Cerita Inspiratif Di Sudut Kota Tangerang

Cerita Inspiratif Di Sudut Kota Tangerang

BAB 1 Muhasabah Alinah

Muhasabah Alinah

Di pagi yang berembun membasahi dedaunan di perumahan yang sedang berkembang Alinah menatap taman yang rindang. Didapati pohon mawar yang bercabang. Ranting yang memanjang itu telah menyentuh pot- pot gantung yang tertata rapi bagai barisan yang teratur itu membuat sedap di pandang mata.

Hari ini hari libur Alinah hendak memangkas cabang bunga mawar itu. Suasana saat itu masih terlihat sepi. Hanya di dapati beberapa orang saja yang tampak di depan rumah. Ya, seperti hari sebelum nya, semua nampak biasa biasa saja. Tidak ada sesuatu yang luar biasa. Hanya rutinitas harian yang tak tercatat dalam sebuah agenda. Dari kejauhan tampak seorang ibu yang tengah menyapu halaman di gang itu. Terlihat seorang ibu yang asyik menggendong anaknya sambil bergegas mengayunkan langkah kakinya ke warung. Tampak pula seorang ibu sedang menjemur pakaian.

Di kawasan ini, rumah penduduk tergolong padat.

Ketika tetangga sebelah tengah bercakap - cakap itu akan terdengar oleh tetangga yang lain. Tempat tinggal permanen, atau rumah hunian yang di kontrakan tertata rapi. Tak sedikit orang di antara mereka yang membangun rumah di atas lahan sengketa.

Alinah menatap ponselnya. Lalu menatap jam di ponsel itu. Waktu berjalan merambat, terasa cepat sekali. Mentari terpancar dengan indah. Menyinari dedaunan di halaman rumah itu. Menyinari pohon pepaya yang baru tumbuh tiga bulan lamanya satu tahun yang lalu perumahan itu belum sepadat saat ini. Banyak nya penduduk dari kota besar yang migrasi ke daerah ini membuat penduduk bertambah pesat. Para penduduk dengan jenis mata pencaharian yang berbeda- beda begitu beragam. Pekerjaan penduduk yang bervariasi. mulai dari para pedagang keliling. Hingga seorang pedagang yang berjualan di berjejer di ruko yang di sewa di pinggir jalan. Walaupun perumahan ini berada jauh dari jantung kota di namun situasi cukup ramai. Sore hari banyak warga perumahan yang berlalu lalang untuk mencari segala sesuatu yang mereka butuhkan. Seperti membeli makanan ayam bakar, fried chicken. Ayam goreng dan lain sebagainya.

Meski kawasan perumahan ini hanyalah sebuah kampung. tetapi pada kampung itu banyak didapati tenaga-tenaga profesional Dari berbagai disiplin ilmu. Baik di instansi swasta maupun instansi pemerintah. Tak sedikit di antara mereka yang bekerja sebagai kuli cuci gosok di komplek terdekat demi mempertahankan kehidupan mereka.

Banyak pula penduduk asli setempat. Serta pendatang. Sangat heterogen. Yang jelas, daerah itu disebut sebagai daerah penyangga DKI Jakarta. Dari segi geografis, kampung ini letaknya di perbatasan DKI.

***

Tepat di depan ruko yang pintunya tertutup rapat, berdiri seorang Ibu yang sedang menatap ruko itu lekat-lekat. Tapi, seorang Ibu itu hanya diam. Tak bicara. Dilihat dari raut muka orang itu, tersirat sebuah tanda tanya. Dia berdiri mematung.

Tiba-tiba terdengar suara orang memanggil.

"Bu Sadar..!" Mendengar namanya dipanggil, día menoleh. Mencari sumber suara itu. Rupanya Bu Riri. Bu Sadar membalikkan badannya. Kemudian datang menghampirinya. Melangkah santai.

"Ya Bu,” Bu Sadar mendekat ke Bu Riri

Bu Sadar berdiri berhadapan dengan Bu Riri. Rupanya, Bu Riri sedang menyapu karena dilihatnya Bu Sadar tengah berdiri mematung, lalu dia memanggilnya. memegang sapu lidi.

"Lagi cari apa Bu...?" Tanya Bu Riri pelan.

"Lagi cari ember Bu. Tadi rencananya saya mau membeli ember, tapi ruko Alinah malah tutup." Bu Sadar penasaran dibuatnya.

"Sudah satu minggu ini saya tidak melihat Alinah! Biasanya Alinah bila hendak bepergian ke manapun suka pamitan. Tapi baru kali ini Alinah pergi tak berpamitan," tutur bu Riri dengan suara lembut.

"Bak ditelan bumi." Lanjutnya.

Bu Sadar menyimak setiap tutur katanya dengan penuh perhatian. Menangkap adanya sesuatu yang aneh dengan kepergian Alinah. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan belakangan ini. Tapi apa? Mengapa dia pendam sendirian?

Bu Sadar seorang sahabat karib Bu Alinah namun beda gang. Dia pelatih senam. Alinah bergabung dalam grup senam Bu Sadar. Tubuh Bu Sadar sangat proporsional. Membuat tak Jemu di pandang mata.

Alinah mengikuti latihan senam karena dirinya ingin hidup sehat. Akhir- akhir ini Alinah sering sakit kepala Migrain. Kalau sudah sakit migrain Alinah kebingungan. Karena banyak pekerjaan yang telah menantikannya namun Alinah tak berdaya. Karena berhati- hati Alinah hanya bisa berbaring di tempat tidurnya.

Alina Kerap kali mengecewakan hidup orang lain. Tak sedikit di antara mereka yang masih saja menganggap Alinah sebagai orang yang punya banyak alasan.

Sementara itu Amanah Seorang guru yang sudah berpengalaman serta memiliki segudang ilmu pengetahuan. Itu menurut sudut pandang guru senam, Bu Sadar.

Alinah begitu rajin mengikuti kegiatan senam di tempat Bu Sadar. Keseriusan untuk berlatih senam membuat Bu Sadar menyukai Alinah. Bu

Sadar menyambut kehadiran Alinah di sanggar senam itu. Dia sangat menghargai itikad baik dari Linah. Menurut Bu Sdar, jarang sekali didapati di kampung itu seseorang seperti Alinah sosok yang rendah hati dan begitu toleransi pada Bu sadar.

"Ya sudah! Nanti saja kalau Alinah pulang, saya ke toko itu lagi!" Bu Sadar berpamitan. Lalu membalikkan badannya dan melangkah pulang. Bu Riri mengikuti kepergian Bu Sadar dengan pandangan mata.

Di benak mereka, rupanya tercetus sebuah pertanyaan dari dalam kalbunya. Misteri kepergian Alinah. Tetapi mereka saling terdiam dengan pertanyaannya masing-masing. Tersimpan rapat sekali di dalam hatinya.

***

Alinah berprofesi sebagai seorang guru. Saat ini, dia mengajar di Sekolah Dasar Negeri. Dia memilih untuk mengajar di Sekolah Dasar setelah dia diangkat menjadi seorang PNS di kotanya. Saat itu Alinah berjuang keras agar dirinya mendapatkan jati dirinya untuk menjadi seorang abdi negara. Suatu perjuangan yang tidaklah mudah. Banyak kriteria yang harus dipenuhi.

Bukan Alinah namanya bila tak mau berjuang keras hingga titik darah penghabisan. Siang malam Alinah terus belajar. Alinah senang sekali untuk mempelajari berbagai hal. Alinah pun kerap kali membeli majalah untuk berbagai hal. Alinah kerap kali membaca cerpen yang dimuat di majalah yang dia beli. Cerpen yang enak untuk dibaca Belum lagi dia harus menghadapi sebuah kompetisi yang sangat ketat. Baik persyaratan akademik maupun kuota yang dibutuhkan di dalam seleksinya itu. Usia peserta seleksi juga dibatasi. Belum lagi persaingan yang ketat dengan peserta seleksi lainnya.

Dulu sebelum dirinya diangkat PNS, dia memiliki banyak pengalaman. Pengalaman yang membuat dia harus tersenyum di saat-saat pertama kali dirinya diterima untuk mengajar di SMA swasta yang pernah i tidak mendapatkan honor di saat itu Alinah tetap bersemangat untuk mentransfer semua pengetahuan yang dia miliki pada saat itu. Baik ilmu yang didapat dari bangku kuliah, maupun yang dia dapat dari pengalaman hidupnya.

Episodes
1 BAB 1 Muhasabah Alinah
2 Bab 2 Pengalaman Tak Terlupakan
3 BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri
4 Bab 4: Optimisme dalam hidup
5 Bab 5: Alinah jatuh Sakit
6 BAB 6 : Alinah Menulis Novel
7 Bab 7 : Nara Menulis
8 Bab 8 : Alinah cemas
9 Bab 9: Alinah Menulis Cerpen
10 Bab 10: Alinah Kehilangan Sosok Ibu
11 Bab 11: Hari Libur yang Manis
12 Bab 12: Kesedihan Pak Burhan
13 Bab 13: Alinah dan Tania
14 Bab : Perencanaan yang Kurang Matang
15 Bab 15: Kampung yang Heterogen
16 Bab 16: Alinah Singgah di Warteg
17 Bab 17: Menu Masakan Warteg
18 Bab 18: Sisi lain Kehidupan Alinah
19 Bab 19: Alinah hidup Berpindah - pindah Tempat
20 Bab 20: Aktivitas Alinah
21 Bab 21: Alinah Sebagai Motivator Nara
22 Bab 22 : Alinah dan Dunia Literasi
23 Bab 23: Alinah dan Lingkungan Masyarakat
24 Bab 24: Hati yang Gundah
25 Bab 25 : Obsesi Akinah
26 Bab 26: Guru Honor
27 Bab 27: Lanjutan Cerpen Alinah
28 Bab 28: Sayuran Gratis
29 Bab 29: Anak yang Berbakti
30 Bab 30: Anak yang Berbakti
31 Bab 31: Gairah Cinta Alinah
32 Bab 32: Alinah dan Harapan Masa Depan
33 Bab 33: Alinah terus Berjuang
34 Bab 34: Alinah Galau
35 Bab 35: Alinah membuat Konten
36 Bab 36: Tekad Akunah
37 Bab 37: Perjuangan Hidup Alinah
38 Bab 38: Keluh Kesah Alinah
39 Bab: 39 Sisi lain Kehidupan Alinah
40 Bab 40: Sikap waspada Alinah
41 Bab 41: Hati yang Gundah
42 Bab 42: Teka- teki Pak Sasmita
43 Bab 43 : Bimbingan Prestasi
Episodes

Updated 43 Episodes

1
BAB 1 Muhasabah Alinah
2
Bab 2 Pengalaman Tak Terlupakan
3
BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri
4
Bab 4: Optimisme dalam hidup
5
Bab 5: Alinah jatuh Sakit
6
BAB 6 : Alinah Menulis Novel
7
Bab 7 : Nara Menulis
8
Bab 8 : Alinah cemas
9
Bab 9: Alinah Menulis Cerpen
10
Bab 10: Alinah Kehilangan Sosok Ibu
11
Bab 11: Hari Libur yang Manis
12
Bab 12: Kesedihan Pak Burhan
13
Bab 13: Alinah dan Tania
14
Bab : Perencanaan yang Kurang Matang
15
Bab 15: Kampung yang Heterogen
16
Bab 16: Alinah Singgah di Warteg
17
Bab 17: Menu Masakan Warteg
18
Bab 18: Sisi lain Kehidupan Alinah
19
Bab 19: Alinah hidup Berpindah - pindah Tempat
20
Bab 20: Aktivitas Alinah
21
Bab 21: Alinah Sebagai Motivator Nara
22
Bab 22 : Alinah dan Dunia Literasi
23
Bab 23: Alinah dan Lingkungan Masyarakat
24
Bab 24: Hati yang Gundah
25
Bab 25 : Obsesi Akinah
26
Bab 26: Guru Honor
27
Bab 27: Lanjutan Cerpen Alinah
28
Bab 28: Sayuran Gratis
29
Bab 29: Anak yang Berbakti
30
Bab 30: Anak yang Berbakti
31
Bab 31: Gairah Cinta Alinah
32
Bab 32: Alinah dan Harapan Masa Depan
33
Bab 33: Alinah terus Berjuang
34
Bab 34: Alinah Galau
35
Bab 35: Alinah membuat Konten
36
Bab 36: Tekad Akunah
37
Bab 37: Perjuangan Hidup Alinah
38
Bab 38: Keluh Kesah Alinah
39
Bab: 39 Sisi lain Kehidupan Alinah
40
Bab 40: Sikap waspada Alinah
41
Bab 41: Hati yang Gundah
42
Bab 42: Teka- teki Pak Sasmita
43
Bab 43 : Bimbingan Prestasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!