"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Apakah benar-benar anak kandungnya?
Sementara itu, di rumah keluarga Doori. Aida dan Angelo masih bersitegang satu sama lain. Mereka terus berdebat hingga akhirnya Hiden pun datang membawa Fairy pulang ke rumah.
TIN! TIN!
Suara klakson mobil membuyarkan pertengkaran mereka.
"Kakak! Apa adik sudah ketemu?!" Aida langsung berlari mendekati mobil anaknya.
Fairy langsung membuang muka ke samping, begitu Aida melihatnya dari balik kaca jendela mobil.
"Adik! Ayo turun nak! Ada yang ingin papa dan mama bicarakan kepadamu!" Kata Angelo yang juga ada disana membujuk putri bungsunya.
"Riri sudah tau, Riri lelah, Riri mau tidur saja." Sahut Fairy yang turun dari sisi sebelah kanan.
Dia berjalan masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kesal. Aida langsung menarik tangan Hiden yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Kakak memberitahunya?" Tanya Aida serius.
"Ya, aku memberitahunya. Memangnya ada masalah?" Tanya Hiden yang saat itu masih dalam keadaan mabuk ringan.
"Kenapa kakak tidak memberikan kesempatan itu untuk mama dan papa?" Tanya Aida lagi.
"Itu kan salah kalian, kenapa jadi menyalahkan orang lain sekarang?" Sahut Hiden yang membuat pasangan suami istri itu menggelengkan kepalanya.
"Sebenarnya dia anaknya siapa sih?" Gumam Aida begitu Hiden sudah pergi meninggalkannya dengan Angelo.
"Anakmu lah, emang siapa yang melahirkannya?" Sahut Angelo yang membuat Aida marah dan memukuli suaminya itu.
...----------------...
Kilas balik, satu jam sebelum Hiden dan Fairy pulang ke rumah.
Setelah mereka berdua masuk ke mobil dan meninggalkan Yigon di depan toko serba ada. Hiden menghentikan mobilnya di pinggir jalan untuk menanyakan alasan Fairy kabur dari rumah, karena itu adalah pertama kalinya terjadi selama Fairy hidup.
Bahkan disaat Fairy ditinggal sendirian di rumah pun, kejadian seperti ini tidak pernah Fairy lakukan. Dia tetap anteng diam di rumah, menunggu kedatangan kakaknya dari pulang kerja.
"Sekarang jelaskan, kenapa kau pergi dari rumah?" Tanya Hiden terdengar serius.
"Entahlah." Sahut Fairy yang membuat Hiden kesal.
"Ku hitung sampai 3, jika kau tidak memberitahuku maka bersiaplah untuk mencoba merasakan dinginnya udara malam di jalanan!" Ancam Hiden yang maksudnya 'akan meninggalkan Fairy di jalan dan tidak membawanya pulang'.
"Silahkan saja, kan memang itu tujuanku kabur dari rumah. Yaitu, tidak ingin kembali dalam semalam!" Sahut Fairy.
Hiden mencoba menenangkan dirinya agar tidak melakukan hal yang membahayakan adiknya. Ditengah kondisinya yang sedang mabuk, dia berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Riri ku sayang, bicara dengan baik ya?" Kata Hiden dengan lembut dia tersenyum.
Fairy yang tak ingin membuat kakaknya merasa kecewa pun, dengan ragu mulai membicarakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Papa dan mama saling mengkhianati satu sama lain! Apa kakak mengetahuinya? Riri benar-benar merasa sakit hati saat mengetahuinya, Riri tidak mau tinggal bersama dengan mereka!" Jelas Fairy yang seketika membuat Hiden terkesiap.
"A-apa yang kau bilang barusan?!" Tanya Hiden yang terlihat terkejut saat Fairy sudah mengetahui hal itu.
Hiden mencoba mengalihkan pandangan dengan cara membenahi jepit rambut adiknya yang sedikit miring, demi menutupi ekspresi terkejut nya.
"Sebenarnya ada apa? Seperti nya kau sudah mengetahuinya, Hiden." Kata Fairy yang tidak sopan didengar.
"Mungkin sekarang sudah saatnya kau mengetahui hal ini. Apa kau tau bagaimana papa dan mama kita bisa menikah? Mereka menikah karena dijodohkan kakek dan nenek dahulu." Jelas Hiden yang mulai bercerita.
"Apa?" Tanya Fairy terkejut, karena selama ini dia sama sekali tidak pernah tau tentang hal itu. Dia mengira jika kedua orang tuanya saling mencintai, dan dia lahir berdasarkan cinta kedua orang tuanya.
"Itu semua dilakukan hanya demi toko, setelah lama menjalani kehidupan berumah tangga, papa dan mama tidak bisa menumbuhkan rasa cinta di antara mereka. Jadi mereka sepakat untuk menjalankan kehidupan suami istri di depan publik saja. Di belakang mereka menjalani kehidupan mereka masing-masing. Apa kau mengerti sekarang?" Jelas Hiden panjang lebar.
"Lalu kenapa hanya aku yang tidak mengetahuinya?" Tanya Fairy lagi.
"Hal itu terjadi jauh sebelum kau dilahirkan, jadi ya seperti itu." Sahut Hiden.
"Jadi, apakah aku benar-benar anaknya papa?" Tanya Fairy yang benar-benar membuat Hiden terdiam.
"Mari kita pulang." Kata Hiden yang tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Sepanjang perjalanan mereka tidak ada yang berbicara, Fairy terus memikirkan pertanyaan yang tadi terlintas di kepalanya. Apalagi dengan jawaban Hiden yang terdiam, Fairy semakin memikirkan hal-hal yang jauh.
...----------------...
Keesokan harinya, di rumah Yigon. Setelah bersiap-siap pergi ke kantor perusahaannya, Yigon dikejutkan oleh keberadaan Rimon yang saat itu sedang sibuk memasak di dapur.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Yigon kepada adiknya yang merupakan seorang ahli memasak itu.
"Aku meminjam dapurmu sebentar, karena di rumahku bahan-bahan masakan telah habis semua. Aku akan memasak untuk ayah, sebenarnya sampai kapan dia akan terus berada di rumah sakit? Kau sempat melihatnya ke rumah sakit kak?" Tanya Rimon.
"Aku berencana mendatangi nya malam ini, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dengannya." Sahut Yigon.
"Baiklah, ku ijin tidur disini malam ini." Kata Rimon sambil sibuk memasak. Terlihat gerakan tangannya yang cekatan dan aroma enak dari masakan Rimon membuat Yigon merasa lapar dipagi hari.
"Sesuka hati mu." Sahut Yigon yang bersiap pergi meninggalkan Rimon tanpa mencoba mencicipi masakan adiknya itu.
Tak lama kemudian, Linnon yang baru selesai menyiapkan mobil pun datang menghampiri Yigon yang sedang berada di dapur bersama Rimon.
"Mobilnya sudah siap Tuan Muda." Kata Linnon.
"Baiklah, kita berangkat sekarang." Sahut Yigon.
"Tunggu Tuan! Bukankah pakaian yang anda kenakan sekarang sudah anda pakai kemarin?" Tanya Linnon yang terheran melihat Yigon memakai jas yng kemarin dia pakai ke pesta temannya.
Rimon yang tadinya fokus memasak pun jadi ikut memperhatikan Yigon yang memakai bajunya yang kemarin.
"Ah ini, aroma tubuhnya masih melekat di baju ini, ku tak ingin mencucinya. Tunggu hingga aromanya menghilang dengan sendirinya." Jelas Yigon yang membuat Linnon dan Rimon tercengang.
Mereka berfikir jika Yigon benar-benar sudah gila.