Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Editan
Sagara menarik tangan ibunya untuk turun ke lantai bawah, mumpung ibunya sudah ada di rumahnya, jadi Sagara tak perlu repot-repot bertamu di rumah yang ia benci.
"Lepaskan!" Berontak Mahya kesakitan saat Sagara menarik tangannya.
Sagara tak mendengarkan ucapan ibunya, dia malah semakin menambah laju langkahnya menuju ke ruang kerja. Begitu sampai di ruang kerja, Sagara mengeluarkan laptopnya dan dia memutar video panas Rachel yang pastinya tidak langsung memperlihatkan siapa pria di dalam rekaman tersebut.
"Coba Mama lihat! Apa pantas dia untukku? Lebih baik aku menduda sampai akhir hayat daripada menikah dengan wanita gatal, aku bukan manusia bodoh yang mudah kalian setir." Ucap Sagara.
Mahya menyipitkan matanya, dia melihat Rachel begitu liar diatas tubuh orang lain, lebih tepatnya pria yang umurnya bisa di taksir seumuran Sagara.
"Itu pasti editan!" Sanggah Mahya, dia tak percaya bila Rachel melakukan itu semua.
Sagara sengaja memperlihatkan Video berdurasi 2 menit yang di kirimkan oleh orang suruhannya, disana memang bukan Akbar yang menjadi lawan main Rachel, melainkan seorang bule yang berasal dari negara yang Rachel datangi. Sagara sudah menduganya, ibunya pasti akan menuduhnya mengedit videonya untuk menjelekkan Rachel, bagaimana bila Sagara menyodorkan bukti-bukti perselingkuhan ayahnya sendiri. Mungkin ibunya akan menyudutkannya, bahkan tidak akan percaya padanya.
"Zaman boleh canggih, tapi aku tidak akan melakukan hal konyol tersebut. Aku sudah berpengalaman dalam hal pernikahan, Mama tinggal tunggu saja undangannya." Ucap Sagara.
"Jangan gila kamu, Sagara! Mama gak sudi punya menantu pembantu, apa kata orang kalau kamu sampai menikahi gembel seperti dia..!" Protes Mahya.
"Aku gak peduli..! Sejak kapan Mama setuju dengan keputusanku, dari awal aku menikah dengan Relia saja Mama selalu menilai buruk wanita pilihanku. Padahal, wanita yang Mama pilihkan juga tidak ada yang baik, memilih calon istri itu bukan berdasarkan cantik secara fisik saja, aku mau mencari istri yang akan menjadi sosok ibu yang baik juga untuk anak-anakku. Asal Mama tahu, Rachel yang Mama banggakan suatu hari akan menjadi malapetaka untuk Mama sendiri." Tekan Sagara.
"Kau menyumpahi ibumu sendiri, hah!" Hardik Mahya.
Deeerrrrrttt... Deeerrttttt....
Telpon Mahya berbunyi, disana tertera nama kakak perempuan dari Sagara. Mahya menjawab telponnya di depan Sagara, kakak perempuannya yang bernama Ajeng Dwi Harianti baru saja pulang dari liburannya di luar Negeri.
"Ingat! Mama akan atur pertunangan kamu dan Rachel dalam jangka waktu satu minggu ini, tidak ada penolakan!" Ucap Mahya begitu telponnya di matikan.
"Coba saja kalau bisa." Tantang Sagara.
Mahya menatap nyalang pada Sagara,tetapi ia harus pergi saat itu juga untuk menyambut kepulangan putrinya. Sagara sudah biasa di nomor sekiankan oleh sang ibu. Melihat kepergian Mahya membuat nafasnya lega, anak mana yang mau berlaku kasar pada ibunya, tetapi sifat egois Mahya mendorong Sagara melakukannya.
Akbar awalnya menjodohkan Rachel dengan Kiki, akan tetapi Mahya menolaknya dengan alasan Kiki masih kuliah dan belum ada penghasilan, jadi mereka menyarankan Sagara untuk menikah dengan Rachel. Tentu Sagara sudah tahu rencana konyol itu, dia juga sudah tahu kalau Rachel dan Akbar ingin memperoleh keturunan, mungkin bagi Akbar dengan lahirnya anak dari rahim Rachel itu sebagai bukti cinta mereka. Akan tetapi bagi Rachel justru berbeda, dia ingin melahirkan anak demi menguasai harta Akbar semata agar dia bisa hidup bebas tanpa harus bekerja.
"Mama, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi..! Aku pastikan tua bangka itu mendapat balasannya, dan untuk Rachel sendiri dia akan menuai apa yang sudah ia tanam." Gumam Sagara.
Sagara keluar dari dalam ruang kerjanya, begitu hendak kembali ke kamar, terlihat Cahaya sedang menuruni anak tangga bersama Bima yang terlihat asyik menempel di punggung Cahaya. Sagara membiarkan Cahaya turun.
"Bima, turun." Titah Sagara.
Cahaya yang baru sampai di lantai dasar pun sontak menoleh kearah Sagara, Bima langsung turun dari punggung Cahaya dan ikut menatap ayahnya.
"Tolong panggil Bi Nur untuk bawakan kotak P3K ya, Papa tunggu di ruang tamu." Ucap Sagara meminta tolong pada Bima untuk mengambilkan kotak obat untuk mengobati luka tamparan yang di berikan oleh Mahya. Sudut bibir Cahaya terlihat robek, bahkan bekas jarinya masih terpampang nyata.
Bima mengacungkan jempolnya, dia langsung berlari ke belakang rumah mencari Bi Nur sesuai perintah ayahnya. Sagara menggandeng tangan Cahaya agar ikut dengannya, Cahaya hanya bisa mengikuti kemana Sagara membawanya karena untuk saat ini dia menyimpan rasa kesal pada majikannya itu.
"Duduk." Titah Sagara.
Cahaya duduk diatas sofa ruang tamu, di susul Sagara yang langsung duduk dan memegang wajah Cahaya. Wajah keduanya sangat dekat, Sagara memeriksa luka di bagian bibir Cahaya dan si empu pun meringis.
"Ssshhhh, sakit atuh Tuan." Ringis Cahaya.
"Maaf." Ucap Sagara.
Bima berlari ke arah ruang tamu, Bi Nur membawa kotak P3K di tangannya. Mendengar Cahaya terluka Bi Nur sangat khawatir, ia sudah menganggap Cahaya sebagai adiknya sendiri.
"Aduuuhhhh, Yaya kamu teh kenapa?" Tanya Bi Nur heboh.
"Cuma luka sedikit kok, Bi Nur." Jawab Cahaya sambil tersenyum.
Sagara meminta kotak obatnya, ia menyuruh Bi Nur menyiapkan air kompres untuk pipi Cahaya. Gegas Bi Nur pergi ke dapur untuk menyiapkan air kompres untuk Cahaya.
"Biar saya saja yang obatin, Tuan istirahat saja." Ucap Cahaya.
"Jangan bawel, kalau saya mau istirahat ya tinggal istirahat tanpa harus kamu suruh." Ucap Sagara.
"Udah, Mama diam saja, biar Papa yang beraksi, hehehe." Ledek Bima diakhiri kekehan kecilnya.
Cahaya memutar bola matanya malas, Sagara pun segera mengobati luka di sudut bibir Cahaya. Bima gencar menggoda Cahaya dengan sebutan Mama, Sagara ikut tersenyum melihat Cahaya yang mulai kesal dengan keusilan Bima.
"Kabuuurrr....!" Seru Bima begitu Cahaya memelototinya.
"Awas kamu ya..!" Kesal Cahaya.
"Maaf sudah melibatkan kamu, Cahaya. Gara-gara saya kamu kena tampar sama Mama," Ucap Sagara.
"Lagian kenapa Tuan tiba-tiba bilang saya calon istri, kenapa gak sebut nama orang lain saja? Mana di bilang kumpul kebo lagi, emang saya cewek apaan..!" Protes Cahaya.
"Ya, refleks saja. Emangnya kenapa sih? Saya kan ganteng, gak terlihat jelek dan punya banyak duit pula. Cuman minusnya punya status duda aja." Ucap Sagara dengan pedenya.
"Ya lah si paling ganteng dan kaya." Lirih Cahaya yang masih bisa di dengar oleh Sagara.
"Saya gak tuli, Cahaya." Tegur Sagara.
Cahaya pun nyengir memperlihatkan gigi putihnya, entah mengapa Sagara malah gemas melihatnya. Awal-awal Sagara bertemu dengan Cahaya nampak biasa saja, mungkin karena dia juga jarang berinteraksi dan juga jarang bertemu secara langsung dengan Cahaya, seseringnya ia hanya menyampaikan pesan melalui Nur ataupun Lela saat masih bekerja di rumahnya. Saat pertama kali bekerja, wajah Cahaya itu gelap dan terlihat kucel. Tetapi setelah beberapa bulan bekerja, justru Cahaya terlihat bersih, karena pada dasarnya Cahaya memang memiliki kulit putih. Hanya saja, dia harus membantu ibunya berkebun dan juga mencari pekerjaan sampingan lainnya untuk membantu perekonomian keluarga.
Sagara melanjutkan tugasnya, dia kembali mengobati bekas tamparannya menggunakan air kompres. Sementara Bima, dia pergi ke kamarnya dan mengotak-atik laptop miliknya.
*
*
Sore hari.
Sagara dan Bima bersiap untuk pergi ke tempat dimana Bumi mengajaknya bermain futsal, sedangkan Cahaya sibuk mempersiapkan baju ganti dan juga bekal air minum.
Salah seorang kurir datang mencari Sagara, karena Sagara masih bersiap akhirnya satpam lah yang menerima pesanan yang di bawanya. Satpam menitipkan barang milik Sagara pada Cahaya, begitu Sagara datang Cahaya pun menghampirinya dan memberikan barang tersebut.
"Tuan, ini ada barang dari Pak Satpam, katanya ini milik Tuan." Ucap Cahaya.
"Oh, itu buat kamu. Lusa nanti akan ada acara penghargaan untuk pengusaha terbaik, disana banyak rekan bisnis yang datang dan kamu harus ikut menemani Bima." Ucap Sagara.
"Yeeaaayyy, Bima boleh ikut?" Sorak Bima sambil memastikan ucapan ayahnya.
Sagara menganggukkan kepalanya, Bima pun melompat-lompat saking senangnya. Sedangkan Cahaya hanya diam saja, bahunya mendadak melemas karena Sagara kembali melibatkannya.
"Tuan, saya tidak ikut ya? Saya mah tunggu di rumah saja, takutnya ada maling masuk." Ucap Cahaya.
"Tidak akan ada maling disini...! Orang tugas kamu kan jadi pengasuh Bima, kenapa pula tidak ikut serta? Kamu mau nanti Bima ada yang menculik?" Tolak Sagara.
"Tuan, sebenarnya tugas saya di rumah ini apa sih? Mbak Lela kan sudah tidak bekerja, jadi saya ini jadi pengasuh apa pembantu?" Tanya Cahaya seraya mengeluhkan pekerjaan yang di kerjakannya.
"Kamu tenang saja, katanya mau ngumpulin uang banyak buat keluarga, nanti saya naikan gaji kamu 3 kali lipat dari biasanya." Ucap Sagara.
"Nah, kalau gitu kan enak dengernya, Tuan. Hehehe..." Ucap Cahaya cengengesan.
"Dasar mata duitan!" Cibir Sagara.
Cahaya menatap paper bag di tangannya, dia pun membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan Sagara dan Bima, akan tegapi Sagara segera menarik tangannya.
"Siapa yang suruh kamu pergi?" Tanya Sagara.
"Lah, memangnya ada apa lagi Tuan? Apa Tuan butuh sesuatu?" Tanya Cahaya bingung.
"Cepat ganti baju, kita ke lapangan Futsal sekarang..! Pakai baju yang ada di paper bag, tapi bukan yang gaunnya." Titah Sagara.
Cahaya membuang nafasnya kasar, lagi-lagi ia lupa kalau pekerjaannya adalah multifungsi, dimana ada saatnya kalau harus menjadi pengasuh, pembantu sekaligus asisten Sagara. Sagara mengodorkan masker pada Cahaya untuk menutupi bagian pipinya yang masih meninggalkan bekas kemerahan.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.