Namaku Kinanti Prayoga
Umur : 10 Tahun
Yatim-piatu.
Aku hidup dari hasil ladang warisan Ayahku, walau tidak besar, tap cukup untukku bertahan hidup.
Aku bertani sayur dan bumbu dapur, Kacang panjang dan terong itulah yang bisa ku tanam, serei, kemangi dan daun selasih itulah tanaman tambahan di kebun ku yang kecil.
Tapi walau kecil, aku bisa menghidupi diriku sendiri, 30 hingga 40 ribu bisa ku hasilkan, dan itu sudah sangat baik.
Di kebun ku juga ada pisang, singkong dan ubi jalar, itu bisa kupakai sebagai tambahan panganku selain beras.
Ayam yang kumiliki juga cukup banyak, jika aku ingin makan, tinggal ambil seekor, cukup aku makan seharian bahkan hingga esok juga.
Aku tak bisa mengeluh, tak ada yang lain warisan dari orangtuaku selain Cincin berwana Hitam.
Ibuku berkata sebelum dia meninggal, bahwa cincin itu warisan turun temurun, jadi aku pakai saja, kebetulan pas di jariku, saat aku mencobanya.
ikuti terus ceritaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34. Rencana Kinanti dan Samuel
Akhirnya suasana yang kaku kini mulai tercairkan, Kinanti senang dengan tindakan temannya itu.
"Kinan, sapa mantan ketua kelas, yang dulu suka dengan Kinanti, Namanya Samuel, Ayahnya waktu Anggota Dewan DPRD Kabupaten mereka, dan sekarang sudah menjadi wakil Bupati.
Samuel sendiri, sibuk dengan usahanya, dia membuat Pabrik Bata merah dan Batako campuran semen dan pasir, dan juga Pabrik pembuatan pintu dan jendela, tinggal pilih mau aluminium atau kayu, untuk jendela.
Dan yang paling laris adalah Usaha Fabrikasinya, membuat teralis, usahanya sangat terkenal, dia juga membuka usaha cetakan.
Samuel memang kreatif, Kinanti sempat tertarik dan beberapa kali mereka jalan-jalan bersama, hanya saja, Samuel perokok berat, dan terjadi minum alkohol, sehingga Kinanti melupakannya.
"Hay Kinan, lama tak bertemu, sapa Samuel.
"Hay juga, jawab Kinanti.
Sonya dan yang lain langsung minggir, mereka tahu Kinanti dan Samuel mau bicara serius, sebelum mereka dulu berpisah, ada masalah yang belum selesai.
"Kinan, maafkan saya dulu, Ucap Samuel, membuka suara.
"
Aku sudah tau, dan sudah ku maafkan, jangan dipikirkan lagi, ingat baik-baik, kamu sebentar lagi akan menikah, jadi jangan terbebani dengan masalah yang sudah lewat.
Kita tetap berteman, buat promosi saja di kompleks perumahan milikku, siapa tahu banyak yang berminat, buat surat ijin meletakkan papan Promosi kamu, bilang saja saya ijinkan, tapi jaga kerapian, ucap Kinanti mengalihkan topik pembicaraan.
"Terimakasih, kalau kamu sudah memaafkan saya, dan juga sudah mengijinkan saya mencari peluang di Kompleksnya milikmu.
Aku bahagia mendengarnya, aku janji tidak akan mengecewakan kepercayaan kamu, tapi apakah boleh aku minta tolong sesuatu dari kamu? Tanya Samuel ragu-ragu.
"Tolong dalama hal apa, kalau butuh Modal, datang saja ACB, buat rencana penggunaan dananya, dan tencanan angsurannya, dan jumlah modal yang kamu butuhkan, jawab Kinanti.
"Salah satunya soal modal, tapi yang ini mungkin agak sulit, ini soal ibuku.
Ayahku menceraikan ibu karena mengalami stroke, dan sekarang tinggal bersama saya, makanya saya berhenti kuliah, kakak-kakak saya tidak ada yang peduli dengan ibuku.
Saya bersyukur, calon istriku, walau dia anak yatim-piatu, tapi dia sangat menyayangi ibuku, hingga dia rela capek-capek merawat ibuku, padahal tau sendiri namanya kerja operator produksi di PT, pasti sangat menguras tenaga.
Seminggu yang lalu, ada teman ibu ku bilang, ada obat yang bisa menyembuhkan ibuku, tapi harganya sangat mahal, sebutir harganya 5 milyar, dan obat itu Produksi Perusahaan kamu, dan akan di terapi di RS milik kamu.
Bolehkah aku minta tolong, kamu berikan obatnya dan terapi di RS kamu, tapi saya bayar cicil, jujur saja semua pekerjaan aku lakukan demi menabung untuk kesembuhan ibuku.
Ayahku tidak peduli dengan ibuku, padahal dulu, ibuku yang membantunya menjadi politikus terkenal, dan harta Ibuku habis demi memperjuangkan ayahku agar menjadi anggota dewan beberapa periode.
Tidak apa-apa, kalau kamu menerapkan bunga, walaupun jangkanya lama, aku akan melunasinya, ucap Samuel.
"Kamu saat ini punya uang berapa? Tanya Kinanti
"Aku selama 3 tahun hanya sanggup menabung 1.5 milyar, masih banyak lagi yang harus aku kumpulkan, di perbatasan kabupaten sebelah selatan, aku punya tanya, tepat nya milik Ibuku, tapi masih di kuasai ayahku, walaupun sertifikat nya ada sama saya, tapi ayahku juga punya sertifikat.
"Kamu kirim nomor sertifikat nya, biar orang saya yang mengurus nya, ucap Kinanti.
"Apa mau membelinya? Tanya Samuel.
"Saya butuh lahan untuk peternakan dan perkebunan di wilayah Selatan, ucap Kinanti.
"Ibuku, memiliki lahan sangat besar di wilayah Selatan, ibuku anak tunggal, jadi seluruh warisan orangtuanya jatuh ke tangan ibuku, tapi ayahku tidak mengetahuinya.
Lahan itu besarnya 37 hektar, 600 meter dari jalan Utama, dan lebih dekat ke Kota kabupaten sebelah, hanya 10 km, dan belok ke kanan 30 km, masuk kabupaten satu lagi, dan seterusnya masih ada 1 kabupaten, sebelum masuk provinsi sebelah.
Di simpang jalan itu adalah lahan 10 hektar milik ibuku yang di kuasai ayahku.
Lahan itu, pasti akan jadi rebutan, dan pastinya akan panjang ceritanya, kalau yang 37 hektar, hanya ibu dan saya yang tahu tanah itu, karena memang kakek mewariskan untukku, ucap Samuel sangat panjang.
"Berapa harga yang kamu inginkan, tanya Kinanti.
"Asal ibuku bisa sembuh, tanah itu gratis untukmu, dan tabunganku bisa ku pakai untuk membangun usaha bengkel mobil dan motor serta spare part, lahan aku sudah punya, walaupun lahan milik calon istriku, katanya warisan orangtuanya.
Aku berencana di lahan 2.5 Hektar itu, mau aku pusatkan seluruh usahaku, ucap Samuel.
"Aku berikan obatnya gratis, tapi aku minta kamu harus merahasiakannya, dan jangan pernah kamu sakiti calon istrimu, yang kelak jadi istrimu, jika kamu berlaku seperti ayahmu, maka saya akan bertindak.
Besok antar saya ke lokasi, dan pulang dari sana, saya sendiri yang mengobati ibumu, 1 jam saja, ibumu sudah sehat, dan nanti saya berikan rekomendasi untuk terapi, dan rehabilitasi nya gratis, hingga waktu nya benar-benar sembuh.
Sedangkan lahanmu, aku tetap bayar, jika lahannya sesuai dengan hadapanku, aku bayar 200 milyar, tulis nomor handphone kamu, biar aku telpon kamu, ucap Kinanti.
"Terimakasih, di 3 kabupaten itu, lagi cari investor, di perbatasan 2 kabupaten itu, kiri kanannya jalan utama, tanah kosong sejauh 2.5 km, sangat cocok jika perbatasan kedua wilayah itu, di sambungkan seperti yang kamu buat ini.
Luas keseluruhan nya, di perkirakan 6 ribu atau 7 ribu hektar di satu sisi, perbatasan itu terpisah oleh jalan utama ke Jakarta, sisi kanan bisa kamu bangun perumahan sedangkan sisi kiri, bisa untuk sawah, atau Perkebunan lainnya, atau peternakan sapi, ada sungai di sana, jika kamu berminat, aku bisa menghubungi teman saya, ucap Samuel.
"Besok kita cek, akan tetapi, aku mau semua dokumen lengkap, aku tidak ingin ada masalah di kemudian hari Tegas Kinanti.
Seluruh pemilik tanah memiliki sertifikat, telah di kumpulkan di kelurahan, rencananya ada perusahaan besar dari Jakarta yang akan mencoba membeli nya.
Dengar-dengar, mereka ingin meniru konsep milikmu, menyambung 2 wilayah dengan sebuah wilayah seperti yang kamu Buat.
Menurut saya, jika kamu membangun disana, kamu lebih leluasa, dan tidak serumit ini, di bawah perbukitan nya, terdapat mata air yang lebih Besar dari pabrik air minum milikmu, hanya kualitasnya aku tidak tahu, lanjut Samuel berbicara.
"Besok kita kesana, dan jika aku tertarik, tolong kamu temani Tim saya untuk melakukan pertemuan dengan seluruh pemilik tanah, dan saya mau dalam 2 Minggu ini, proses pembayaran di mulai, ucap Kinanti.
"Baiklah, saya hubungi teman saya agar besok menunggu kita di sana, ucap Samuel.
"