Ayo mampir." Manda.
"Ngga ah. Nanti saja kamu ceritakan seperti apa mereka." Ucap Agnes sambil berlari meninggalkan Manda.
"Agnes... Ish... Dasar ya tu anak."
Manda pun memasuki halaman rumahnya. Namun di dalam rumah nampak sepi. Manda menghampiri Ibunya yang tengah sibuk di dapur.
"Manda pulang..."
"Sayang, ayo ganti pakaian kamu nanti bantu ibu menyiapkan makan siang untuk tamu bapak. Mereka baru sampai tapi ingin meninjau lokasi terlebih dahulu." Ibu Alma.
"Oke.." Jawab Manda singkat.
Sementara Agnes yang berjalan menuju rumahnya berpapasan dengan Pak Heru Ayah Manda beserta empat orang pria yang diyakini Agnes itu adalah tamu dari Pak Heru.
"Nak Agnes baru pulang." Sapa Pak Heru.
"Eh, iya Pak. Manda juga baru saja masuk ke dalam rumah." Jawab Agnes sambil menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Kenapa ga mampir?" Pak Heru.
"Tidak Pak. Saya mau membantu Bunda." Agnes.
"Baiklah. Mari Bapak mau pulang." Pak Heru.
"Iya Pak silahkan." Jawab Agnes.
Tanpa Agnes sadari sejak tadi ada sepasang mata yang menatapnya dengan intens. Jika saja Agnes melihatnya mungkin akan di buat meleleh dengan tatapannya.
"Siapa dia Pak?"
"Dia teman anak saya." Pak Heru.
"Sepertinya dia anak yang baik." Ucap Pak Bagas.
"Benar Pak." Pak Heru.
Sampai di rumah Bu Alma mempersilahkan para tamu nya untuk menikmati makanan yang sudah dia sediakan bersama Bibi dan putrinya Manda. Manda tampak kagum melihat tamu bapaknya yang tampil gagah walau nampak salah satunya sudah berumur seperti Bapak nya.
Manda tidak ikut serta makan siang bersama orang tua dan tamunya. Manda memilih makanan bersama Bibi di belakang. Karena Manda merasa malu.
Sementara Agnes membantu Bunda nya di warung yang terdapat di depan rumah nya setelah berganti pakaian dan makan siang yang di sediakan oleh Bunda nya.
"Bun, Bunda tau kalo di rumah Pak Heru ada tamu dari kota?" Agnes.
"Tidak. Memang ada tamu di tempat mereka?" Bu Nining.
"Iya kata Manda. Tadi aku lihat ada dua mobil di depan rumah nya." Agnes.
"Kamu mampir ke sana?" Bu Nining.
"Tidaklah Bun. Malu sekali." Agnes.
Malam hari karena tamu Pak Heru akan menginap Manda menyiapkan dua kamar kosong yang ada di rumahnya bersama Bibi. setelah selesai Manda memilih bersantai di halaman belakang rumahnya sambil memainkan ponselnya.
"Permisi Dek."
"Eh, iya. Ada yang bisa saya bantu Om?" Tanya Manda pada Bagas.
"Maaf di sekitar sini ada swalayan atau toko?" Pak Bagas.
"Hm... klo swalayan Om harus ke kecamatan tapi kalo toko ada di sebelah sana Om lumayan deket bisa jalan kaki deket pos ronda." Jelas Manda.
"Owh! Begitu. Bisa tunjukan saja jalannya." Pinta Bagas.
"Om keluar dari gerbang rumah belok kanan terus lurus nanti ada perempatan belok kanan sedikit dari sana nanti terlihat pos rondanya." Ucap Manda menjelaskan letak rumah Agnes yang terdapat toko warung di depannya.
Warung Bunda Agnes cukup lengkap bagi warga di desa sana. Karena Bunda Agnes selalu berbelanja ke kecamatan.
Berbekal informasi dari Manda Bagas dan salah satu rekannya pergi ke warung untuk membeli apa yang mereka inginkan. Ingin meminta pada tuan rumah rasanya juga sungkan.
"Permisi."
"Iya. Ada yang bisa saya bantu Pak?" Jawab Ibu Agnes.
"Maaf Ibu kami mau membeli minuman dingin." Jawab Bagas.
"Silahkan bisa di ambil saja Pak." Jawab Bu Nining.
"Ini Bu uangnya?" Ucap Pak Bagas menyodorkan uang lembaran berwarna merah.
"Sebentar kembalian Pak."
Bu Nining pun segera mengambil uang receh untuk kembalian. Namun, sorot mata rekan kerja Pak Bagas terus memperhatikan sosok gadis cantik yang berpapasan dengan nya tadi saat pulang dari peninjauan lahan proyek. Gadis yang memiliki magnet tersendiri di hatinya.
"Loh, Adek yang tadi siang kan?" Tanya Pak Bagas.
"Hah! Maaf Bapak siapa ya?" Tanya Agnes yang memang kurang memperhatikan Pak Bagas.
"Saya yang bersama Pak Heru tadi." Pak Bagas.
"Oh.. Bapak tamu nya pak Heru." Tanya Bu Nining.
"Iya Bu. Kebetulan saya mengantar rekan saya ini untuk membeli tanah Pak Heru yang akan di jual." Pak Bagas.
"Oh begitu..."
"Maaf Pak. Saya kurang memperhatikan Bapak." Agnes.
"Tidak apa-apa. Siapa nama nya Dek?" Tanya Pak Bagas.
"Saya Agnes Pak."
"Perkenalkan saya Bagas. Dan ini rekan saya Radit." Pak Bagas.
"Iya Pak." Agnes tersenyum ramah.
"Kalo begitu kami permisi Bu Dek." Pamit Bagas.
"Mari silahkan."
"Kamu ketemu sama bapa itu Nes?" Tanya Bu Nining setelah Pak Bagas dan Radit pergi.
"Kayanya iya deh Bun hehehe... Mungkin tadi pas Pak Heru menyapa Agnes." Jawab Agnes.
"Kebiasaan kamu." Bu Nining.
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
LISA
Aq mampir Kak
2024-10-26
0
disney
karya baru semoga sukses thor..pak bagas naksir agnes ya hehehe
2024-09-08
2