Cerita Inspiratif Di Sudut Kota Tangerang

Alinah di masa sekarang

Alinah sebenarnya ingin sekali pergi ke keluar rumah saat mendengar suara riuh nya prosesi lomba Agustusan . Ketika mendengar suara anak- anak sedang berlomba di acara peringatan Agustusan di gang itu yang penuh semangat. Namun apa daya. Kondisi fisik tidak mendukung. Alinah sedang mentruasi. Rasanya sakit sekali.

Ingin rasanya dia melihat anak yang begitu riang gembira saat mengikuti lomba. Namun semua harapan ku sirna. Alinah menahan nyeri nya sakit perut saat mentruasi tiba.

Sakit perut pada area kewanitaan. Tidak semua wanita bila sedang mentruasi akan mengalami sakit yang seperti Alinah rasakan.

Banyak wanita yang saat mentruasi itu seperti pada hari - hari biasanya. Tanpa keluhan. Semuanya tampak biasa' - biasa saja. Nyaman- nyaman saja.

Dia berusaha minum obat yang dulu pernah di belinya di toko obat. Meski sudah minum obat, tapi tak kunjung reda. Hingga Alinah ingat pada obat di warung yang dulu aku pernah meminumnya. Namun dia tidak serta Merta membeli obat itu karena menunggu waktu beranjak siang. Dan para ibu di gang itu tengah menikmati makan siang pada momen acara tersebut.

Meski Alinah menunggu para ibu menikmati acara makan - makan di salah satu rumah warga, pada akhirnya Alinah pun memasakan diri untuk pergi ke warung dekat lokasi lomba dalam rangka Agustusan.

"Beli ..." Tutur Alinah ketika tiba di warung itu.

Tak ada nada sahutan dari warung itu. Bahkan dia kepergok dengan seorang ibu yang tengah menikmati makan bersama. Mungkin acara makan siang baru saja usai. Meskipun acara itu di gelar tidak secara seremonial namun cukup membuat Alinah kikuk jika dilihat oleh banyak orang.

Ketika kepergok dengan seorang ibu, Alinah justru menitipkan pesan pada pemilik warung itu.

"Bu tolong panggilkan Bu Ani aku mau beli obat,"

"Oh ya nanti, dia lagi beres- beras"

Aku pun menunggu lama.

Rupanya penantian Alinah tidak sia- sia, karena dari dalam terdengar suara gaduh.

Aku pun mengulangi panggilan nya.

"Beli..."

Tak lama kemudian dia pun menyebutkan obat yang aku beli.

Anak pemilik warung itu pun melayaninya.

Alinah menoleh ke rumah warga yang di tempati untuk makan siang. Dari kejauhan Alinah berpesan,"sudah ada yang melayani, Bu"

Tetapi Bu Ani tampak tergopoh gopoh pulang ke warung sembari membawa perabotan yang tadi di gunakan untuk memasak.

"Tadi kenapa tidak ikut kenapa?" Tanya Bu Ani penasaran.

"Sakit haid" jawab Alinah.

Alinah pun menunggu lama.

Rupanya penantian Alinah tidak sia- sia, karena dari dalam terdengar suara gaduh.

Alinah pun mengulangi panggilan nya.

"Oh, Semilangan" kata Bu Ani sembari masuk ke warung .

Anak Bu Ani menyodorkan obat yang aku beli.

Laku aku pun membayarnya.

Setibanya di rumah aku segera minum obat itu. Dengan harapan agar rasa nyeri di area kewanitaan segera sembuh seperti sedia kala.

***

Aku termenung.

Beginilah jika orang sedang sakit. Sudah tidak bisa ikut dalam perlombaan. Tidak bisa gabung dalam acara makan - makan bersama ibu yang lain nya. Terkadang masih mendengar cibiran dari orang lain. Disangka nya tidak mau hidup bermasyarakat. Kadang Alinah pun berfikir, Acara itu terselenggara karena iuran uang di gang itu. Alinah pun taat membayar iuran itu tanpa keluh kesah. Tertib dan lancar dalam pembayaran iuran itu.

"Ada tidak ya di gang lain, ada seseorang yang sedang sakit kemudian tidak bisa gabung dalam acara itu, lalu ada seseorang yang mengantar makanan karena posisi nya memang sakit '

Alinah bertanya pada dirinya sendiri. Tapi pertanyaan itu di jawab oleh dirinya sendiri.

"Kalau ada seseorang yang posisinya seperti Alinah, kemudian ada warga yang mengantarkan makanan, itu baru namanya luar biasa. Bijaksana"

Alinah masih terus bertanya pada dirinya sendiri. Bergulat dengan dirinya sendiri.

Tetapi apapun kajian nya, rasa- rasanya jarang orang yang berfikir untuk bersikap bijaksana pada Alinah. Apalagi sakit yang Alinah rasakan itu sakit haid. Jadi orang yang menilai Alinah itu suatu hal yang wajar, meskipun Akinah merasakan sakit yang luar biasa.

Sementara Nara di hari itu tak ada di rumah. Jadi Alinah merasa sendirian betul.

Kebanyakan orang kan menilai, kalau ada acara di gang itu ada acara yang bersifat publik, lalu seseorang itu tidak hadir pada umumnya orang itu di cap sebagai orang yang tidak taat pada aturan. Bukan nya malah di anterin makanan.

Inilah perlunya setiap orang bijaksana dalam menilai seseorang. Kasih an Alinah. Alinah kini berstatus janda. Siapa yang perduli padanya.

Flashback

Suami Alinah telah meninggal dunia. Alinah kehilangan sosok suami yang penyayang. Kesedihan menyergap jiwanya. Siapa si orangnya yang bisa melupakan seseorang yang selama ini membersamai dirinya dalam suka dan duka.

Kehilangan Pak Burhan membuat Alinah banyak berintropekdi diri..Hari- hari yang Alinah jalani dengan ketabahan dan kesabaran.

Setelah bermuhasabah diri Alinah begitu bergantung pada Sang Kholik. Setiap malam Linah bangun di sepertiga malam yang terakhir. Introspeksi diri berdoa dan permohonan pada Sang Kholik agar dirinya dan anak nya di berikan kesehatan lahir dan batin. DijauhkN dari segala marabahaya dan musibah.

Alinah tak mau terlewat walau hanya satu malam. Sudah menjadi tekadnya untuk mendirikan sholat tahajud. Alinah akan menyesal bila terlewat sholat tahajud. sebelum tidur, Alinah selalu pasang Alarm jam 03: 30. Waktu yang dirasa cukup bila bermunajat di keheningan malam. Sebenarnya, Alinah sejak lama ingin membiasakan diri untuk sholat malam,namun karena dulu Alinah begitu penakut untuk bangun malam, sehingga pembiasaan itu tertunda.

Suatu ketika Alinah lupa tidak pasang Alarm sebelum tidur. Dia tertidur pulas di keheningan malam. Tapi bersama itu pula merasa bersyukur. Karena di masjid terdekat,sebelum subuh tiba waktu subuh sudah terbiasa ada seseorang yang mengingatkan untuk bangun untuk menyiapkan diri sholat subuh berjamaah.

Alinah bersyukur. Mendengar peringatan itu Alinah dengan serta Merta mengambil air wudhu. Setelah itu menggelar sajadah. Kemudian sholat tahajud.

“Kenapa dari dulu aku tidak membiasakan diri untuk sholat malam ya?” Alinah bertanya pada dirinya sendiri. Kini dirinya begitu menyadari untuk curhat dengan pencipta di keheningan malam.

Setiap kejadian yang Alinah alami di hari itu, Dia ceritakan pada Sang Pencipta.

“Ya Alloh, hamba mohon berikanlah kesehatan. Jangan sampai masuk Rumah Sakit. Apalagi saat ini banyak orang yang sakit. Tolong Ya Alloh dan jauhkan hamba dari marabahaya. Aamiin”

Begitulah Alinah ketika berdoa sehabis sholat tahajud.

Doa yang tidak terlewat pula setelah sholat tahajud adalah mengirim doa untuk suami. Mengirim doa untuk Almarhumah Ibu dan Ayah Alinah.

Mengirim doa kepada Ayah dan Ibu yang telah meninggal dunia adalah cerminan anak yang berbakti kepada kedua orangtua yang telah tiada. Alinah pun ingin menjadi anak yang berbakti. Aamiin.