Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CUCI MATA
"Kai!" panggil salah satu teman wanitanya.
Kai menoleh. "Kamu dipanggil dekan!"
Kai mengernyit, "kenapa?"
"Mana gue tau?" balas temannya sengit.
"Ck ... gue cuma nanya doang. Jangan ngegas, Neng!"
Kaina langsung membereskan buku-buku yang tadi dibacanya. Membawa beberapa untuk dipinjam dan dibawa pulang. Ya, saat ini ia berada di perpustakaan kampus.
Setelah mendaftar buka yang ia pinjam. Gadis itu berjalan sedikit cepat ke ruang dekan.
Setelah mengetuk pintu dan ada kata masuk. Gadis itu membuka pintu melongokkan kepalanya.
"Masuk, Kai. Jangan seperti itu!" Titah Dekannya sedikit kesal akan tingkah absurd salah satu mahasiswinya itu.
Kai cengengesan. Gadis itu pun duduk di hadapan Dekannya.
"Ada apa, Pak?" Tanya Kai tanpa basa-basi.
"Hmm ... begini Kai. Soal magangmu. Ternyata pihak perusahaan sebelumnya tidak mengijinkan engkau pindah perusahaan," jelas Dekan.
"Loh kok nggak bisa. Kan saya belum terdaftar?" tanya Kai heran.
"Sayangnya. Kemarin dewan pembimbing lupa jika sebelumnya nama-nama kalian sudah tertulis di list perusahaan dan tidak bisa diganti atau diubah tanpa ada persetujuan dari pihak perusahaan," jelas pak dekan lagi.
Kai hanya bisa menghela napas panjang. Sepertinya untuk menghindari Sam akan terasa sulit. Masalahnya, gadis itu magang sebagai sekretaris pribadi pria itu.
Dari pada berdebat dan tentu saja tidak akan ada hasil. Akhirnya Kai menerima keputusan dari pihak kampus dan perusahaan magang, jika ia harus tetap pada list awal, yakni magang di perusahan Sam'sTechnologi.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang teknik industri perdagangan dan hasil bumi itu juga kini merambah dalam bisnis apartemen dan properti mewah.
Perusahaan ayah Kai juga bekerja sama dalam bidang transportasi juga minyak bumi, kini juga merambah dalam bisnis pembangunan pasar swalayan dan mall serta entertainment.
Menilik studio terbesar bernama Agatha Enterprise. nyaris menyamai Hollywood. Juga memiliki stasiun teve terbesar di negaranya.
Tentu saja ahli waris satu-satunya adalah Kaina Syarifah Agatha. Mungkin itu yang membuat Trisya iri. Gadis itu tidak diberi nama akhir seperti Kai, yakni Agatha. Karena ayah Trisya masih hidup, dan tentu tidak ada satu darah Agatha yang menetes di tubuh Trisya. Dia adalah anak sambung Umar Syarif Agatha.
Hari ini adalah hari pertama Kai magang. Gadis itu telah siap. Ayahnya juga tahu jika putrinya batal magang di perusahaan miliknya.
"Bekerjalah secara profesional. Ayah, yakin kamu bisa," mendengar kata-kata semangat dari ayah yang tak biasanya membuat Kai tersenyum gamang.
Dia sangat ingat sekali ketika dulu, waktu sebelum ia terbangun kembali. Ayahnya selalu melarang Kai untuk magang baik di perusahaannya sendiri maupun perusahaan milik Sam.
"Jangan buat malu, Ayah! Kau itu seperti permen karet yang mengotori Dan kemana pun. Ayah takut kau tidak bekerja malah asik bermanja dan berbuat ulah di sana!"
Ya, walau akhirnya Kai mengerti. Saat itu, dia memang manja dan ingin mencari perhatian Sam saja. Bahkan ia ingat, jika ia di sana memecat seorang cleaning servis sehingga Sam menghukumnya dengan mengalihkan tugas Kai sebagai cleaning servis.
Sebenarnya tujuan Sam bukanlah untuk menghukum gadis itu. Tapi, lebih mempermalukannya, walau akhirnya ayahnya datang dengan wajah merah padam karena kesal dan menyeretnya pulang.
"Kai!" Panggil Umar sambil melambaikan tangannya ke wajah putrinya. "Kau melamun?"
"Ah ... tidak. Maaf, Yah. sepertinya Kai tidak ikut sarapan, takut telat. Karena hari ini ada jadwal meeting dan Kai yang harus menyiapkan presentasinya," ujar Kai kemudian mencium punggung tangan ayahnya dengan takzim.
Kai hari ini memakai setelan formal dengan celana kulot warna coklat tua, senada dengan blazer dipadu dengan kemeja putih dengan kerah berenda.
Kai menyampirkan tasnya menyilang ke bahu dan menaruh kepala tas di belakang punggungnya.
Umar sedikit kaget karena Kai mengendarai motor trailnya. Sayang, belum sempat protes. Gadis itu sudah menggeber gas dan melesat meninggalkan halaman.
Umar hanya menghela napas.
"Yah. Sarapan dulu!" Teriak Arini dari dalam rumah.
"Kenapa Kai pergi buru-buru? Dia belum pamit loh, sama Ibu!"
"Iya, katanya ada presentasi dan itu jadi tugas pertamanya. Maafkan dia ya Bu. Salah Ayah juga tidak mengingatkannya," jelas Umar panjang lebar sambil merangkul mesra pinggang ramping istrinya.
"Hmm ... Yah. Ibu rasa sikap Kai berubah loh," ujar Arin kemudian menyiapkan sarapan untuk suaminya setelah mereka ada di meja makan dan Umar sudah duduk dengan tenang.
"Berubah?"
"Iya. Lihat, sekarang Kai jadi lebih sering di rumah. Bahkan, Ibu lihat anak itu sudah tidak pernah berbicara tentang masalah perjodohannya dengan Sam," jelas Arin kembali.
Umar juga setuju apa yang dibicarakan Arin. Bahkan anak gadisnya saat ini jauh lebih fokus dengan kuliahnya. Umar mendapat kabar dari para rektor kampus tempat Kai menimba ilmu.
Mereka mengatakan jika Kai nonstop mengejar semua SKS yang tersisa. Kai ingin menyelesaikan kuliahnya dengan cepat.
"Sudahlah, Bu. Tidak apa-apa. Toh itu membuat dia jadi lebih baik dan tidak membuat masalah lagi. Bahkan sekarang dia juga lebih sopan dan menghargai para pekerja di rumah ini. Sudah tidak angkuh lagi," ujar Umar menimpali.
Arin mengangguk setuju. Wanita itu bahagia, karena kini Kai tidak pernah lagi mengganggu Trisya, kakaknya.
Di tempat lain. Tampak Kai tengah fokus menyiapkan ruang meeting. Semua komputer juga layar sudah siap. Bahkan berkas juga sudah dibagikan. Kini saatnya ia memanggil bagian OB untuk menanyakan apa bahan camilan dan air mineral selama meeting sudah dipersiapkan.
Kai menemui kepala OB. Tentu saja apa semua hal yang dibutuhkan sudah siap. Kai akhirnya bernapas lega. Melirik sekilas pada penunjuk waktu yang ada di ponselnya.
Kai bergegas menuju lantai lima di mana ruang direktur berada. Kai tahu jika Sam sudah sampai di kantornya. Karena Kai ingat jika Sam adalah pria yang sangat disiplin dalam bekerja. Sam selalu lebih dahulu sampai di perusahaan yang ia pimpin sepuluh menit dari satpam pos penjaga.
Dengan antusias gadis berkuncir ekor kuda ini berlari kecil menuju ruangan direktur. Satu hal yang ia lupa adalah mengetuk pintu terlebih dahulu.
Kai langsung membuka handel pintu begitu saja. Kemudian ia sangat terkejut melihat pemandangan yang ada di depannya.
Sam tengah berciuman panas dengan Trisya. Kai tertegun. Gadis itu ingat jika kejadian ini pernah terjadi dan itu bukan saat pertama ia bekerja, tapi seminggu setelahnya.
Melihat ada orang yang memperhatikannya, Sam menghentikan aksinya. Pria itu cukup terkejut dengan Kai yang berdiri mematung menatapnya dengan pandangan entah.
"Kenapa kau asal masuk saja, tidak mengetuk pintu!" Teriak Sam marah.
Kai terkejut dari lamunannya. "Ah, maaf Boss. Ruang meeting telah siap dan sekarang waktunya Anda mempersiapkan diri," jawab Kai dengan ekspresi datar.
Kai berusaha untuk tidak terpengaruh dengan kejadian yang ia lihat barusan. Walau saat ini hatinya sangat sakit bukan main.
Trisya yang melihat Kai yang terkejut, hanya tersenyum sinis. Tapi, tidak ada yang melihat senyum sinis Trisya. Gadis itu langsung merubah ekspresinya jadi takut pada Kai.
"Kai ... maafkan Kakak. Itu tadi ...."
"Maaf Boss. Waktu kita tinggal delapan menit lagi!" Ujar Kai memotong pembicaraan Trisya.
Kai tidak mau terjebak dengan drama yang Trisya buat. Sam mencium cepat bibir kekasihnya.
"Aku pergi dulu. Kau ambillah apa yang kau inginkan tadi. Kirim tagihannya kepadaku," ujar Sam sambil tersenyum tulus.
Mendengar itu Trisya membalas ciuman kekasihnya. Gadis itu sengaja ingin membuat Kai cemburu. Sayang, orang yang dimaksud sudah meninggalkan tempat itu. Jadi drama romantis itu terlewat begitu saja.
Sam dan Trisya sedikit terkejut melihat ketidak beradaan Kai di tempatnya tadi. Akhirnya mereka beranjak dari ruang kantor menuju lift khusus.
Jika Trisya langsung menuju lantai dasar sedang Sam menuju lantai tiga di mana ruang meeting berada.
"Maaf aku tidak bisa mengantarmu. Aku ada meeting yang harus diselesaikan segera," ujar Sam sedikit bernada penyesalan.
"Tidak apa. Bukankah kau begitu demi masa depan kita?" jawab Trisya sambil tersenyum manis sekali.
Sam jadi melambung mendengar ungkapan Trisya. Ia sangat beruntung mendapatkan gadis itu menjadi kekasihnya. Walau ia tahu jika nanti ia akan menikah dengan Kai. Tapi, Sam akan mempertahankan Trisya menjadi miliknya. Pria itu sudah tergila-gila pada gadis yang berprofesi sebagai model itu.
Bibir mereka kembali menaut. Akhirnya terlepas setelah bunyi pintu lift terbuka.
"Aku mencintaimu," ungkap Sam tulus.
"Aku juga," balas Trisya dengan mata sendu seakan masih rindu.
Mereka masih saling bertatapan hingga pintu lift tertutup. Sam menghela napas berat. Pria itu seperti sulit melepaskan Trisya.
Sedang di dalam lift Trisya hanya bisa memutar matanya malas sambil menjulurkan sedikit lidahnya.
"Ck, membosankan!" Gerutunya pelan. Sangat pelan dan hanya dia yang mendengar gerutuannya.
Waktu berlalu. Sam dan Kai kini berada di sebuah restoran mewah. Di sana mereka juga akan mengadakan meet and great dengan semua pengusaha muda.
Kai begitu terpana dengan wajah tampan para pebisnis itu.
'Ck ... kemana saja aku kemarin? Ah ... mereka tampan-tampan sekali!' jerit Kai dalam hati.
"Selamat datang Tuan Samhadi Duardja Pratama!" Sapa salah satu pebisnis tampan.
Kai menahan laju liur agar tidak menetes. Bagaimana tidak. Sepasang mata cemerlang dibingkai dengan alis tebal laksana kepakan sayap burung elang. Belum lagi hidung mancung, dagu tegas dan rahang kokoh.
Uhh membuat hati Kai meleleh. Pria itu adalah Tuan Davidson Brianda Gutama. Seorang pengusaha tekstil sutra terbesar di dunia.
Berdiri tak jauh dari Tuan David. Ada Tuan Permadi Sanjaya. Pria keturunan Tionghoa ini mirip dengan aktor K-Pop Park Eun Bin. Tampan sekali.
"Good afternoon gantelmen!" Sapa seseorang dengan suara yang sangat seksi. Serak-serak gimana gitu.
Yang baru saja datang adalah pengusaha asal Inggris yang memiliki perusahaan baja. Bernama Tuan Richardo Berhard. Mata birunya yang teduh. Rahang yang kokoh dan dada lebar sangat sandar-able banget.
'Kai. Kau gila hanya memuja satu pria saja. Bahkan pria itu tidak melihatmu sama sekali!' kutuk Kai dalam hati pada dirinya sendiri.
Kai benar-benar merasa berada di dalam khayangan, karena ketampanan pria-pria di sekelilingnya.
"Oh ya, Tuan Sam. Siapa gadis cantik yang berdiri dari tadi di sampingmu?" Tanya Davidson memandang Kai penuh arti.
Entah mengapa Sam tidak suka pandangan David pada Kai.
"Ah. Maaf, perkenalkan saya Kaina Syarifah Agatha. Sekretaris magang Tuan Samhadi!" Kai langsung memperkenalkan diri.
Tangan Kai yang terjulur langsung disambut oleh para pengusaha tampan tersebut. Kai langsung melebarkan senyumnya. Bahkan jantungnya berdetak sangat cepat ketika Richard justru mencium buku tangannya dengan sangat gantelman.
Kaki Kai seperti melayang tak menginjak bumi. Mata gadis itu lincah menatapi wajah-wajah tampan yang tersaji di pandangannya.
"Kenapa restoran ini hening, biasanya ada musik live?" Tanya Permadi pada salah satu pelayan restoran.
"Ah maafkan kami, Tuan. Hari ini para pemusik entah mengapa tidak datang secara bersamaan," jawab pelayan itu sambil membungkuk hormat.
Kai mengedarkan pandangan. Ia seperti mengenali tempat ini. Tapi dia lupa.
Tiba-tiba seseorang datang menegurnya.
"Kai! Sedang apa di sini?" Tanyanya antusias.
Kai mengernyit bingung. Ia melihat sosok tampan yang sangat sederhana. Gadis itu belum mengingatnya.
"Aku Raihan, manager restoran milikmu ini!" Ah. Kai baru mengingatnya.
Kai sedikit melirik. Ternyata para pengusaha muda nan tampan itu tidak begitu memperhatikan apa yang dikatakan Raihan tadi.
'Bisa mati aku, kalau ada yang tahu jika aku adalah pemilik restoran ini!' keluh Kai dalam hati.
Bersambung