Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tidak kita kenal?
Baik Arsya maupun Afifah terpaksa harus menerima takdir yang telah di tetapkan.
Pada suatu hari, ayah Afifah di tabrak oleh seorang kakek bernama Atmajaya hingga meninggal.
Kakek tua itupun berjanji akan menjaga putri dari pria yang sudah di tabraknya dengan cara menikahkannya dengan sang cucu.
Hingga pada moment di mana Afi merasa nyawanya terancam, ia pun melakukan penyamaran dengan tujuan untuk berlindung di bawah kekuasaan Arsya (Sang suami) dari kejaran ibu mertua.
Dengan menjadi ART di rumah suaminya sendirilah dia akan aman.
Akankah Arsya mengetahui bahwa yang menjadi asisten rumah tangga serta mengurus semua kebutuhannya adalah Afi, istrinya sendiri yang mengaku bernama Rere?
"Aku berteriak memanggil nama istriku tapi kenapa kamu yang menyahut, Rere?" Salah satu alis Arsya terangkat.
"Karena aku_" Wanita itu hanya mampu berucap dalam hati. "Karena aku memang istri sahmu, pak Arsya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Malam ini Arsya sedikit pulang terlambat, sebab ada rapat mendadak bersama jajaran direksi mengenai planing promotion. Saat ini ia sedang duduk di kursi kantornya sambil memegang ponsel di tangannya.
Ia berniat mengirim pesan kepada sang istri untuk memberitahukan kepulangannya itu.
Fokus ke layar handphone, tangannya bergerak lincah menulis sebuah pesa.
"Malam ini aku pulang agak malam, kamu makan malam lah dulu dengan nenek, tidak perlu menungguku"
Itulah barisan kata yang tertulis di pesan singkatnya.
Tak berapa lama, Afi pun membalas pesannya.
"Kenapa pulang malam, sibuk?"
Bukannya langsung membalas, Arsya malah melakukan panggilan video. Namun telfonnya itu tak mendapat jawaban, yang dia dapat justru pesan masuk dari nomor yang sedang ia panggil.
"Jangan telfon, aku sedang sibuk"
Reflek sepasang mata Asrya melirik jam di tangannya. Sedetik kemudian dia membalas pesan itu.
"Sibuk ngapain jam segini, coba angkat telfonnya, aku ingin tahu"
"Enggak bisa"
"Ah.. Pasti kamu sedang tidak pakai baju, kan?"
"Enggak"
Mereka kini saling berbalas pesan.
"Kalau begitu, buktikan dan angkat video call dariku"
Arsya tersenyum saat menerima balasan berupa foto istrinya yang kini tengah berendam di dalam bathtub. Namun foto itu hanya terlihat bagian lutut yang menonjol, juga sedikit memperlihatkan pupu serta jari jari kakinya, sementara bagian tubuh yang lain tak nampak sebab tertutup oleh busa sabun.
"Kamu nggak sopan, jadi tegang kan. Sekarang ayo angkat telfonnya"
"Sudah ya, aku sibuk. Hati-hati , selamat lembur" Ada emot kecup di akhir kalimat itu. Tak hanya satu, bahkan lebih dari lima.
Seketika membuat Arsya kembali menyunggingkan senyum.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang mengintip aktifitasnya dari balik pintu yang tak tertutup rapat. Wanita bernama Joana pun bergegas memberitahu Prilly atas sikap Arsya yang terkesan aneh.
"Sepertinya pak Arsya sedang bahagia bu, dia berkirim pesan sambil senyum-senyum sendiri" Sms nya itu di lengkapi dengan foto Arsya yang Joana ambil secara diam-diam.
"Dari tingkahnya, menurut saya, pak Arsya jatuh cinta, bu"
Pesan kedua kembali Joana kirim ke ponsel Prilly yang saat ini sedang berada di Sidney. Satu menit kemudian Joana menerima balasannya.
"Anak saya jatuh cinta? Dengan siapa?
"Kurang tahu, bu. Saya belum menyelidikinya"
"Cari tahu siapa wanita itu!"
"Baik, bu!" Joana kembali ke tempat duduknya. Ia berpura-pura sibuk saat Arsya tiba-tiba keluar dari ruangannya.
"Rapat di mulai jam berapa, Jo?" Tanya Arsya pada sekretarisnya.
"Jam tujuh, pak!"
"Sudah di persiapkan berkasnya?"
"Sudah, sudah saya serahkan ke pak Beno untuj di cek ulang"
"Selagi menunggu jam rapat, kamu bisa pergi ke kantin untuk makan malam"
"Baik, pak"
Arsya kembali masuk, menunggu Beno yang sebentar lagi mungkin akan datang ke ruangannya.
****
Di tempat lain, tepatnya di sebuah kamar mewah layaknya hotel bintang lima, Silvia duduk berselonjor di atas sofa, ada beberapa camilan yang siap menemaninya duduk santai. Mulutnya sudah siap melontarkan ejekan pada wanita yang sudah ia ambil gambarnya di sebuah buku nikah.
Dengan tenang ia membuka pola kunci di layar ponselnya, tangannya lantas menyentuh menu gallery tempat penyimpanan foto.
Bibirnya tersenyum licik begitu melihat foto yang ia ambil tersimpan di galerinya.
"Haha, kena kamu Afifah" Ucapnya sambil mengetuk sebagian layar agar foto itu tampak satu layar penuh.
Sepersekian detik keningnya mengerut, merasa kalau wajah itu begitu familiar di sepasang matanya.
"Sepertinya nggak asing, tapi siapa?" Gumamnya, dengan fokus sepenuhnya menatap layar ponsel. Ibu jari serta jari telunjuknya menyatu dan sedikit mencubit bagian wajah foto itu, lalu bergerak melebar untuk mengezoom tampilan wajahnya.
"Kenapa mirip sekali dengan pembantu itu?" Lirihnya lagi sambil tetap mencermatinya dalam-dalam. Masih belum percaya, ia kembali menajamkan mata kali ini seraya mendekatkan ponsel ke wajahnya.
Jantungnya bertambah ritmenya, sementara dirinya sedikit shock sebab ia merasa kalau foto itu memang Rere.
"Benar ini Rere. Jadi dia wanita yang Arsya nikahi?"
"Ah..." Dengan penuh amarah, ia melempar ponselnya ke lantai. Karena ponselnya di lapisi cassing termahal se Asia, jadi benda itu sama sekali tidak pecah.
"Kurang ajar sekali pembantu sialan itu, berani-beraninya dia menipuku." Silvia bangkit, lalu berdiri.
Wanita itu berkacak pinggang dengan salah satu tangannya, dan tangan yang lain mengepal kuat-kuat. Ia berjalan mondar-mandir kesana kemari, marah, benci, campur sedih seakan menumpuk jadi satu.
"Tante Prilly, aku harus beritahu dia" Silvia memungut handphonenya kembali. Dengan cepat ia menelfon nomor Prilly.
Ia berdecak saat panggilannya tak terangkat.
Tak sabar, ia akhirnya mengirim foto tersebut dengan di sisipi sebait caption.
"Tante tahu, foto ini ku temukan di mana? Di buku nikah milik Arsya dan pembantunya. Rere, ternyata dia adalah Afifah, wanita yang tante cari-cari selama ini"
Ketika pesannya belum terbaca, ia kembali berdecak geram.
"Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa nggak langsung membaca pesanku" Tangannya meremat ponselnya dengan emosi yang memuncak.
"Awas saja kamu, Rere. Kamu nggak akan selamat dariku"
"Sil!" Mendadak ia mendengar suara sang mamah memanggilnya di iringi ketukan pintu.
"Masuk mah" Wanita dengan rambut di gulung rapi, membuka kamar putrinya, lalu melangkah masuk.
"Gimana? Kamu sudah berhasil bujuk Prilly buat ngadain acara lamaranmu dengan Arsya?" Tanyanya di sela-sela langkahnya.
"Belum, mah"
"Kenapa belum, ayo dong gerak cepat, perusahaan kita semakin terpuruk. Kamu nggak mau jatuh miskin, kan"
"Sabar, dong mah. Ini malah masalah nambah lagi"
"Masalah apa? Bukankah wanita yang Arsya nikahi itu entah ada dimana, Arsya juga sudah menghentikan pencariannya?"
"Justru ini masalahnya, mah. Mamah tahu, kenapa Arsya berhenti mencarinya?"
"Ya jelas Arsya kadung kecewa dengan wanita itu"
"Mamah salah besar" Kata Silvia. Memusatkan bola mata ke manik hitam lawan bicaranya.
"Lantas kenapa?"
"Ternyata, wanita yang Arsya cari ada bersamanya, jadi selama ini kita sudah di tipu oleh Arsya. Dia pura-pura mencari istrinya, supaya tidak ada orang yang tahu rahasianya"
"Rahasia apa, mama nggak ngerti"
"Rahasia mengenai pembantunya"
"Apa hubungannya dengan pembantunya?"
Pembantu yang di rumah Arsya, ternyata dia adalah wanita yang Arsya nikahi, mah"
"A-apa?" Wanita paruh baya itu terkejut. "M-maksud kamu, wanita itu tidak menghilang? Tidak pergi kemanapun"
"Iya, mamah. Dia ada bersama Arsya, di rumahnya, dan menyamar jadi pembantu. Dan aku yakin itu rencana Arsya"
"Gawat sayang, itu artinya tidak akan ada pernikahan antara kamu dengan Arsya?"
"Kita harus melakukan sesuatu, mah"
"Singkirkan wanita itu Silvia, kalau tidak, kamu akan kehilangan Arsya"
"Iya, mah"
Fokus nya mendadak teralih pada benda dalam genggaman Silvia. Ponsel itu berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
"Tante Prilly, mah" Ucapnya saat melihat ke layar yang berkedip.
"Di angkat dong sayang, pengaruhi dia supaya ada di pihak kita"
"Tentu, mah" Silva menggeser ikon hijau.
"Iya, tante"
Bersambung
semoga end nya nanti sudah baikan semua 😊