Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Tiga kali menjalin asmara, tiga kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Acara Dimulai
Karena tidak ada pekerjaan, hampir semua karyawan Paragon grup, lebih banyak memperbincangkan acara yang akan digelar dalam waktu sekitar satu jam lagi.
Bukan hanya di kantor pusat, semua anak cabang Paragon grup pun membebaskan karyawannya dari pekerjaan. Baik itu cabang yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri.
Meski begitu, semua karyawan dilarang meliburkan diri. Mereka wajib datang ke kantor untuk menyaksikan jalannya acara yang bisa mereka saksikan dari layar besar yang sudah tersedia.
Para wartawan pun sudah siap dengan segala perlengkapannya. Bahkan mereka sudah memadati halaman kantor Paragon grup sejak pagi demi mengikuti acara tersebut.
Di dalam gedung acara sendiri, sebagian wartawan juga sudah menduduki tempat yang disediakan. Mereka berada di satu tempat demi kelancaran jalannya acara.
"Jojo, kamu ngapain di sini?" Jojo yang sedang berdiri, tak jauh dari pintu jalur khusus para karyawan nampak kaget kala ada yang melempar pertanyaan kepadanya.
Jojo menoleh sejenak. "Lagi nunggu Erik, Nau," jawab Jojo, lalu matanya kembali mengedar pandangan ke arah yang sama sejak dia di sana.
"Erik? Emang dia datang?" Naura nampak kaget, meski dalam hatinya dia juga cukup senang mendengar hal itu.
"Semalam sih ngomongnya begitu. Tapi sudah jam segini, dia belum kelihatan juga," Jojo terlihat cukup resah.
Naura melihat jam yang melingkar di tangannya. Di sana sudah menunjukan waktu pukul sembilan. Berarti acara sebentar lagi akan segera di mulai.
"Apa mungkin, Erik sebenarnya pindah di kantor cabang?" Naura pun mencoba berpikir positif.
"Ah iya, kenapa semalam aku nggak tanya secara detail ya?" ungkap Jojo sembari menghadap wanita yang berdiri di sisi kirinya.
"Emang Erik nggak cerita apa-apa sama kamu?" Naura pun jadi penasaran.
"Ya cerita, tapi nggak banyak, "ucap Jojo lalu dia melangkah sedikit menuju kursi yang tersedia dan duduk di sana.
"Emang semalam kalian ngapain aja?" Naura pun melakukan hal yang sama seperti Jojo.
"Cuma pergi makan bareng. Tapi, karena ada gangguan, jadi kami nggak lama pergi barengnya. Apa lagi mengingat di kantor akan ada acara penting, jadi kita memutuskan untuk segera pulang."
"Gangguan?"
Jojo mengangguk, lalu dengan atusias, Jojo menceritakan kejadian yang dia alami semalam bersama Erik, sebelum Naura kembali bertanya.
Jojo tahu betul, Naura pasti akan melempar banyak pertanyaan yang membuat Jojo bakalan kerepotan untuk menjelaskan semuanya.
"Tapi semalam, memang ada yang beda sih, sama Erik," ucap Jojo berikutnya.
"Ada yang beda? Beda bagaimana?"
Jojo menghela nafas dalam-dalam. Namun disaat dia akan bercerita, sebuah suara yang Jojo kenal mengusik kenyamanan dirinya.
"Heh, kalian! Ngapain santai-santai di situ! Kerja! Tuh! Di dalam masih banyak yang harus dikerjakan!"
Naura dan Jojo mendengus bersamaan.
"Bukankah semuanya sudah beres?" Naura malah melempar pertanyaan, seakan menantang pria yang suka membuat onar.
"Kata siapa udah beres semua!" balas rekan kerja yang kerap sekali membully Jojo dengan suara menggelegar.
"Tadi aku lihat sendiri," balas Naura tak mau kalah.
"Kamu nantang perintah saya, hah! Kamu berani sama saya, iya!" Pria itu malah emosi.
"Kenapa aku harus takut sama kamu?" Naura malah menantangnya.
"Udah, Nau, udah!" Jojo malah panik melihat sikap Naura yang berani kepada Bogo.
"Oh, kamu nantangin saya?" Bogo tersenyum sinis. "Siap-siap aja, kamu bakal tahu, akibat yang akan kamu tanggung akibat karena berani menantangku!"
"Oh yah? Kamu pikir aku takut?" Naura semakin tak gentar.
"Oh, gitu? Oke! Kita lihat saja, siapa yang akan bertahan, kamu atau aku?" ujar Bogo penuh keyakinan pada senyumnya. Setelah itu, Bogo pergi untuk melakukan sesuatu.
"Ya ampun, Nau, kamu kenapa malah nantangin Bogo? Kamu nggak takut dipecat?" Jojo terlihat panik.
"Aku? Dipecat? Hahaha..." Naura malah tertawa. "Kita lihat saja, siapa yang bakalan duluan pergi dari sini?" Naura pun langsung pergi meninggalkan Jojo yang dirundung kepanikan.
Sementara itu, di pintu utama gedung Paragon grup, kedatangan dua pria muda yang dianggap sebagai penerus pimpinan Paragon grup, disambut dengan penuh hormat oleh beberapa orang yang ada di sana.
Persaingan begitu jelas terlihat dari sikap keduanya yang nampak saling melempar tatapan sinis. Dave dan Morgan, sama-sama memiliki keyakinan yang cukup tinggi akan terpilih sebagai penerus Castilo.
"Apa Daddy sudah datang?" tanya Morgan kepada salah satu staf.
"Tuan besar sedang dalam perjalanan, Tuan muda," jawab staf tersebut. "Kata Tuan alex, anda bisa langsung menuju ke tempat yang sudah disediakan."
"Baiklah," Morgan melangkah memasuki ruang pertemuan. Dengan angkuhnya dia langsung menuju ke atas panggung.
"Maaf, Tuan muda, kursi anda ada di sana," seorang penjaga keamanan langsung mencegah Morgan ketika hendak menduduki salah satu kursi yang ada di atas panggung.
"Loh, kenapa saya harus duduk di sana? Apa anda sedang bercanda?" Morgan nampak terkejut dan langsung tidak terima.
"Sekali lagi saya minta maaf, Tuan muda. Tapi ini perintah langsung dari Tuan besar. Kursi ini, hanya untuk Tuan besar dan penerus yang ditunjuk nanti."
Kening Morgan berkerut. Di sana memang ada beberapa kursi, tapi setelah mendengar penjelasan dari petugas keamanan, Morgan terpaksa mengerti.
"Baiklah. Paling juga, aku yang akan duduk di sana, setelah Daddy mengumumkan namaku sebagai penerusnya," ucap Morgan antusias.
Petugas keamanan hanya tersenyum sembari mempersilahkan Morgan untuk menempati tempat duduk tak jauh dari posisi duduk Dave dan orang tua masing-masing.
Begitu waktu yang ditentukan sudah tiba, Alex langsung membuka acara dengan beberapa sambutan singkat. Alex pun menjelaskan kembali tujuan acara tersebut diadakan.
Di tempatnya, Castilo duduk dengan begitu tenang. Ada dua kursi kosong di sebelahnya, yang sengaja disediakan untuk Erik dan istrinya nanti.
"Baiklah, memasuki acara inti pada hari ini, kami persilahkan Tuan besar Rodrigo Castilo, untuk segera mengumumkan siapa sosok yang akan menjadi penerus kerajaan bisnis Tuan besar. Kepada Tuan besar Rodrigo Castilo, kami persilahkan."
Castilo menghela nafasnya sejenak. Dengan wajah yang begitu dingin, pria itu bangkit dari duduknya, melangkah sejenak menuju tempat yang telah disediakan.
Begitu sampai mimbar, Castilo tidak langsung membuka suara. Pria itu mengedarkan pandangannya terlebih dahulu, memperhatikan semua tamu yang datang untuk menyaksikan momen penting tersebut.
Setelah merasa yakin dan siap, Castilo mulai mengawali pidatonya dengan menyapa dan menyambut para tamu hingga dia menjelaskan tujuan acara pada hari itu.
Di saat Castilo sedang berpidato dengan suaranya yang sangat menggelar, salah satu orang yang hadir di sana, nampak mengembangkan senyumnya, setelah dirinya menerima pesan dari seseorang.
"Ada apa? Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya seorang wanita yang duduk disebelah orang tersebut.
Orang itu menyeringai. "Orang suruhan kita ngasih kabar kalau mereka berhasil menemukan istri dan anak Castilo."
"Lalu?" wanita itu terkejut.
"Tentu saja, mereka langsung bergerak dan hasilnya, seperti yang kita harapkan. Anak dan istri Castilo segera diambil alih oleh mereka."