Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jumpa Kembali
Di akhir pekan yang hangat, Vherolla memberanikan diri berkunjung ke rumah Romi. Ketika dia tiba, dia melihat Romi keluar dari dalam rumah dengan senyum yang tak berubah, seolah tidak ada masalah di antara mereka. Romi menyambutnya seperti dulu, dengan tatapan lembut dan sapaan akrab yang membuat hati Vherolla terasa hangat.
"Vhe, akhirnya kamu datang juga," sapa Romi sambil mendekat dan menggenggam tangan Vherolla dengan hangat.
Vherolla tersenyum malu-malu. "Aku hanya ingin memastikan kita baik-baik saja."
Romi menariknya masuk ke rumah, dan seketika mereka tenggelam dalam obrolan ringan dan tawa seperti awal mula hubungan mereka. Semua permasalahan yang pernah ada, seolah lenyap begitu saja. Vherolla merasakan kerinduan dan kehangatan yang selama ini hampir hilang dari dirinya.
Namun, di sela-sela kebersamaan itu, ada satu tatapan yang tak bisa Vherolla abaikan. Dari kejauhan, Rozak memperhatikan mereka dengan pandangan yang tak bersahabat. Tatapan sinis dan penuh rasa kesal seakan menyiratkan kegagalannya dalam memisahkan Vherolla dari kakaknya.
Rozak menghela napas panjang, jelas terlihat ketidakpuasan di wajahnya. "Apa, sih, yang dilihat Kak Romi dari dia?" gumamnya kesal, cukup pelan untuk tidak terdengar oleh Romi atau Vherolla, tapi tatapannya yang tajam tak pernah lepas dari mereka.
Saat sore menjelang, Romi mengantar Vherolla pulang. Perjalanan terasa sunyi namun nyaman, hingga akhirnya mereka tiba di depan kos Vherolla. Namun, sebelum Vherolla turun, Romi menggenggam tangannya lebih erat, seolah enggan melepaskannya.
"Vhe…" bisik Romi lembut, suaranya terdengar sedikit berat, menandakan kerinduan yang begitu mendalam. “Bolehkah aku masuk sebentar? Aku… hanya ingin lebih lama bersamamu.”
Vherolla merasakan jantungnya berdegup kencang. Tatapan Romi yang dalam dan penuh rindu membuatnya sulit menolak. Tanpa berkata apa-apa, ia menggenggam tangan Romi, mengajaknya masuk ke dalam kosnya.
Sesaat setelah mereka berada di dalam kamar, Romi tak menunda lagi. Dia memeluk Vherolla dengan penuh kerinduan, seakan tak ingin ada jarak lagi di antara mereka. Pelukan Romi terasa lebih erat dari sebelumnya, penuh dengan perasaan yang selama ini terpendam.
"Vhe, aku benar-benar merindukanmu," bisik Romi lembut di telinga Vherolla, suaranya bergetar seolah menyimpan banyak emosi.
Vherolla hanya bisa membalas dengan senyuman kecil, merasakan kehangatan dan cinta yang selama ini dia rindukan. Keduanya larut dalam pelukan dan kecupan yang penuh perasaan, seolah ingin menghapus semua keraguan yang pernah muncul di antara mereka.
Bagi Vherolla, saat-saat ini adalah momen yang dia butuhkan. Bersama Romi, dia merasa kembali menjadi sosok yang dicintai dan dihargai. Dia merasakan bahwa Romi benar-benar hadir untuknya, menyayangi dirinya tanpa syarat, meski ada banyak hal yang menguji mereka.
Di dalam hati, Vherolla berharap, mungkin kali ini perasaan mereka akan semakin kuat dan semakin saling mengerti.
Di kamar kos Vherolla, suasana yang tadinya penuh dengan canda tawa kini berubah menjadi lebih sunyi, namun tetap dipenuhi kehangatan. Romi duduk di sisi Vherolla, tangannya masih menggenggam erat jari-jarinya, seolah tak ingin melepaskan.
"Vhe, kamu tahu nggak…" Romi memulai pembicaraan dengan suara lembut. "Aku selalu merasa nyaman kalau dekat sama kamu. Rasanya, kamu itu bukan cuma pacar, tapi juga sahabat dan rumah buatku."
Vherolla tersenyum, tatapannya penuh kasih saat menatap Romi. "Aku juga merasa hal yang sama, Mi. Dengan kamu, aku bisa jadi diriku sendiri tanpa harus berpura-pura. Tapi kadang, aku merasa takut kehilangan kamu."
Romi menghela napas, mengusap lembut tangan Vherolla. "Kamu nggak perlu takut. Aku ada di sini, dan aku nggak ke mana-mana. Walaupun kadang aku berbuat salah, kamu selalu sabar sama aku, Vhe. Aku benar-benar beruntung punya kamu."
Perasaan hangat semakin mengalir di hati Vherolla. Dia teringat bagaimana Romi selalu ada saat ia merasa sendirian dan memberikan dukungan meski keadaan sering tak berpihak pada mereka. Kebersamaan mereka selama ini terjalin dengan banyak perjuangan dan pengertian, dan itu membuatnya semakin menghargai setiap momen di sisi Romi.
"Rom, kalau aku tanya, kamu beneran nggak pernah berubah perasaan sama aku?" tanya Vherolla pelan, sedikit ragu namun berharap.
Romi mengangguk mantap, kemudian meraih kedua tangan Vherolla. "Aku serius, Vhe. Kamu satu-satunya perempuan yang bikin aku ngerasa nyaman dan aman. Dengan kamu, aku jadi ngerasa hidupku punya tujuan. Kalau dulu aku nggak jelas, sekarang aku punya mimpi yang ingin aku wujudkan untuk kita berdua."
Mendengar itu, Vherolla tak kuasa menahan rasa bahagianya. Perkataan Romi terasa begitu tulus, dan membuatnya merasa dicintai dengan begitu dalam. Rasa ragu yang sempat muncul di hatinya perlahan memudar.
"Terima kasih, Rom. Aku juga ingin kita bisa terus bersama," balas Vherolla pelan, senyum kecil menghiasi wajahnya.
Mereka berdua saling bertatapan dengan pandangan yang penuh kasih. Romi mendekatkan wajahnya, menyapu wajah Vherolla dengan pandangan lembut, lalu mengecup keningnya dengan hangat.
"Kamu nggak tahu betapa aku mencintaimu, Vhe…" bisik Romi, suaranya terdengar serak namun penuh cinta.
Pelukan Romi semakin erat, membuat Vherolla merasa seolah dunia hanya milik mereka berdua. Mereka berbagi keheningan yang manis, diiringi degup jantung yang berpacu cepat namun nyaman di dalam dada. Tak ada kata yang terucap, namun perasaan di antara mereka terasa begitu jelas dan kuat.
Setelah beberapa saat, Romi bangkit, mengajak Vherolla untuk melanjutkan jalan-jalan yang sempat tertunda. Mereka memutuskan untuk makan di restoran favorit mereka, sebuah tempat kecil namun nyaman yang selalu menjadi pilihan setiap kali mereka ingin menikmati momen bersama.
Di sepanjang perjalanan, Vherolla menyadari betapa berartinya Romi baginya. Meski mereka telah melalui banyak cobaan, perasaan cinta dan kedekatan mereka tak pernah benar-benar hilang.
Sesampainya di restoran, Romi berusaha membuat Vherolla tertawa dengan candaan-candaan kecil yang kerap dia lontarkan. Sesekali, Vherolla menanggapi dengan senyum hangat dan tawa riang. Mereka berdua menikmati makan malam itu dengan bahagia, seolah semua beban yang pernah ada lenyap begitu saja.
Setelah makan, Romi mengajak Vherolla ke sebuah toko pakaian kecil yang ada di dekat sana. Tanpa memberitahu rencananya, Romi menggandeng tangan Vherolla dan membawanya masuk ke dalam.
"Aku mau beliin kamu sesuatu," ujar Romi tiba-tiba, membuat Vherolla terkejut.
"Kamu serius, Mi? Aku kan nggak minta apa-apa…" jawab Vherolla, sedikit malu.
Romi tersenyum, menatapnya lembut. "Iya, tapi aku pengen. Anggap aja ini bentuk rasa terima kasihku karena kamu udah selalu sabar sama aku."
Vherolla pun tak kuasa menolak. Dia menemani Romi memilihkan baju yang sesuai, meski sesekali ia merasa tak enak. Namun, perhatian dan ketulusan Romi membuatnya luluh.
Sebelum membayar, Romi berpura-pura pergi sebentar untuk ke ATM. Ternyata, Romi sudah meminjam uang dari salah satu temannya, khusus untuk membelikan sesuatu bagi Vherolla. Baginya, ini adalah cara kecil untuk menunjukkan seberapa besar ia menghargai dan menyayangi Vherolla.
Setelah selesai, Romi menyerahkan tas belanjaan pada Vherolla sambil tersenyum bangga. "Ini buat kamu. Kamu pantas dapetin ini, Vhe."
Vherolla merasa terharu. "Terima kasih, Rom. Kamu benar-benar bikin aku merasa istimewa."
Mereka berjalan beriringan meninggalkan toko, dan sepanjang jalan, Vherolla menggenggam tangan Romi erat. Malam itu, mereka pulang dengan perasaan yang lebih dekat dari sebelumnya. Vherolla tak henti-hentinya merasa bersyukur karena memiliki Romi, yang selalu ada meski banyak rintangan yang menghadang.
Di dalam hatinya, ia berjanji untuk selalu mendukung Romi, apapun yang terjadi. Dan bagi Romi, malam itu adalah salah satu momen berharga yang tak akan pernah ia lupakan. Mereka menyadari, bahwa di antara segala kesulitan yang ada, cinta dan kepercayaan adalah pondasi yang membuat mereka tetap bertahan bersama.