Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
1 minggu sudah hubungan Elea dan Alan dijalani penuh dengan rasa bahagia. Namun tidak semua orang tahu, hanya keluarga dan orang kepercayaan saja yang mengetahuinya, sebab itulah permintaan Elea. Namun Elea belum sepenuhnya menerima Alan. Ia ingin meyakinkan terlebih dahulu perasaannya agar tak merasakan sakit yang kedua kalinya.
“Sayang kau dimana?” Tanya Alan melalui teleponnya.
“Di kantor, ada apa?” Jawab Elea yang memang sangat sibuk dengan berkas-berkas yang membutuhkan tanda tangannya.
“Apakah kau lupa hmm? Aku sudah berada dikantormu sayang…” ucap Alan sambil berjalan menuju ruang kerja Elea.
Seluruh karyawan melihat kedatangan Alan begitu kalang kabut. Banyak yang mengidolakannya bahkan tak segan mengaku-ngakui sebagai calon istrinya.
Sarah melihat kedatangan Alan lalu mempersilahkannya untuk masuk ke dalam ruangan dan seperti biasanya Sarah akan
“Ahh iya… Aku lupa!! Tapi pekerjaanku belum selesai!! Kemari saja ya Kak” ucap Elea tak melihat Alan sudah duduk di sofa.
Elea bahkan tak melirik ponselnya sama sekali apakah masih tersambung atau tidak. Ia berjanji hari ini akan mendatangi kampus yang ia tuju. Bagaimana pun, Elea ingin melanjutkan studinya setinggi mungkin walau seorang wanita.
Alan bahkan tak menegurnya. Ia selalu memotret Elea berbagai macam posisi. Ia benar-benar tak ingin menganggu pekerjaannya itu agar satu minggu kedepannya bisa memiliki waktu bersama. Ya, hanya pada Elea ia bisa memiliki kesabaran seluas samudera.
“Aaahhh selesai jugaa…. Lelah sekali…. Kenapa Vati dan Kak Alan sanggup memimpin beberapa perusahaan sedangkan aku? Satu saja rasanya sudah seperti ini…” Keluh Elea.
Elea menelungkupkan posisi tubuhnya dalam keadaan duduk pada meja kerjanya. Ia menghubungi Sarah dengan segera dan menyuruhnya untuk membawa seluruh berkas-berkas yang telah selesai ia periksa secara keseluruhan.
Ketika Sarah membuka pintu, ia terkejut melihat Nonanya tidak sadar dengan kedatangan Alan sehingga Alan dengan cepat menyuruhnya untuk tidak memberitahu Elea soal kehadirannya tentu dengan cepat Sarah mengangguk.
“Permisi, saya akan mengambil semua berkas-berkas ini” ucap Sarah.
“Ambillah, dan jangan memberiku lagi sampai satu minggu ke depan! Aku lelah Sarah…” keluh Elea.
Dengan cepat Alan berdiri menghampiri Elea dan memijat pundaknya. Ia merasa tak tega dan gemas melihat tingkah Elea seperti ini.
“Terima kasih Sarah, enak sekali!” Puji Elea namun Sarah hanya tersenyum saja.
EKHM!!
Sarah berdehem, hingga Elea tersadar bahwa suara Sarah terdengar didepannya, lalu yang memijatnya siapa?!. Sarah berlari keluar ruangan agar tidak menganggu dua manusia yang sedang mabuk cinta.
Elea terkejut lebih tepatnya ia tidak menyadari kedatangan Alan. Elea hanya tersenyum kaku tanpa berkata apapun.
“Sudah lebih baik? Hmm, mau pergi sekarang atau besok saja?” Tanya Alan.
“Maaf ya Kak aku tak menyadari kedatangan Kakak. Sepertinya besok saja ya Kak, aku benar-benar sangat lelah dan penat sekali rasanya..” cicit Elea.
“Sudah ku bilang, kau fokuslah saja pada studimu dan bersenang-senanglah. Urusan ini biarkan sementara Sarah yang mengambil alihnya atau kau ingin El atau Denis saja?” Alan memberi pilihan pada Elea agar ia merasa tidak kelelahan.
“Akan aku pertimbangkan hal itu setelah aku memilih kampus yang tepat” ujar Elea.
“Baiklah jika itu maumu. Ingat, aku tidak ingin melihatmu kelelahan seperti ini. Kau punyaku, apapun yang kau inginkan akan ku penuhi semuanya. Jangan terlalu keras, bagaimana pun studimu nomor satu dan harus segera diselesaikan!” Ucap Alan.
“Hahaha… Aku masih kuat dan tak selemah itu menyerah pada pekerjaan. Dan aku kiga masih tanggung jawab Vatiku selama empat tahun ke depan” jawab Elea dengan menjulurkan lidahnya dan Alan hanya tertawa melihatnya.
“Aku lapar Kak… Hehehe…” ucap Elea lagi.
“Baiklah, apa yang ingin kau makan sayang?” Tanya Alan.
“Mie ayam bakso” jawab cepat Elea.
“Ahh kenapa kau sangat menyukai mie ayam bakso? Ketika emosi, marah, sedih, penat, saat datang tamu bulanan pun kau selalu ingin itu, apa perutmu baik-baik saja?” Alan menci*um kening Elea.
“Bubur ayam, mie ayam bakso, sate dan sop kambing itu makanan favorit yang wajib minimal seminggu sekali heheehe” jawab Elea dan Alan hanya tersenyum saja.
“Baiklah, tapi untuk kali ini jangan terlalu berlebihan sambalnya. Aku merinding melihatmu dengan semangat menuangkan sambal dalam mangkok itu sebanyak tujuh sendok makan sambal. Mulai saat ini, jagalah kondisi perutmu ini agar ketika kau mengandung anakku, perutmu ini kuat!” Pinta Alan dan Elea yang mendengarnya merah padam karena malu namun Alan segera memeluk dan menci*umi puncak kepala Elea.
“Ka…k… Kau membuatku merinding, lihatlah bulu-bulu halus ditanganku ini! Hiii!!” Elea segera menjauh dari Alan.
“Kau harus terbiasa sayang, waktu empat tahun itu tidaklah lama. Ahh apakah kau ingin menikah cepat?” Tawar Alan.
“NO!!! Aku harus fokus pada studiku terlebih dahulu. Apa lebih baik mengambil studi di luar saja ya Kak?” Elea sengaja menggoda Alan.
“Boleh!!” Alan menjawab cepat.
“Benarkah? Lah kok?” Elea malah bingung.
“Benar. Tentu boleh-boleh saja jika ingin mengambil studi di luar. Asalkan kita menikah bulan depan!” Tegas Alan.
“KAKAK!!” Elea kesal niat mengerjai Alan malah ia sendiri yang dikerjai balik olehnya.
Alan menghampiri Elea dan memeluknya lagi. Ia tak pernah bosan untuk memeluknya rasanya sangat candu bagi Alan.
“Kapan kau akan merubah panggilanmu kepadaku itu hmm?” Tanya Alan.
“Aku malu hehehe” Elea menjawab jujur.
“Kau malu memiliki calon suami sepertiku? Bagaimana bisa? Selama ini banyak yang mengerubungiku dan baru satu wanita yang berkata seperti itu!” Alan tak menyangka dengan jawaban Elea.
“Ya, adikku malu jika harus bersanding dengan es balok!” Jawab Denis sekenanya dan itu membuat Elea dan El tertawa terbahak-bahak.
“KAU!! Kenapa hidup kalian selalu menempel padaku?! Shit!!” Umpat Alan. Bukan Alan tidak menyukai mereka berdua namun saat dengan Elea, ia ingin hanya berdua saja tanpa ada yang menganggunya bahkan Sarah sekali pun.
“Tuan Alan Taraka yang terhormat!! Ini adikku!! Kau baru seminggu ini memilikinya dan kau paling merasa memiliki sepenuhnya! Heh kutub es, kau belum menentukan hari dengan kami! Jangan kau lupakan!” Peringat El.
“Hahaha ingin sekali rasanya aku meni*njunya. Kapan lagi kesempatan itu datang” semangat Denis ingin menguji Alan.
Sebenarnya, jika jodoh Elea dari kalangan biasa maka El dan Denis akan memberinya bekal hidup sebagai lelaki sejati dan seorang pelindung bagi keluarganya kelak. Namun takdir apa mau di kata, Alan lah yang menjadi calon adik iparnya dimana Alan adalah ketua mereka di dunia bawah maupun aslinya. Namun mereka memiliki rencana lain pada Alan bukan pengajaran bekal hidup sebagai lelaki, tentu itu Alan sudah mumpuni akan tetapi Alan akan dikerjai habis-habisan. Anggap saja sebagai salam perkenalan sebagai adik ipar.
“Ya Aku ingat! Satu minggu terhitung dari esok hari, dan setelah seminggu itulah Aku akan datang pada kalian. Puas?” Alan berkata dengan wajah dinginnya.
“Baiklah. Satu minggu tidak terlalu lama untukku. Bersiaplah Alan” ujar El.
“Kak Alan…” Elea jelas mengkhawatirkan Alan. Ia tahu bagaimana kedua kakaknya jika melatih seseorang, tidak akan pernah ada pengampunan dan waktu istirahat. Elea takut akan terjadi sesuatu pada Alan. Jelas, Elea tidak mengetahui siapa sosok Alan sebenarnya. Terlepas dari itu semua, Elea juga mencintainya.
“Awas saja!! Jika sampai terjadi sesuatu pada Kak Alan akan ku buat kalian diare satu minggu!!” Batin Elea.
“Sudahlah, ayo Kak lapar sekali rasanya!” Elea menggenggam Alan dan meninggalkan kedua kakaknya yang melongo tak percaya bahwa mereka terlupakan.