Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kali
Setelah urusan perusahaan telah selesai. Damian benar-benar menepati janjinya kepada Adiba yang katanya ingin berbulan madu. Bukan ke negara asing atau tempat yang mewah. Juga bukan tempat yang terlihat sangat istimewa layaknya menara eiffel atau tempat-tempat yang banyak di agung-agungkan setiap orang.
Damian memang belum lama mengenal sang istri. Justru itu, Damian tengah memahami apa saja yang ada dalam istrinya. Pikiran Adiba tidak tertebak sama sekali..Wanita itu mengatakan ingin berbulan madu di suatu tempat yang katanya tidak jauh dari pesantren kakeknya.
Terlebih, Daddy Abimana dulu sempat membuat bangunan penginapan di daerah sana. penginapan tersebut tidak bekerja sama dengan siapapun..Semua murni Daddy Abimana yang membangunnya..
Pria paruh baya itu membeli lahan yang cukup luas hanya untuk pembangunan penginapan tersebut. Tujuan Daddy Abimana membangun penginapan itu hanya untuk para orang tua yang jauh-jauh ingin menjenguk putra atau putrinya yang tinggal di pesantren. Mereka yang tidak sempat istirahat atau tidak menemukan tempat istirahat bisa istirahat di tempat tersebut.
Penginapan itu tidak menerima pekerja dari luar. Kebanyakan yang bekerja di sana adalah anak-anak yatim piatu yang sejak kecil sudah tinggal di pesantren. Di rawat dengan tulus dan penuh kasih dan sayang.
Daddy Abimana selalu mengirim uang kepada mereka yang bekerja. Hanya untuk sekedar uang jajan atau yang lainnya.
Untuk para tamu yang ingin menginap, Daddy Abimana membuat peraturan bahwa yang ingin menginap tidak di pungut biaya apapun. Namun di dalam penginapan tersebut sudah tersedia kotak amal.
Mereka yang baru selesai menginap tidak perlu membayar biaya penginapan dan di ganti dengan uang amal yang bisa di masukan seikhasnya.
Daddy Abimana juga membeli tiga hektare sawah untuk di tanami berbagai macam sayuran. Bukan hanya semacam sayur tapi padi pun juga. Selain itu juga ada tanaman berbagai macam cabai, macam-macam bawang serta rempah-rempah.
Hasil panen dari tanaman tersebut di buat bisnis jual beli di pasar. Sehingga uang yang di dapat bisa di buat makan para santri tanpa harus santri membayar bulanan.
Semua gratis. Kecuali memang ada kepentingan yang mengharuskan mereka membayar uang iuran. Itupun paling tidak setahun sekali setiap bulan sya'ban.
*****
Sinar matahari yang terik siang tadi kini telah hilang di telan bumi. Sinarnya tampak indah menyinari semburat senja yang sangat indah di pandang mata.
Dan kini, Semua telah tergantikan oleh bulan yang menyinari bumi nya.
Adiba memejamkan matanya menikmati selir angin yang berhembus sepoi-sepoi di sana. Di hadapannya atau di bawah sana, Tanaman ayang di rawat para santri terlihat begitu indah.
Tanaman padi yang semakin menunduk sangat jelas di lihat dari atas dimana Adiba berdiri balkon lantai dua penginapan itu.
"Disini dingin sayang.. Angin malam tidak baik untuk kesehatan mu.."Damian memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Memberikan kecupan singkat di pipi yang masih terhalang cadar itu.
"Mas.. Geli,,Sungguh!!" Adiba menggiat, Memang segeli itu.
"Ini sudah malam, Rembulan masih menampakkan sinarnya..Bagaimana kalau kita bercinta di malam yang indah ini.." Adiba tersenyum. Wanita itu mengangguk, tentu saja. Damian mengajaknya berhubungan. Jelas Adiba tidak dapat menolak sama sekali. Sudah tahu kan? Bagaimana hukum wanita atau seorang istri bila menolak ajakan suaminya? Boleh menolak, Dengan alasan datang bulan, Lelah yang tak terkira dan sakit.
Damian mengajak sang istri masuk ke dalam kamar yang memang sudah di sediakan. Damian menutup pintu jendela balkon serta menutup tirainya.
Sesuai rencana. Sepasang suami dan istri itu datang ke tempat itu hanya untuk berbulan madu. Memadu kasih antara sepasang pria dan wanita yang memiliki ikatan sah dalam sebuah pernikahan.
Damian..
Pria itu menyapu lembut wajah sang istri membuat wanita yang sekarang berada di bawah kungkungannya ikut menik-mati setiap sentuhan-sentuhan yang Damian berikan.
Hingga sebuah penyatuan telah tersalurkan. Berbagi keringat yang setiap detik, Menitnya terhitung sebuah pahala di dalamnya.
(Kalian bisa bayangkan masing-masing aja ya.. Di sini Othor gak bisa nulis adegan ini secara detail karena memang tak pantas jika terlalu lengkap apabila di tulis di novel ini🤭)
.
.
.
Langit malam yang indah telah menjadi saksi betapa manisnya hubungan sepasang suami dan istri itu. Hingga bulan yang semalam menerangi bumi berganti dengan pagi yang indah..
Mentari mulai perlahan tampak, Kicauan burung dari pohon satu dan pohon-pohon lainnya sangat berisik membangunkan para manusia yang masih memejamkan matanya kini sudah banyak yang terbangun keseluruhannya.
Bagi mereka yang rajin beribadah sudah bangun sejak subuh tadi.
Pagi yang indah ini sangat sayang apabila hanya Berdiam diri di kamar saja. Adiba mengajak sang suami keluar dari kamarnya hanya untuk menikmati indahnya pemandangan pagi yang cerah ini.
Sambutan para santri terus menyapa dan masuk ke indra pendengarannya. Damian hanya diam saja. Pria itu menyimak dan memerhatikan sang istri yang begitu bahagia menatap pemandangan yang ada di depannya.
Damian ikut tersenyum, Ini pertama kalinya ia datang ke tempat seperti ini. Karena sebelumnya, Damian tidak pernah datang atau sekedar berkunjung.
Ayah mertuanya sangat pintar. Pria itu membangun penginapan dekat persawahan sehingga orang-orang tidak bosan begitu terbangun dari tidurnya.
Para santri yang telah lulus dan tidak punya kegiatan banyak yang datang. Apalagi mereka yang lebih memilih untuk mengabdi. Ngalap barokah dari guru mereka sangat mereka junjung tinggi itu.
"Pagi Ning..Pagi Gus.."Sapa mereka saat melihat cucu pengasuh pesantren bersama suami nya berada di sana. Berjalan sedikit membungkuk dengan begitu sopan dan memberi hormat layaknya mereka menghormati Kiyai Ibrahimi dan Nyai Aminah.
"Apa kata mereka tadi?
" Memangnya apa mas?
"Gus?
"Kamu Gus nya mas.."Damian menoleh ke arah istrinya itu.
"Ah,,Aku tidak terbiasa di panggil seperti itu..
"Harus terbiasa mas.."Jawab Adiba. Wanita itu melangkah maju.
"Sayang mau kemana?
"Mau kesana.. "Adiba menunjuk ke arah para santri merawat tanaman sayuran.
"Aku ikut..
"Yakin? Mas baru pertama kali loh..."Tanya Adiba was was. "Takut mas jatuh karena belum terbiasa..
"Yakinlah.."Dengan percaya diri Damian melangkah ke jalan yang penuh dengan tanah liat itu hingga tiba-tiba...
Byuuuuurrrrr!!
"Aaaaaaa ADIBAAAAAA!!!
.
.
.
TBC
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku