IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34( LDR 3, CLUB)
Senja tak tahu harus bilang apa kepada suaminya yang sudah terlihat menyeramkan tersebut.
"Aku matiin saja kali ya panggilannya," batin batin Senja.
"Jangan di matikan! Sebentar!" ucap Elang seolah tahu isi hati Senja, ia mencari posisi uenak untuk mengumpat.
"Katakan!" ucap Elang dengan nada tegas. Ia ingin mendengar penjelasan dari istrinya kenapa bisa berada di tempat seperti itu.
"Tidak mungkin kan aku bilang Gisel yang ngajak, nanti dia di marahi," ucap Senja dalam hati.
"Senja, aku tidak sedang bercanda, kenapa kamu berada di tempat seperti itu?" tanya Elang sekali lagi, wajahnya sudah memerah tanda menahan amarah.
"Iya aku tahu, nggak mungkin kalau bercanda muka serem gitu," batin Senja.
"Aku..."
"Haish kenapa mendadak jadi gagap begini!" Senja merutuk dalam hatinya.
"Kakak ipar ayo ikut ke sana, kita joged bar..." Gisel tak melanjutkan bicaranya ketika menyadari gawai yang sedang Senja pegang saat ini menampilkan sesosok wajah yang ia kenal.
"Kakak..." gumam Gisel.
"Pasti ulah anak ini biang keroknya," kesal Elang.
"Mati gue!" gumam Gisel.
"Kenapa kakak ipar angkat sih panggilannya?" Gisel berbisik di telinga Senja sambil melempar senyum manisnya kepada sang kakak yang tengah menunggu penjelasan dari dua wanita tersebut.
"Aku nggak tahu kalau tadi yang telepon dia," balas Senja ikut berbisik.
"Gisel..."
"Ehehehe kakak, kita ke sini cuma buat nonton band idola aku manggung aja kak. Kebetulan mereka manggungnya di sini jadi aku ajak kakak ipar ke sini. Kan kakak yang nyuruh aku nemenin kakak ipar. Kita nggak macam-macam kok kak, swear deh! Tuh lihat kakak ipar aja minumnya orange juice kak, nggak neko-neko dan dari tadi kakak ipar cuma duduk diam di sini nggak aneh-aneh," Jelas Gisel ia mengambil alih ponsel Senja, berharap sedikit banyak bisa mengurangi kemerahan kakaknya.
"Biar Senja yang pegang ponselnya! Berikan ponselnya!" pinta Elang, Gisel pun memberikannya kepada Senja.
"Nih kak, kakak nggak mau lihat mukaku. Maunya lihat wajah kakak ipar," ucap Gisel yang sok sedih padahal dalam hai senang karena tidak harus melihat wajah menyebalkan nan menyeramkan kakaknya saat marah.
Adem sekali rasanya melihat istrinya, tapi tak serta merta membuatnya memaafkan kesalahan mereka yang datang ke tempat seperti itu.
"Gisel, kau tahu kan tempat seperti apa itu? Tempat itu berbahaya. Kenapa kalian malah mengajak Senja ke sana? Kakak minta kamu buat nemenin dia bukan buat ngajak ke Club seperti itu!" Bentak Elang sambil terus menatap wajah anteng Senja yang tak menyela ucapannya sama sekali.
Senja hanya mengangguk-anggukan kepalanya, wajah polosnya teramat menggemaskan.
"Iya kak, maaf," ucap Gisel santai yang kini duduk di samping Senja, tanpa melihat orang yang sedang memarahinya. Bagaimana mau lihat, Elang tak mau melihat Wajahnya, ia hanya mau melihat wajah istrinya, tapi terus mengomel kepada Gisel, sungguh aneh! pikir Senja.
"Bos, tuan Sanders sudah menunggu, sebaiknya kita turun sekarang," ucap Kendra yang bari saja kembali dari kamar mandi, membuyarkan konsentrasi Elang yang sedang memarahi istri dan adiknya.
Elang melirik sinis sekilas ke arah Kendra.
"Batalkan!" perintah Elang.
"Tapi bos..."
"Aku tidak peduli!"
"Bos..."
"Ck kau ini, selalu menyebalkan!" kesal Elang. Ia pun harus mengakhiri panggilannya.
"Kalian cepat pulang! dan tunggu tiga puluh menit lagi, aku telepon lagi kalian harus sudah berada di rumah. Urusan kita belum selesai," ucap Elang yang kembali fokus menatap layar ponselnya dan langsung mematikan ponselnya.
"Sell ayo pulang sekarang, kakakmu sudah sangat marah itu," Senja mengajak Gisel pulang sesuai perintah Elang.
"Sebentar lagi ya kak, tunggu selesai, tinggal sebentar lagi selesai kak, ya ya ya please!"
"Tapi kakakmu hanya memberi waktu 30 menit sampai rumah,"
"iya kak, sebentar lagi, oke?"
Senja hanya menggelengkan kepalanya dan mendesah, ia tak bisa menolak permintaan adik iparnya tersebut.
Sementara itu, Elang yang kini sedang berada di dalam lift masih menahan kesal dan marah.
"Kau sangat menyebalkan Kend!"
"Bos kenapa sih? tadi sudah deal kita meeting jam tujuh,"
"Bukan itu masalahnya! Kau tahu sekarang istri dan adikku sedang dimana?"
"Memangnya mereka sedang dimana hingga buat bos marah seperti ini?" tanya Kendra yang memang tak tahu, tadi ia langsung ke kamar mandi saat Elang mencoba menghubungi Senja.
"Di Club!"
"Astaga! ayo kita balik ke Jakarta bos!" ucap Kendra yang panik setelah mengetahui di mana Gisel berada.
"Nah kan! dia yang panik sekarang," cebik Elang yang sebenarnya juga terus kepikiran dan kesal jika mengingat istrinya sekarang berada di mana.
"Kita meeting dulu," ucap Elang.
🌼🌼🌼
Gisel masih asyik menikmati lagu yang band idolanya nyanyikan, yang tadinya hanya akan ada satu lagu lagi sebagai penutup, ternyata masih ada ekstra lagu satu lagi.
Senja hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tahu bagaimana rasanya jika sudah bertemu dengan idola, pasti bakal lupa waktu. Ia hanya berharap, Elang menghubunginya saat mereka sudah berada di rumah nanti, atau suaminya akan semakin marah jika tahu mereka belum pulang juga.
Senja kembali memesan orange juicenya, dan ini sudah ke tiga kalinya. Rupanya sejak kedatangannya tadi, ada sesosok pria tampan yang memerhatikan Senja. Hingga sekarang ia memberanikan diri mendekati wanita tersebut.
"Sejak tadi saya lihat kamu hanya duduk di sini dan memesan orange juice, bahkan sampai tiga kali," ucap Pria tersebut sopan.
Senja menoleh ke sumber suara, dilihatnya seorang pria tampan yang kini sedang berdiri di sampingnya. Pria tersebut berpenampilan rapi dengan setelan jas dan juga tampak berwibawa.
"Oh iya, saya hanya menemani adik ipar saya kesini karena band idolanya tampil di sini," ucap Senja ramah. Sesuai prinsipnya Anda sopan, saya ramah.
"Boleh saya duduk di sini?" tanyanya.
"Silahkan," sahut Senja, melarang pun apa haknya itu bukan kursi miliknya, pikir Senja.
Pria itu memesan menuangkan tequila ke dalam gelas.
"Kau mau?" tawarnya kepada Senja.
"Tidak, saya tidak minum alkohol," tolak Senja.
"Ya aku lupa, sejak tadi kau hanya memesan orange juice," kelakar laki-laki tersebut.
Senja hanya sedikit memicingkan ekor matanya ke arah laki-laki di sampingnya.
"Baru pertama kali ke sini?" tanyanya.
"Hem," Senja mengangguk.
"Lebih tepatnya ini pertama kali saya ke club," imbuhnya.
Laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
"Pantas, kau seperti tidak nyaman berada di sini," ucapnya.
"Saya tidak suka tempat seperti ini,kalau tidak terpaksa karena adik ipar saya," ucap Senja yang langsung menutup mulutnya, kenapa juga harus cerita kepada orang asing, pikirnya.
"Sama, aku juga tidak suka. Jika bukan karena urusan bisnis aku tidak akan ke sini," timpal laki-laki itu.
Senja hanya tersenyum tipis menanggapinya. Tidak suka, tapi tetap saja minum, pikirnya.
Laki-laki itu melihat ke arah Gisel,
"Dia adik iparmu?" pria itu menunjuk Gisel yang sedang asyik menari dengan matanya.
Senja mengikuti arah mata laki-laki tersebut dan mengangguk.
"Maaf , saya mau ke toilet. Permisi!" ucap Senja yang sudah mulai tidak nyaman dengan keberadaan pria asing tersebut.
"Itu kan adiknya Erlangga, berarti wanita itu... Hem menarik," gumam laki-laki tersebut dengan seringai tipis dari sudut bibirnya.
Detik kemudian, dua laki-laki masuk ke dalam Club membuat mata para kaum hawa yang melihat ketampanan dua laki-laki tersebut merasa tercerahkan seketika. Mereka mengagumi dua sosok makhluk laki-laki tersebut, tapi keduanya cuek tak peduli, urusan mereka ke sana bukan buat tebar pesona. Mereka langsung berjalan lurus menuju ke tempat dimana Gisel dan dua temannya berada.
Gisel yang tak tahu kedatangan mereka tetap asyik menghentakkan kedua kakinya bergantian dengan tangan ke atas.
Tiba-tiba, tangannya di cekal dari belakang dan di tarik. Sontak saja ia langsung menghentikan aksinya dan berbalik melihat siapa yang mengganggu kesenangannya.
"Siapa sih ganggu aja!" kesalnya sambil menoleh. Ia langsung menelan ludahnya kasar begitu melihat siapa yang menarik tangannya. Gisel hanya bisa nyengir kemudian.
"Pulang!" ucap laki-laki tersebut.
🌼🌼🌼
💠💠Siapa kira-kira laki-laki yang mengajak Senja bicara dan siapa dua laki-laki yang baru datang tersebut?
jangan lupa like, komen tip dan votenya terima kasih🙏🙏
salam hanga author 🤗❤️❤️💠💠