Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil?
Seusai shalat subuh Zena merasakan mual yang sangat hebat, dia lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Athala yang sehabis subuh tidur lagi, mendengar suara istrinya yang menangis dia pun beranjak bangun.
"Sayang kamu kenapa?" Athala memijat leher Zena dengan sedikit keras karena Zena terus terusan muntah.
"Pusing mas."
BRUK Zena pingsan di tangan Athala "Astagfirullah sayang, bangun sayang, Zena bangun!" dengan perasaan cemas Athala pun segera membawa Zena keluar.
"Zena kenapa?" Tanya mamih Aleesya "Pingsan mih tadi Zena muntah muntah terus." Athala buru buru membawa Zena ke mobil.
"Bi, tolong kasih tahu bapak, saya ikut Athala ke rumah sakit." Mamih Aleesya segera menyusul Athala ke mobil. Pergilah mereka bertiga ke rumah sakit.
Sementara bibi memberikan kabar pada semua orang dirumah bahwa Zena pingsan dan dibawa kerumah sakit. Alana langsung menelepon maya asistennya untuk bersiap-siap di depan lobby.
Semua menyusul kesana termasuk bu Kamila dan Zalindra. "Ya Allah Zena kenapa kamu nak?" Ucap bu Kamila dengan cemas. "Sabar ya mah, insya Allah Zena baik-baik aja mah." Jawab Zalindra
-
-
-
Zena sudah dibawa ke ruangan untuk di periksa oleh dokter Aline. Sementara mamih Aleesya dan Athala menunggu diluar namun disamping berita Zena pingsan, ada hal yang lebih mengejutkan. Dimana hampir semua orang memandang Athala sambil tertawa.
"Apa lihat-lihat!" Ucap Athala dengan ketus.
Mamih Aleesya juga heran lalu dia melihat Athala dan menutup mulutnya "Astagfirullah Athala! Kira kira kamu pakai baju gitu!"
Athala melihat penampilannya sendiri hanya memakai boxer minions kesukaannya dan kaos oblong "Astaga!" Dia memukul jidatnya sendiri dan berlari ke resepsionis.
Jelas saja dia menjadi pusat perhatian para staff rumah sakit. "Kalian mau ku pecat hah? Mbak pinjam telepon!"
Sontak para perawat yang tadi menertawakannya pun langsung tutup mulut dan buru-buru kabur. Sementara Athala menghubungi Juna untuk membawa baju dan juga ponselnya yang ada dikamar.
"Bodoh sekali kenapa bisa lupa pakai baju aishhh memalukan!"
Athala kembali lagi ke mamihnya, tak lama papih Al, Alana, Atharya dan bu Kamila juga Zalindra datang. Ariana langsung ke kampus karena masih ada ujian hari ini.
"Hahahahaha... Gileeee style apaan tuh!" Atharya puas sekali tertawa. Alana juga tak mau kalah, dia malah tertawa terbahak bahak.
Zalindra dan bu Kamila hanya tersenyum walaupun sebenarnya mereka juga ingin sekali cekikikan.
"DIAM KALIAN! Juna mana lagi." Gerutu Athala. Hancur sudah image Athala didepan Zalindra. Mungkin jika didepan keluarganya dia tak masalah, paling hanya jadi bahan ejekkan. Tapi ini di depan Zalindra dan ibunya, oh my God! Mau ditaro dimana muka Athala??
CEKLEK
"Dok, Zena gimana?" Athala langsung menghampiri dokter Aline.
"Selamat yah Zena hamil, selamat bu Aleesya sebentar lagi punya cucu hehehe. Waktu cepat berlalu ya bu. Dulu bu Aleesya kesini sewaktu hamil anak-anak. Sekarang udah mau punya cucu." ucap dokter Aline ramah.
"Masya Allah makasih ya dok. Betul dok, dulu aku kesini pas periksa Alana sama Athala sekarang gantian hehehe!" jawab mamih Aleesya.
"Alhamdulillah!" Semua mengucapkan syukur atas kehamilan Zenata. "Mih, pih, Athala mau jadi ayah!" Athala memeluk mamih dan papihnya.
Athala dan yang lainnya masuk ke dalam melihat kondisi Zena. Dia duduk dipinggir kasurnya dan mengelus kepala istrinya yang masih tertidur. Bu Kamila sangat tersentuh melihat anak perempuannya sangat di sayang oleh suaminya. Dia bersyukur bahwa Zena hidup bahagia.
Zena sudah bangun dari tidurnya kepalanya masih terasa pusing. Sebelumnya Athala juga mendapat nasihat dari dokter tentang kehamilan istrinya.
"Mas...!"
"Kamu dirumah sakit sayang. Kata dokter, kamu hamil sayang."
"Mas serius aku hamil?" Tanya Zena yang membulatkan matanya. "Iya sayang, kita akan punya anak!"
Kebahagiaan itu tak hanya dirasakan oleh pengantin baru yang lagi mesra-mesranya. Namun bu Kamila dan Zalindra juga bahagia mendengarnya.
-
-
-
Zena tak menginap disana, sore itu dia dan suaminya pulang. Sementara Zalindra dan bu Kamila kembali ke hotel. Acara gathering akan di adakan sekitar 1 minggu lagi.
Zalindra benar benar beruntung, semua pegawainya diberikan akomodasi full oleh perusahaan Dewantara saat gathering nanti. Acara gathering itu akan diadakan di Villa mewah dan luas milik keluarga Dewantara.
"Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar ya mah. Kita juga bisa ketemu Zena." Ucap Zalindra sembari membereskan baju-baju. Karena besok pagi mereka akan pulang ke Surabaya.
"Iya Zal Alhamdulillah, perusahaan kamu semakin meningkat. Mamah kangen sekali sama Zena, apa mamah mengaku saja yah?"
"Jangan sekarang mah, terlalu buru-buru. Nanti yang ada Zena malah membenci mamah. Lebih baik kita pendekatan dulu dengan Zena. Minggu depan kan kita kembali lagi kesini."
Bu Kamila mengangguk patuh ada benarnya juga omongan Zalindra. Dia akan menunggu sampai waktunya tiba.
-
-
Dikamar Zena tak berhenti tersenyum dia terus melihat perutnya di depan cermin. "Alhamdulillah ya Allah, terima kasih dedek sudah hadir di hidup ummi." gumam Zenata dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"HUEEEEKKKK HUEEEKKK HUEEEKKK" Zena berlari ke kamar mandi, Athala yang baru masuk kamar membawa buah buahan dan obat langsung menyusul istrinya.
Dia membersihkan bekas muntahan istrinya dan mengganti baju istrinya. Athala merawat istrinya yang sedang ma**k parah. Zena juga sudah lemas tak ada tenaga.
"Bentar ya sayang, aku minta bibi buatin teh jahe."
Athala segera ke bawah memanggil bibi. Dia kembali lg ke atas menemani istrinya yang sedang lemah. "Mas, kalau mau kerja enggak apa-apa kok."
"Iya sayang besok aja. Hari ini aku mau disini aja sama kamu. Nemenin dedek utun." Athala membuka baju istrinya dan menciumi perut mulus itu. "Dedek ini abi, lagi apa didalem nak?" Ucap Athala menirukan suara anak-anak.
"Hehehe ya ampun mas, kan baru 8 minggu."
"Mas enggak sabar sayang hehehe lucu ya nanti pas perut kamu besar mmmuuaaahhh! Oh iya, nanti setelah resepsi kita pindah kerumah baru yah." Ucap Athala.
"Iya mas aku manut."
"Sayang, kalau bulan madunya habis resepsi aja gimana? Sekalian babymoon sayang." Lanjut Athala "Iya mas boleh."
"Mas, kok aku kepikiran bu Kamila yah? Beliau dimana sekarang?" Tanya Zena "Masih di hotel, besok mereka pulang. Nanti minggu depan kita ketemu lagi sayang. Kan ada acara gathering." jawab Athala.
Zena sendiri tak yakin namun batinnya mengatakan bahwa dia seperti mempunyai ikatan. Tapi Zena juga tak mau terlalu percaya diri. Mungkin karena dia rindu sosok seorang ibu makanya saat pertemuan pertama dengan bu Kamila, ia merasakan kehangatan seorang ibu.