"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam bahaya
Leya selalu terpikir siapa Anara, tidak tau mengapa ada yang mengganjal di hatinya. Apakah Anara kekasih Damian? Tapi mereka berkata baru ini Damian dekat dengan seseorang?
"Tau ah, untuk apa Leya memikirkan nya." ketus Leya, gadis itu terpikir untuk keluar saja selagi Damian tidak mengurung nya.
Hari ini Leya sedikit bingung, entah kenapa Nia tiba tiba menghubungi nya. Mungkin ada sesuatu yang penting.
"HALOOOOO"
"Ada apa?" tanya Leya pelan
"Tolong belikan aku cemilan ya? Aku mager" ucap Nia di sebrang sana.
Leya menatap handphone nya kesal, dia di perintah Nia ntuk membelinya cemilan?Ah benar saja Leya semakin sangat kesal sekarang, eh tapi dia ada alasan dong jika ketahuan keluar.
"Cepet ya Leya, sekalian ada yang mau kita omongin!" ucap Nia langsung mematikan telpon sepihak.
Di sisi lain, Damian tengah sibuk mengurus kantor nya. Beberapa hari ini, ada orang asing yang berusaha mengusik ny.
"Tuan, ada beberapa masalah dalam pengiriman." ucap Remon.
"Bagaimana bisa? Kalian sangat bodoh! Bukan kah semalam sudah di selesai kan?!" sarkas Damian kesal.
"Maaf tuan, mereka licik bisa mengetahui jalan pilihan kita, mungkin saja ada pengkhianat."
Damian berdesis kesal."Sialan, mereka bermain main ternyata." tekan Damian, matanya memerah bertanda dia sangat emosi.
Leya akan keluar sekarang tapi tidak tau mengapa dia mendadak malas, "Kalau di pikir pikir Leya jadi pemalas ya." beo Leya tetkikik geli
"Emang kamu pemalas!" tukas Damian
Leya kaget bukan main, kenapa pria itu tiba tiba berada di sisi nya."Kamu kenapa di sini?"
"Gak boleh?"
"Aih Leya mau keluar."
"Puft! Apa apaan? Sejak kapan saya mengizinkan mu keluar?" ucap Damian membuat Leya meneguk saliva nya kasar
Leya mencebikaan bibirnya kesal, lihat saja nanti dia akan membuat Damian menyesal telah mengurung nya di sini. Leya menatap Damian dengan lekat, pria itu ternyata cukup tampan, tubuh yang tegap dan rahang yang pas membuat pria itu semakin tampan.
"Kamu terpesona?" goda Damian
"Leya ingin pergi dulu, sekali aja." mohon nya
"Kemana?"
"Ketemu Nia, ada urusan."
"Saya antar."
"Gak perluuu." ucap Leya, dia menatap manis ke arah pria itu dan langsung berlari keluar.
Damian merogoh saku celananya menghubungi Remon untuk mengintai gadis itu, dia tidak percaya Leya bisa sendiri di luaran sana.
Di sepanjang jalan Leya merasa ada yang mengikuti nya, dia tau ini pasti suruhan Damian.
"Menyebalkan!" ketus nya.
Beberapa waktu ini Leya memang selalu menemukan bahaya semenjak bukti itu, mungkin Damian hanya berniat menjaganya. tapi Leya harus berusaha mandiri menghadapi orang orang yang berusaha menyakiti nya.
Leya melihat jam tangan nya, belum terlalu malam dia langsung pergi menuju minimarket, dia membeli beberapa cemilan serta mie yang mungkin akan dia masak di tempat Nia. Apa lagi ada ridho Maxwell Dita dan juga Novan di sana.
"Ini ya ka, uang nya " ucap Leya
"Terimakasih." ucap kasir itu tersenyum ramah.
Tidak butuh waktu lama akhirnya Leya sampai. Di rumah Nia memang sudah ramai teman teman Nia. Dia bergabung dan saling menyapa yang lain.
"Leya dengar dengar kamu di incar mereka ya?" tanya Nia pelan.
"Bahaya, Lo harus di rumah aja." peringat Dita
"Ini Nia yang suruh ke sini." ketus Leya
"Kalian lanjut dulu ngobrolnya, gue masakin mie yang Leya bawa ini." ucap Maxwell langsung beranjak ke dapur.
"Gue bantu deh." ucap Aurel.
"Nia, dia siapa?" tanya Leya menunjuk Aurel
"Temen kita juga, baru pulang dari bandung." jelas Nia.
Mereka menyuruh Leya untuk waspada, mereka juga merasa bersalah karna Leya bisa masuk ke dalam masalah ini.
"Tapi ka Novan udah bebas kan?"
"Udah kok, aman."
"Ehh keknya Leya gak ikut makan makan deh, Leya mau pulang ya sebelum malam banget."
"Gue antar aja gimana?" tanya Novan.
"Gak perlu ka, Leyaa duluan ya."
"Hati hati Leya."
"Oke."
Jujur saja Leya takut pulang sendiri, namun jika dia tidak pulang sekarang dia akan lebih larut malam pulang nya.
Leya mencari bus ke halte, dia menunggu sendiri di sana. Tah kenapa area dekat sini memang lumayan sepi. Leya merasa ada yang mendekat ke arah Leya.
Dengan cepat Leya mengubungi Damian."Damian, angkat Leya takut. Leya janji akan nurut." ucap Leya pelan, dia terus melihat beberapa orang yang mulai mendekatinya
Leya sangat panik sekarang, dia berusaha menghubungi Damian beberapa kali. Berharap pria itu akan mengangkat nya cepat, tubuh Leya mulai bergetar, dia benar benar takut sekarang. Bagaimana dia menghadapi beberapa orang itu
"Hallo?"
"Ion, tolongin Leya. Leya udah hubungi Damian tapi gak di angkat, Leya takut mereka ngikutin Leya." ucap Leya panik
"Hah? Kamu ada di mana sekarang?"
"Di jalan semboyan, Leya gak tau jika di sini sangat sepi jika malam, tadi Leya hanya berniat mencari bus untuk pulang."
"Leya tenang lah, pergi ke tempat keramaian, sharelock. Aku akan ke sana sekarang."
"Baiklah." ucap Leya berusaha mencari keramaian.
"Mau kemana lagi?" tanya orang itu mengepung Leya
"Kalian mau apa?" tanya Leya panik.
"Kau sudah bermain main dengan tuan kami, dan rasakan akibatnya." tekan orang itu.
Mereka mulai memegangi tangan Leya dan menyeretnya ke dalam mobil, namun tiba tiba saja Arion datang menendang beberapa tangan pria itu.
"Baj*ngan" Tekan nya menarik Leya menjauh dari mereka.
"Ion, Leya takut." cicit gadis itu, tubuh nya sudah bergetar ketakutan.
Arion mulai memukuli orang itu, 1 lawan 3. Mereka berhasil kabur, kali ini wajah Arion lecet sedikit membuat Leya meringis.
"Leya obatin ya, di tas Leya ada perban sama obat obat."
"Kamu emang selalu bawa ya?" tanya Arion terkekeh.
Leya hanya mengangguk."Ya, ini penting untuk di mana pun."
Leya mulai mengompres wajah Arion dengan beberapa obat, dengan telaten gadis itu menempelkan obat.
"Tahan ya, ini pasti sakit."
"Santai aja, gak sakit kok. Cuma muka aku jadi kelihatan jelek ya haha." ucap Arion tertawa Geli.
"Enggak tuh, malam makin ganteng karna aesthetic."
"Widih, kalau gitu biarlah lecet gini. Bikin kamu suka gak?" goda Arion
Leya hanya tersenyum kecil, pria ini bisa saja menggodanya dalam keadaan seperti ini, dia merasa bersalah pada Arion. Karna dirinya, Arion harus terluka seperti ini.
"Maaf ya, makasi juga. Leya gaktau kalau gak ada ion."
"Udah gak usah di pikirin, lain kali kalau mau keluar kabari aku aja. Nanti biar aku yang anterin."
"Tapi pasti ganggu."
"Enggak, santaii. Sesibuk apa sih ion sampe harus gak sempet anterin Leya."
Leya tersenyum kecil mendengar nya
"LEYA!"