Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 25
Ning Wie tidak tahu apakah di luar gua kini siang sudah menjadi malam ataukah hari sudah silih berganti. Yang pasti Ning Wie ada di dalam gua es itu sangat lama.
KRUUK KRUUK KRUUK
Terdengar suara perut Ning Wie yang minta di isi. Baru kali ini bocah itu merasakan kelaparan sejak dirinya tiba di alam Spirilam. Langsung saja bocah cantik itu menepuk tas penyimpanan nya. Ia mengambil bekal makanan yang sudah di siapkan oleh ibunya Ning Ling.
Bakpao isi daging ayam yang sudah dingin di tangannya itu langsung saja Ning Wie hangatkan dengan menggunakan kekuatan elemen api nya.
"Nah... Ini baru benar! Dingin- dingin begini makan makanan yang hangat - hangat. Hehe... Terasa nikmat khan jadinya. Emm.... Enak!"
WHUUUUS CLIIIING
Ning Wie baru saja makan satu gigitan bakpao tiba -tiba saja di bawa kakinya terbentuk sebuah formasi yang langsung bersinar, tubuh Ning Wie seketika itu jugap terbungkus cahaya putih.
"Ehh... Apa ini?" Ia terkejut. "Ohh... Mungkinkah aku di kirim kembali? Uhh... Semoga saja beg-----."
CLIIIIING CLIIIING
Belum selesai apa yang di ucap Ning Wie seketika itu juga bocah itu menghilang dari gua es, bocah cilik itu langsung saja di transportasi dari alam Spirilam.
Bersamaan dengan menghilangnya Ning Wie. Di pelataran Paviliun Spirit terlihat kebahagian serta kebanggaan yang bercampur baur dengan kesedihan dan kekecewaan tergambar jelas pada raut wajah orang - orang yang sedang berkumpul.
Batas waktu yang telah ditentukan telah usai. Terlihat jelas dalam Formasi Virsus, semua kandidat peserta yang ada di Alam Spirilam mulai di transportasi.
Ning Ling dan Patriak Ning Bing harap - harap cemas berharap putri tunggalnya Ning Wie ada di antara para peserta yang kembali itu.
WHUUUUUUS
Karena sudah tidak sabar atas keinginan yang menggebu, Ning Ling langsung melesat ke Aula Paviliun Spirit meninggalkan suaminya di pelataran Paviliun Spirit.
HAP---------
Hanya dalam waktu dua kali tarikan nafas Ning Ling sudah tiba di Aula Paviliun Spirit. Dan Ia berbaur bersama dengan orang tua dari para kandidat yang kembali dengan paksa itu.
CLIIING CLIIING CLIIING
Ning Ling pun menatap tajam aula Paviliun sebagai gerbang pintu penghubung. Ia sangat fokus dengan apa yang jadi tujuannya. Satu persatu kandidat yang tertransportasi dari alam Spirilam itu mulai muncul di aula.
Ning Wie yang di transportasi dari alam Spirit kembali bersamaan dengan para kandidat yang lainnya. Peserta yang kembali bersamaan dengan Putri Patriak Klan Ning itu adalah peserta yang tidak bisa berkontrak dengan Spirit yang artinya tidak menjadi seorang kultivator atau mereka itu hanyalah manusia biasa.
Mereka semua itu di transportasi secara paksa dari alam Spirilam karena waktu mereka sudah habis. Perjuangan mereka untuk menjadi seorang kultivator berakhir. Wajah - wajah di sekitar Ning Wie menunjukkan kesedihan dan kekecewaan. Dan Ning Wie melihat kehadiran ibunya.
Ning Ling berdiri sambil meneteskan air mata. Akhirnya apa yang di harapkannya bisa terjadi dan bisa dilihatnya. Sosok Putri tunggal kebanggaan dan kesayangannya Ning Wie telah kembali ada bersama mereka yang tiba dari Alam Spirilam.
Ketakutan akan kehilangan nya kini telah menghilang. Bukan lagi tangis kesedihan tapi tangis kebahagiaan, Ning Ling bisa bernafas lega karena beban yang menghimpit dan menekan hatinya telah terangkat
"Ning Wie'eer, syukur kau telah kembali nak! Ibu takut sekaliii! Hik hik hik ..." Air mata banjir membasahi pipi tetapi senyum terbit di sudut bibirnya. "Syukurlah.. Kau Pulang, Nak!"
Ning Ling berjalan perlahan mendekat ke tempat dimana Ning Wie berada. Wanita paruh baya itu sudaj tidak sabar ingin mendekap Putri tunggal nya untuk menumpahkan perasaannya.
"IBUUUU! " Ning Wie sedikit teriak memanggil wanita yang telah melahirkannya itu. Matanya berbinar tapi setelah itu Ia mengerutkan keningnya, saat matanya yang tajam melihat ada lelehan air mata yang jatuh tiada henti di kedua pipi wanita paruh baya itu. Walau ada jarak 3 meter dari tempatnya berdiri.
"Menangis! Ehh.. Kenapa menangis? Khan seharusnya tertawa! Senang dan gembira gitu! Wie'er berhasil, Bu!" Ning Wie cukup terkejut dan agak heran melihat hal itu.
"WIE 'ER!!! Sedangkan Ning Ling yang saat ini ada di hadapan Ning Wie seketika itu juga mendekap dan memeluk erat putri kesayangan nya itu. Ia pun langsung menghujani bocah cilik cantik itu dengan mencium yang bertubi - tubi tak peduli tindakannya itu akan di anggap aneh oleh orang lain.
"Kau tidak apa- apa khan? Kau baik- baik saja khan Wie'er!" Wanita itu langsung memeriksa sekujur tubuh putrinya. Ning Wie sampai di putar- putar dan bolak-balik siapa tahu ada luka yang tersembunyi yang tidak terlihat.
" Ahh.... Ibu! Jangan beginiiiii! Ahh... Maluuuu!" Ucap Ning Wie begitu menyadari kalau dirinya dan ibunya telah menjadi pusat perhatian.
Apa yang di lakukan secara spontan Ning Ling itu tentu saja telah menarik perhatiaan orang- orang yang ada di sekelilingnya. Bagaimana tidak menarik perhatian, perbuatan dan tindakan istri dari Patriak Klan Ning itu seolah- olah putrinya itu baru saja di kembalikan dari pelukan dewa kematian.
"Apa - apaan mereka itu? Yang benar saja. Ck... Datang saat batas waktu pakai acara peluk cium! Huh..." Ucap orang jubah kuning tak jauh dari tempat Ning Wie dan Ning Ling.
"Gila.. Benar- benar sudah tidak waras. Ck, ck, gagal tapi dapat sambutan seperti itu! " Ucap wanita hanfu putih keheranan.
"Emm .. aku juga mau diperlakukan seperti itu! Meskipun gagal tetapi aku kan juga sudah berusaha semampuku." Ucap seorang anak kecil tambun di belakang Ning Wie dengan tatapan nanar. Bocah itu sungguh iri karena dia pun ingin juga diperlakukan seperti itu.
"Wduch... Kenapa dia memberi contoh yang tidak bener? Dasar orang tua bodoh." Cemo'oh seorang wanita cantik sebelah kanan Ning Ling yang berjarak 2 meter.
Orang - orang itu tak habis pikir dengan tindakan dan perkataan istri dari Patriak Ning Bing. Sebab mereka semua tahu peserta yang dikirim tidak akan ada yang sekarat apa lagi meninggal. Hanya saja yang gagal, sebagian orang menganggapnya tidak berharga atau sampah. Jadi tidak heran apa bila mereka jadi pada nyinyir dan mencemo'oh.
"Uhh... Biarkan saja. Jangan diperdulikan!" Ucap Ning Ling kepada anak tunggalnya. "Asal kamu tahu, Ibu dan Ayahmu tadi sempat panik dan ketakutan. Kau tidak terlihat di layar Formasi Virsus."
"Ehh... Apa? Aku tidak nampak di layar Formasi Virsus. Benarkah itu, Bu? "
"Iya Wie'er kau tidak ada. Kau menghilang setelah di hempaskan oleh ledakan gunung merapi. Ibu dan Ayah bahkan semua orang berpikir kau sudah di transformasi kembali. Tapi kau tidak tiba juga di aula Paviliun Spirit sampai akhirnya batas waktu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...