PELANGI SEHABIS BADAI
Itulah nama yang cocok untuk Liu Ryu. Seorang Anak desa yang mencari keberuntungan di dunia Kultivator.
Masalah demi masalah yang selalu menimpa dirinya justru membawa Ryu mencapai kesuksesan hingga dia tau latar belakangnya yang berasal dari sebuah Klan besar di dunia Abadi.
Saat itulah Ryu berniat untuk membalaskan dendam kepada kelima Sosok Misterius yang telah membantai anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu.
Mampukah Liu Ryu menggapai mimpinya dan membalaskan dendam kepada kelima sosok yang membunuh anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 14. TRAGEDI BATALNYA PERTUNANGAN
Ryu bangun dari tempat berbaring dengan wajah murung merasakan Tingkat Kultivasinya menurun drastis.
Tingkat Kultivasi awalnya sudah mencapai level 31 kini telah menjadi level 10.
" Ka Ryu... " Terlihat Huli Yue berjalan mendekati Ryu secara perlahan.
" Yue'er..." Ryu semakin tertekan saat merasakan Tingkat kultivasi Huli Yue setingkat level 11.
" Ka Ryu..." Huli Yue terus menatap Ryu tersimpan kesedihan yang mendalam.
"Yue'er... Maafkan aku." Ryu memeluk erat Huli Yue merasa bersalah.
" Ka Ryu... Tidak apa-apa. Yang penting kita Selamat. " Huli Yue mencoba untuk menghibur Ryu.
Dua Hari berlalu, Ryu dan Huli Yue kembali mengumpulkan semangat mencoba bangkit dari keterpurukan.
Rasa saling melindungi itulah membuat mereka kembali bangkit kemudian keluar dari dalam Goa.
"Ka Ryu... Bagaimana kalau kamu coba kekuatanmu sekarang. Siapa tau ada Elemen yang tersisa." ucap Huli Yue
" Baiklah... akan kucoba" Ryu berjalan seakan kurang yakin.
" Wush " Kini terlihat seluruh Tubuh Ryu ditutupi elemen Petir berwarna ungu.
Dari Penyatuan Elemen itu juga terlihat Seperti Seekor Kera Bertanduk dan Bertaring Panjang.
'' Ka Ryu... Coba kamu serang Pohon besar itu." Huli Yue menunjukkan Sebuah pohon besar.
" Wush. " Elemen Petir berwarna ungu menembus Kayu tersebut.
" Ryu'er... Sepertinya Elemen Petir miliku mengandung Racun." Ryu menatap Pohon tersebut mengeluarkan asap secara perlahan lobang tersebut membesar.
" MMM.'' Huli Yue terlihat Senang.
" Yue'er... bagaimana denganmu?" tanya Ryu.
" Sepertinya tidak ada perubahan." ucap Huli Yue.
"Baiklah... Sebaiknya kita lebih cepat keluar dari Hutan ini sekarang, mengingat tingkat Kultivasi kita sekarang." Ryu bergegas melangkahkan kakinya.
" Ka Ryu... Sepertinya Kaka harus menyembunyikan kekuatan elemen Kaka itu dari Orang lain. Kekuatan Elemen milik Kaka Sangat berbahaya" Huli Yue mengingatkan sambil berjalan.
" Kamu Benar... Jika Orang tau, maka akan sangat berbahaya bagiku. Sepertinya Elemen Baru itu bisa melukai siapapun bahkan Pemiliknya sendiri jika belum benar-benar dikuasai" Ryu ikut membenarkan.
" Ka Ryu... Rencanamu kita akan kemana sekarang?" Tanya Huli Yue.
" Kita akan ke kediaman Klan Xin untuk membatalkan rencana Pertunanganku Dangan Xin Mei. Kurasa mereka akan setuju mengingat tingkat Kultivasiku sekarang turun Level 10. Lagipula...." Ryu menatap wajah Huli Yue.
" Mmhhh.. itu...'' Huli Yue salah tingkah dengan wajah memerah.
......................
Di Dalam sebuah Ruangan Keluarga Klan Xin kini telah banyak yang berkumpul dari 3 Sekte besar bahkan Putra Mahkota kerajaan NUKKAN.
" Hadirin Semua Putra Mahkota Zifan, Paktriak Quilan, Paktriak Tong, Paktriak Duan dan para tamu undangan semua." Xin Di Hai memberi Hormat.
" Dimana Hari ini adalah Hari bahagia bagi Klan Xin dimana akan mengadakan Pertunangan Anakku Xin Mei dengan Seorang Kultivator Paling Jenius di Kerajaan Nukkan." Xin Di Hai terlihat Bangga.
" Tuan Di Hai... Bukankah itu terlalu berlebihan. Bukankah Saudara Ryu hanya dari Sekte kecil saja." Huang Zifan meremehkan.
" Putra Mahkota Zifan. Kita lihat saja nanti." ucap Xin Di Hai.
" Tuan... ada orang diluar yang mengaku sebagai Ryu." ucap sosok yang baru datang.
" Penjaga... Bawa dia masuk sekarang!" Xin Di Hai tertawa.
Tidak Lama terlihat Ryu bersama Huli Yue masuk ke dalam Ruangan.
" Salam Tuan... Salam semuanya." Ryu memberi Hormat diikuti Huli Yue.
" Guru Ryu..." Xin Mei, Xin Chi dan Huang Do memberi Hormat di depan Ryu.
" Guru... apa yang terjadi pada kalian?" bisik Xin Chie merasakan Tingkat Kultivasi Ryu dan Huli Yue turun Drastis.
" Tuan Xin jadi ini Calon menantumu yang kau banggakan " Tanya Paktriak Tong dari Sekte Kabut Tengkorak.
" Yang benar saja. Ternyata hanyalah Sampah." Semua Orang berbicara satu sama lain.
" Guru Ryu... Apa kau ingin mempermalukan ku di depan Tamu Undangan?" Wajah Xin Di Lang memerah merasa malu.
" Mohon maaf Sebelumnya Tuan... memang beginilah keadaanku sekarang. Kami baru saja mengalami musibah." Ryu menunduk.
" Mei'er... menurutmu apa dia pantas menjadi Pendampingmu?" Huang Zifan menatap Xin Mei lalu menoleh ke Ryu "Lebih Baik Klan Xin menerimaku saja sebagai menantu daripada seorang sampah." sambil menunjuk Ryu.
" Jaga mulutmu!" Huli Yue mengancam.
" Hahaha... satu lagi sampah ingin menggertak ku. Lebih baik kau menjadi selirku saja." Huang Zifan menatap Huli Yue dengan penuh Nafsu.
" Putra Mahkota Zifan... sekali lagi kamu bicara seperti itu, aku akan merobek mulutmu!" Ryu mengancam.
" LANCAANNGG!" Huang Zifan mengibas tangannya ke arah Ryu dan Huli Yue.
" BOOOMMM" membuat Ryu dan Huli Yue terpental dan memuntahkan Darah.
" Paktriak Quilan...Anda dari sekte Cahaya Surgawi. Bagaimana menurutmu jika ada seorang Kultivator yang Kultivasinya menurun secara Drastis?" Putra Mahkota menatap Mu Quilan.
" Sepengetanku Semua meridiannya akan Rusak Total dan tidak mampu lagi untuk Berkultivasi seumur Hidupnya" jawab Paktriak Quilan.
" Ayah... Aku tidak ingin Menikah dengan Seorang Sampah" Xin Mei bersuara.
" Saudara Mei... Apa yang kamu katakan.?!" Xin Chie seakan tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.
" Mei'er... Bagaimanapun Dia adalah orang yang berjasa pada kita." Huang Do menggelengkan kepala.
" Aku adalah Calon Pewaris Ketua Klan Xin. Apa itu pantas aku akan bersanding dengan orang yang melindungi dirinya saja tidak mampu." Xin Mei menatap Ryu penuh benci bercampur kekecewaan." Saudara Chie... jika kamu menginginkan sampah itu, Silahkan! aku tidak melarang mu." Xin Mei menatap Xin Chie.
Mendengar Ucapan tersebut Huang Do dan Xin Chie hanya menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
" Apa yang dikatakan Xin Mei Benar. itulah sebabnya aku datang kesini untuk membatalkan Rencana Pertunangan ini." Ryu memegang Dadanya yang masih sakit.
" Tidak Pantas sampah mengatakan itu!" Xin Di Lang melancarkan Serangannya membuat Ryu kembali muntah Darah.
" Aku Rasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku mohon pamit undur diri." Ryu berusaha bejalan Keluar Ruangan.
" Jika Ada Seorang yang masuk ke Klan Xin, maka harus keluar dengan Izin Kami." Xin Di Lang memberi Isyarat kepada ketiga Paktriak Sekte.
Seketika Aura dari Ketiga Sekte besar menekan Spritual Ryu dan Huli Yue membuat mereka berteriak Kesakitan.
" Cukup! aku mohon Hentikan!" Xin Chie mencoba menghalang ketiga Paktriak tersebut.
" Chie'er... Kau kira dengan permintaanmu aku akan melepaskan begitu Saja? Apalagi Ayahmu hanya Anggota Cabang." Xin Di Hai terlihat Geram.
" Tuan Di Hai. Hentikan! Jika tidak Kerajaan Nukkan akan membatalkan Perjanjian kita" Huang Do Sedikit mengancam.
" Adik Do... Apa yang kamu lakukan?" Huang Zifan menatap Huang Do.
" Ka Zifan... Bukankah kamu hanya menginginkan Mei'er... Bagaimanapun Guru Ryu adalah Guruku yang mengajariku sampai aku seperti ini sekarang." Huang Do menatap Xin Chie memberikan Isyarat membawa pergi Ryu dan Huli Yue.
" Jika kalian Semua tidak melepaskan mereka, maka lebih baik aku akan Bunuh diri Sekarang. Dan Kalian Semua akan Tau akibatnya bahkan Putra Mahkota sendiri" Huang Do mengancam.
Huang Zifan kini terlihat Panik, Raja telah mentitahkan Untuk melindungi Huang Do. Bagaimanapun Raja pasti menuduhnya telah membunuh Adiknya sendiri dimana dulu pernah Dia lakukan. Ditambah lagi kepergian mereka sebagai Tamu Klan Xin yang juga ada 3 Sekte besar.
Akhirnya dengan Terpaksa Putra Mahkota memerintah mereka untuk menghentikan aksinya dan meminta Xin Chie untuk membawa Ryu dan Huli Yue keluar.
Setelah Tamu undangan sudah bubar, kini hanya tinggal Xin Di Hai dan 3 Paktriak Sekte terlihat merencanakan sesuatu.
" Paktriak Quilan, Paktriak Tong, Paktriak Xuan... Kuperintahkan kalian untuk mencari dan membunuh mereka atau Hancurkan Sektenya agar tidak jadi ancaman di kemudian Hari." Perintah Xin Di Hai.
" Itu Pekerjaan Mudah Tuan." ucap mereka serempak.
......................
Tiga Hari kemudian, Xin Chie telah berhasil membawa Ryu dan Huli Yue yang masih dalam Keadaan Terluka karena Seluruh Meridian mereka Rusak parah akibat Serangan Spiritual dari ketiga Paktriak.
Saat berada di depan Gerbang Sekte, kini hanya sisa Puing-puing bekas terbakar tidak menyisakan Satupun.
"Guru Ryu... Adik Yue... Bagaimana ini Sekarang?" Xin Chie terlihat Khawatir.
" Xin Chie... bawakan kami ketempat ini.!" Ryu memberikan sebuah Gulungan Peta.
Setelah melihat Peta tersebut, Xin Chie kembali mengangkat mereka Berdua menuju tempat yang ditunjukkan Ryu.
Dua Hari telah berlalu, Siang dan malam Xin Chie teru berjalan Hingga merasa tenaganya sudah tidak Kuat lagi terlihat Samar-samar ada beberapa Sosok yang membawa kuda dengan 1 buah kereta. Hingga Akhirnya Xin Chie jatuh Pingsan.
" Tuan... Sepertinya ada orang Pingsan" teriak salah satu pengawal saat memeriksa 3 Sosok tersebut.
" Sepertinya Pemuda dan wanita ini dari Desa Lembah Hitam. Pengawal... Cepat angkat mereka." Perintah Saudagar Siao.
......................
" Dimana ini..? " Xin Cie memegang kepalanya tersadar dia berada di sebuah kamar yang cukup Luas.
" Syukurlah Nona Sudah Bangun" ucap Sosok Pria paruh baya tidak lain Liu Meng.
" Guru... Dimana Guru...?" Xin Chie teringat Ryu dan Huli Yue.
" Nona tidak perlu Khawatir... mereka juga sudah membaik." Liu Meng terlihat murung.
" Ah... Syukurlah. Terimakasih Paman." Xin Chie terlihat lega.
" Dimana mereka sekarang? aku ingin melihatnya." lanjut Xin Chie.
" Mari..!" Liu Meng Meng keluar dari kamar menuju ke kamar Ryu dan Huli Yue.
" Guru... Adik Yue..." Xin Chie terlihat senang melihat keadaan mereka sudah membaik.
" Xin Chie... Terimakasih telah membawa kami kesini. maaf telah membuatmu ikut menderita." Ryu merasa bersalah.
" Guru... Itu tidak masalah. Yang penting Guru sekarang sudah baikan." ucap Xin Chie.
" Ka Chie... Terimakasih " Ucap Huli Yue.
" Tidak masalah adik Yue. itu sudah kewajiban ku." Xin Chie tersenyum lega.
" Syukurlah kalian ditemukan oleh Saudagar Siao saat kalian Pingsan ditengah jalan. dialah yang membawa kalian kesini." ucap Liu Meng.
" Syukurlah kami bertemu dengan Orang baik, jika tidak entah bagaimana jadinya." ucap Xin Chie.
" Kebetulan aku dan Saudagar Siao adalah teman baik, itu semua Berkat Ryu anakku." ucap Liu Meng.
"Anak" Gumam Xin Chie.
" Salam Paman. Aku Xin Chie murid Guru Ryu." Xin Chie memberi Hormat.
" Ah... tidak perlu seperti itu. Terlalu Formal. aku Liu Meng ayahnya Ryu." Liu Meng membalas
" Ayah... bagaimana dengan meridianku.?" Tanya Ryu....
" Ryu'er.... untuk sekarang aku tidak bisa membantumu. " Liu Meng merasa bersalah.
" Ka Ryu,.... bagaimana kalau kita bertemu dengan Ayahku saja? Siapa tau dia bisa membantu untuk memulihkan Meridian kami." Huli Yue memberi usul.
" Yue'er... Apa ayahmu tinggal tidak jauh dari sini?" Tanya Liu Meng.
" Benar Paman... tapi hanya aku sama Ka Ryu saja yang bisa kesana!" ucap Huli Yue.
" Tidak... aku akan terus menjaga Guru Ryu. Aku akan menjaganya Sampai benar-benar pulih." Tegas Xin Chie...
" Baiklah. Tapi kamu jangan Kaget." Huli Yue memperingati.
" Apapun yang terjadi aku akan menjaga Guru." tegas Xin Chie.
" Jika demikian lebih baik kalian pergi Besok Pagi saja. mengingat kondisi kalian belum pulih Total." ucap Liu Meng.
" Baik Ayah..." ucap Ryu.
......................
Keesokan Pagi, Ryu, Xin Chie dan Huli Yue telah berada di Kedalaman Hutan bagian Timur.
" GGGRRRR " Seekor Rubah Merah menghadang mereka.
" Guru Ryu. Adik Yue... Kalian mundur" Sambil keringat Dingin mengeluarkan Pedang.
" Hahahaha... Tidak kusangka ada Manusia yang mau berkorban." Ucap Rubah tersebut.
" Ayah..." Huli Yue terlihat senang.
" Ayah.?" Gumam Xin Chie.
" Jangan takut... Dia Ayahku." ucap Huli Yue.
" Ayaah... Jadi Adik Yue?" Xin Chie kebingungan.
" MMM" Huli Yue menjawab sebuah anggukan.
Ryu yang sudah tau hanya diam, namun tidak menyangka Bahwa Huli Yue juga memiliki Keluarga.
" Sudahlah... Lebih baik kita bicara didalam." Rubah tersebut menjadi Sosok seorang Pria Sepuh.
" Yue'er... Apa yang terjadi pada kalian hingga seperti ini. " Tanya Huli Bai.
" Ceritanya sangat Panjang Ayah... Syukurlah Ka Chie berhasil menyelamatkan kami dan membawa kami disini." jawab Huli Yue.
" Sebelumnya Terimakasih untuk Xin Chie, Sangat langka bagi Seorang Kultivator untuk melindungi kerabatnya." ucap Huli Bai.
"Jadi... Apa rencana Kalian selanjutnya?" lanjut Huli Bai.
" Begini Senior... Sekarang Meridianku dan Yue'er telah Rusak. itulah kami datang kesini." Ryu bersuara.
" Ryu'er... Untukmu sebagai manusia, Setahuku Hanya Rumput Jiwa Peri lah yang bisa memperbaiki Kerusakan Jiwa dan Meridianmu. Tapi hanya bisa didapatkan di Dunia Peri" Huli Bai mengela nafas. " Dan untuk Yue'er... Kamu bisa menyerap Inti Rohku saat aku sudah mencapai 1 Juta Tahun. dimana aku sudah tidak bisa didunia ini lagi dan terlahir di Dunia para Dewa." sambil menatap Huli Yue.
" Paman... Bagaimana kami bisa mencari Dunia Peri itu? Bukankah itu hanya mitos?" tanya Ryu.
" Dunia Peri memang sulit ditemukan karena mereka membuat Dunia mereka sendiri sejak Jutaan Tahun yang lalu... Tapi aku tau dimana letak dari salah satu Pintu Dimensi tersebut." Huli Bai menunjukkan sebuah Batu berbentuk Kotak. "Ini adalah Kunci untuk membuka Dimensi mereka".
" Ayah... Dimana Pintu Dimensi mereka?" tanya Huli Yue.
" Setau ayah Pintu Dimensi mereka berada di Puncak Gunung Es arah Barat dari sini. Sayangnya Para Siluman tidak bisa ketempat tersebut karena Sebuah Perjanjian yang tidak bisa dilanggar" Ucap Huli Bai.
" Yue'er... Tinggal beberapa Hari lagi Ayah tidak bisa bersamamu lagi. Itu adalah Hukum alam. Jadi kuharap Kamulah yang akan mewarisi Inti Roh milikku. Agar kamu seperti Layaknya manusia, Kamu harus menyerapnya dengan cara para Kultivator pada umumnya." Lanjut Huli Bai.