Selena Almaheera, mahasiswi lulusan kedokteran dengan prestasinya yang luar biasa. tak sedikit orang memujanya karena kemampuan yang hebat saat beraksi diruang operasi. namun, pada suatu hari takdir buruk menyeret dirinya ke dalam lubang malapetaka.
Diego Ethan Federico, bajingan kelas kakap yang tampan rupawan dan kaya raya. ia meneruskan dunia hitam sang papa juga pewaris utama dari pasangan Matteo Denaro Federico dan Natalia Avila Beltran.
Pertemuan pertama saat dalam keadaan sekarat menjadikan bos mafia itu terobsesi pada dokter cantik yang menanganinya kala itu, hingga satu tahun sudah berlalu keduanya dipertemukan kembali saat dokter cantik itu menangani Sania Ainsley Beltran, yang tak lain adalah adik kandungnya.
Diego sadar obsesinya pada Selena itu bahaya dan ingin menguasai seluruh hidupnya. akan tetapi, ada sang kakak yang justru ikut terlibat dalam perasaan cinta itu.
Lantas siapa diantara dua mafia kakak beradik itu yang berhasil mendapatkan dan meluluhkan hati Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30 - pilihan yang sulit
Darren mematikan mesin mobil di pelataran mansion, memutari mobil dan membuka pintu samping. tubuh mungil Selena terlelap dalam damai, wanita itu terpejam setelah perjalanan dua jam menuju kota. mereka berhasil lolos dari kejaran bos mafia itu karena kepintaran Darren dalam menaklukkan rute jalanan.
Menggendong ala bridal style, Darren melangkah masuk sembari sesekali membenarkan posisi tidur Selena yang tenggelam di depan dada. satu pelayan menghampiri dengan langkah tergopoh-gopoh, menyambut sang bos yang sudah sekian lama tidak menengoki kediamannya.
Ya, Darren juga mempunyai mansion pribadi. namun, insiden kelainan jantung yang di alami Sania membuat pria itu tinggal beberapa bulan di mansion keluarganya, demi menjaga adik kesayangannya sembari memantau perkembangan kondisi Sania sampai sembuh total seperti sedia kala.
Kini, meninggalkan gadis kecilnya, Darren memilih mengibarkan bendera perang kepada adik keduanya. merebut wanita milik Ethan demi sebuah kehidupan yang layak. wanita itu berhak bahagia setelah satu bulan di hantam berondongan trauma.
"Kamar tamu sudah saya siapkan, tuan"
"Tidak, dia tidur di kamar pribadiku" balas Darren mempercepat langkah, suara ketukan pantofel terdengar agak nyaring karena beradu dengan lantai marmer berlapis perak.
Teo mengikuti dari belakang, sedikit mempercepat langkah karena Darren tampak tergesa-gesa naik membawa Selena ke lantai dua. bisa di simpulkan, pria itu ingin cepat membaringkan Selena sebelum membuka mata. lelah di bawah lingkar matanya tak cukup di tebus dengan pengakuan cinta, ia harus memberikan kehidupan layak dan bahagia.
Masuk ke kamar pribadi, Teo menata bantal, menempatkan kenyamanan untuk kepala Selena. pulas sekali, tak ada reaksi apapun kecuali dengkuran halus.
"Barang-barang yang ku minta, sudah kau siapkan semuanya?" tanya Darren tidak mengalihkan pandangan dari tubuh mungil Selena yang tergolek di atas ranjang. kasur yang besar membuat wanita itu terlihat kecil nan menggemaskan.
"Sudah, tuan. pakaian yang anda minta ada di lemari paling ujung lengkap dengan keperluan ibu hamil, termasuk susu, vitamin, dan keperluan lainnya" jawab Teo menunjuk lemari besar berbahan berlian di pojok sana.
"Mulai hari ini, kau harus melayani tamuku, perlakukan dia dengan khusus dan turuti apapun kemauannya, kecuali keluar dari rumah ini"
"Ingat catatan yang ku berikan padamu tidak boleh keliru. aku tidak mentolerir kesalahan jika itu menyangkut pada wanitaku. kau paham, Teo?"
Teo mengangguk segan. "Baik, tuan. saya akan melakukannya dengan hati-hati agar tidak melakukan kesalahan"
"Bagus, sekarang kau keluar dan siapkan makanan untuknya" perintah Darren sembari melepas jas. dia menggulung lengan kemeja hingga siku-siku lalu duduk di tepi ranjang.
Dia terdiam, memperhatikan wajah cantik Selena dalam keadaan tidur. ia sering melihat wanita cantik yang lebih dari Selena, bahkan tak segan mengajaknya menjadi teman kencan semata, tetapi tak ada satupun yang mampu menggerakkan hatinya sampai lupa wanita yang kini terbaring di atas ranjangnya adalah wanita milik Ethan.
"Perlakukan seperti apa yang selama ini kau dapat, Selena? tubuhmu jauh lebih kurus dari pertama aku melihatmu di rumah sakit"
"Apa kamu tidak bahagia? dia merundung dan mengurungmu di bawah kekuasaannya, hm?"
Nafasnya gusar, terdorong oleh perasaan yang tak di mengerti, ia membelai lembut punggung tangan Selena dan menggenggamnya. "Diamku cukup sabar saat adikku menyeretmu ke dalam lubang malapetaka, aku percaya cinta darinya untukmu, tapi nyatanya salah. dia mencintaimu di atas obsesinya yang gila"
"Tapi jangan kuatir, mulai sekarang aku akan melindungimu dan tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu. you will be happy with me"
Pikiran Darren menerawang jauh pada kejadian di masa lalu, ia bisa memahami trauma sang adik yang tak bisa melihat kelahiran seorang bayi. ia juga bisa mengerti dengan rasa sakit ketika Ethan kehilangan tiga adik kandungnya. tapi tetap, itu adalah kejadian lama, baik buruknya kala itu tak bisa di samakan dengan keadaan Selena sekarang.
Ada janin yang tak bersalah hasil dari hubungan badan yang kini mengharapkan lahir ke dunia. tidak bisa di pungkiri bahwa Darren bukanlah kakak kandung tetapi kakak angkat, selalu ada pro dan kontra di setiap gerak langkah mereka. termasuk memperebutkan seorang wanita yang sedang mengandung calon penerus keluarga Federico.
"Tidurlah sampai ragamu kuat untuk menghadapi hari esok. hari ini apa yang ku ucapkan adalah sebuah janji, kedepannya janjiku akan berikrar di depan katedral dan pastur, tunggulah" ungkapnya dengan kelembutan.
Di tekan rasa ingin, di dorong kemauan, Darren menyibak selimut dan meraba perut Selena. untuk sesaat dia ragu-ragu sebelum kemudian meraba lembut perut Selena yang masih rata dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi menggenggam erat tangan Selena.
Menarik nafas panjang, ia berbisik pelan. "Tidak peduli darah siapa yang mengalir di dalam rahimmu, Selena. aku sungguh tidak peduli, dan dia akan ku anggap anak sendiri asal kau melahirkannya ke dunia"
"Segala prosesmu akan ku temani, dan perjuanganmu akan ku hargai. aku, kamu, dan calon bayi kita"
Merapikan kembali selimut, Darren mengelus lembut puncak kepala Selena kemudian bangkit ingin melepas penat, membersihkan diri, berganti pakaian, lalu turun ke bawah untuk menyiapkan makanan. namun, niatnya terurung lantaran mendengar rintihan dari samping.
"Are you okay?"
Selena menjernihkan penglihatan, mengerjapkan beberapa detik lalu menyadari bahwa kini dirinya sedang berada di tempat asing.
"Tuan Darren?" Selena bangun meringsut mundur.
"Ya, ini aku"
"Kenapa aku berada disini? bukannya tadi kita sedang berada di dalam mobil? apa kamu membawaku pergi dari tuan Ethan?"
"Istirahatlah, Selena. kamu butuh banyak waktu untuk menenangkan dirimu, aku akan kembali lagi setelah mandi dan berganti pakaian" imbuh Darren menepuk sisi ranjang dan berniat pergi.
Selena menghentikan, ia buru-buru bangun dan berlari menghadap tepat di depan pria itu. "Alasanmu membawaku kesini apa? tolong jangan membuat masalah semakin rumit, biarkan aku pergi, aku tidak mau kalian berkelahi lagi gara-gara aku"
"Itu pendapatmu. aku tidak pernah menganggapmu sebagai benalu dalam hubungan persaudaraanku"
"Tidak, em..... maksudku, aku ini sedang-"
"Hamil?" potong Darren.
Selena mendesah panjang, pikirannya buntu karena harus berhadapan dengan dua mafia kakak beradik. "Oh tidak, kalian berdua mengacaukan hidupku"
"No, sweetie......aku sedang memperbaiki dan merapikan kembali kekacauan di hidupmu"
"Kamu bukan pahlawan, jangan berlagak tahu semuanya dengan apa yang sudah aku alami selama ini" sela Selena menatap atap seolah sedang mengeluh pada sang pencipta.
Berulang kali dia membuang nafas, bayangan saat Ethan marah besar hingga menyelinap masuk secara kurang ajar. ia dapat memastikan bahwa sekarang bos mafia itu sedang terbakar api kemarahan. hanya membayangkan saja mampu membuat merinding, apalagi menyaksikannya secara langsung.
"He's no good for you......" kata Darren menatap teduh dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.
"So, who is the best for me? you?" sahut Selena bertanya balik.
"Maybe yes, maybe now...." jawabnya santai dengan ekspresi menyanjung senang.
Prustasi, Selena mencengkram erat rambutnya sendiri. lolos dari Ethan tidak semudah yang di pikirkan, pria itu punya pintu masuk namun tidak menyediakan pintu keluar. sekalipun berhasil keluar, akan ada banyak jeratan hingga membuatnya kembali dengan sendirinya. memohon ampun serta menyesali perbuatan, kemudian tamatlah riwayatnya.
"Hahaha, ini sama saja seperti aku keluar dari kandang singa lalu masuk ke kandang harimau" keluhnya tertawa hambar.
"No.....no.....no........im not tiger, sweetie" sergah Darren membenarkan.
Melihat gerak-gerik Selena yang sudah kehabisan kata-kata, Darren melangkah maju. ketenangannya di wajah serta auranya berbanding terbalik dengan Ethan. pria itu lebih maskulin dengan tatapan teduh dari kedua mata yang sayu dan sexy. ah, Selena hampir lupa diri bahwa jatuh cinta pandangan pertama jatuh kepada pria tampan itu.
Darren mengulurkan tangan. "Darren Harvey Federico"
"Semua orang mengenalmu, tuan. orang gila pun mengerti kalau kamu bukan sekedar CEO perusahaan tapi juga bos mafia" ucapnya menohok.
"Aku hanya memperkenalkan diri saja, barangkali kamu tidak tahu nama panjangku"
"Untuk apa aku tahu? kalian sama-sama.......astaga, kerumitan ini semakin membuatku gila"
"Selena, listen to me..... aku merebutmu darinya bukan tanpa alasan, kamu begitu menderita di bawah kekuasaannya dan siksaannya. apa aku akan diam begitu saja, hm?"
Selena memejam lalu membuka kembali matanya. "Kita tidak saling tahu satu sama lain, aku hanya budak rendahan di mata adikmu sekaligus benalu di keluargamu"
"Lalu, apa yang kamu harapkan?" tanya Selena menyorot.
"Marry me...." jawab Darren tanpa berpikir.
Tawa sumbang menggelegar. Selena merasakan lidahnya kelu untuk memberikan jawaban, ia tak tahu harus merespon seperti apa, dua pria mafia kakak beradik itu seakan menjadikannya butiran debu.
"Apakah tidak ada kata lain selain menikah? apa pernikahan bagi kalian adalah ajang lomba? kenapa semua orang menyusun rencana sakral di tengah keadaanku yang sedang kacau?"
"Kalau boleh memilih, antara kamu dan dia, maka aku lebih baik mati. tidak ada pernikahan dan pengakuan!" tekan Selena.
"Terbebas darinya tidak menjamin aku akan hidup bahagia!" lanjutnya lirih, ia menunduk dan terisak pelan.
Darren menatap lembut, mendengarkan setiap isakan Selena. ia mencoba mengusir egonya yang tinggi, perlahan maju dan mendekap tubuh mungil Selena.
"Kenapa? apa hanya adikku saja yang boleh menyentuhmu?" tanya Darren saat Selena berusaha menghindar.
Tidak ada jawaban, Selena diam membisu.
"Ketahuilah, Selena. aku bisa menggantikan Ethan tapi tidak dengan sikap kejamnya padamu. aku berjanji atas kebahagiaanmu, tidakkah tertarik untuk menjalin hubungan denganku?"
Ia tersenyum getir. "Di mata kalian, aku hanyalah wanita rendahan yang mudah luluh dengan perkataan manis"
"Tapi aku tidak beranggapan seperti itu" sela Darren.
Perlahan kembali mendekat, menarik pinggang Selena, ia mengunci pergerakannya. dengan tubuh yang menempel satu sama lain, melalui sentuhan kulit, Selena mampu merasakan deru nafas hangat serta tangan kekar melingkar di pinggangnya.
Ia mendongak, Darren menunduk, sama-sama saling memandang menenangkan hati. saat ingin mengatakan sesuatu, pria itu menahannya dan mengutarakan hal yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.
"Kalaupun kamu bukan wanita milik Ethan ataupun dokter pribadi Sania, aku akan tetap mengejarmu"
"Aku jauh lebih dulu mengintai aktivitasmu setelah kamu menjalankan operasi adikku"
"Kamu sudah salah" sahut Selena.
Darren mengernyit. "Salah?"
"Iya, salah. tuan Ethan lah yang lebih dulu, aku berurusan dengannya setelah selesai menangani operasi Sania"
"Kamu ingat? saat pria itu sekarat dengan lima peluru yang bersarang di tubuhnya?"
Selena tidak membalas pelukan tetapi memandang wajah Darren dengan menelisik setiap pahatan wajah yang sempurna.
"Di los angeles, aku pernah bekerja disana. itu salah satu penyesalan terbesarku, mendapati pasien seperti tuan Ethan"
"Kenapa bumi ini sempit sekali, mempertemukan aku dan dia di negara kelahiranku. entah tuhan sendiri yang mengatur atau pria itu yang memang ikut campur"
Usapan lembut mendarat bebas di pipi Selena, jemari Darren menelusup masuk ke belakang telinga. melalui sapuan halus, isak tangis Selena makin menyayat hatinya.
"Tidak peduli yang pertama atau bukan, karena cinta datang tanpa alasan, aku menginginkanmu" ungkap Darren memandang penuh cinta.
"Tidak bis-"
"Tidak perlu menjawabnya sekarang, saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. lebih baik kamu istirahat dan tunggu aku selesai mandi. kita turun dan makan malam di bawah" ucap pria itu memainkan rambut di sela-sela jari.
Tidak mendapat kesempatan menolak, Darren kembali membawa Selena ke atas ranjang. wanita itu hanya menurut saat di minta tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. meninggalkan pesan singkat, Darren memberikan kecupan di kening, awalnya menghindar namun perlahan Selena diam dan tak berkutik.
"Our child needs to eat, wait a minute" bisiknya tulus.
Dari atas tempat tidur, Selena bisa menatap punggung lebar Darren masuk ke dalam kamar mandi. ia mengukir senyum tipis karena kebaikan hati pria itu. jika untuk menerima pernikahan, mungkin tak ada dalam pikirannya. ketika hendak memejam, suara gemericik air terdengar dari dalam sana. lagi dan lagi Selena bertingkah aneh.
Lima belas menit berlalu, Darren keluar tanpa pakaian kecuali handuk putih yang melilit pinggangnya. Selena yang tidak bisa memejamkan mata lantas terlonjak kaget. dengan santai pria itu berjalan melewati ranjang, membuka lemari dan mengambil pakaian secara acak.
Di tepi ranjang, Selena bisa melihat punggung tegap milik Darren. terlihat banyak guratan otot yang membuatnya merinding. kalau di bandingkan dengan milik Ethan, memang tidak berbeda jauh, keduanya sama-sama gagah perkasa.
"Aku tahu kamu tidak tidur, Selena" ujar Darren sibuk memakai celana. Selena terkejut lantas menutupi wajahnya menggunakan selimut.
"Ayo, bangun. pelayan sudah selesai menyiapkan makanan"
"Em......ya..." wanita itu mengangguk canggung.
Mereka keluar kamar tidak bersamaan, Darren lebih dulu melangkah karena tidak mau membuat Selena merasa malu, pria itu sangat menjaga perasaannya supaya Selena tidak mati berdiri karena canggung.
Sampai di ruang makan, sajian makanan yang di buat beberapa menit begitu menggiurkan. pelayan berdiri di samping meja membungkuk segan ketika sang bos duduk, lalu tidak lama Selena datang dan ikut mengenyakkan diri.
Ekor mata Daren melirik ke samping, melihat gerak-gerik Selena yang menyambar makanan pedas. "Singkirkan piringmu"
"Hm?" wanita itu mengangkat wajah dengan tangan yang hendak menyuapkan makanan itu.
"Hei, itu makananku"
"Benarkah? em......tapi, aku mau makan makanan yang ini"
"Teo, bawa makananku!" perintah pria itu yang membuat Selena mendengus.
Teo mengangguk mengambil alih piring di hadapan Selena. "Eh, tunggu...... biarkan aku mencicipinya sedikit saja"
"Sudah, satu suap saja" tegur Darren.
"Silahkan, miss. ini makanan anda yang secara khusus di buat langsung oleh koki" ujar Teo mengganti mangkuk.
Selena bernafas berat, sedang sehat namun seperti sekarat di rumah sakit. "Ini makanan untuk orang yang sedang sakit, kenapa di sajikan untukku?"
"Untuk bayimu.......ah, bayi kita"
"Tuan Darren!"
"Jangan memanggilku dengan sebutan tuan, kamu bukan pelayan, Selena!" tegas Darren serius.
Selena memutar bola matanya malas. "Seorang Selena Almaheera tetap pelayan rendahan di mata kedua bos mafia" gerutunya kesal.
Tidak ada suara lagi, mereka sibuk menyantap makanan masing-masing. suap demi suap memasuki perut yang tengah kelaparan. Selena diam seribu bahasa meskipun tak bernafsu makan, terlalu membosankan karena di mansion Ethan, Martha selalu membuatkan bubur dengan toping yang berbeda-beda.
Membanting sendok sedikit kasar, Selena bangkit mengambil alih gelas berisi air mineral, tanpa ia ketahui air itu bukanlah air mineral melainkan white wine atau anggur putih.
Belum sempat ia genggam, Darren merebut dan menggantinya dengan segelas susu strawberry. tanpa banyak kata, pria itu meneguk white wine itu hingga tandas.
"Hati-hati, sweetie. minuman ini mengandung alkohol" beritahunya menggoyangkan gelas di udara.
Selena ternganga, menurutnya perlakukan Darren itu terlalu berlebihan. "Tuan, sampai kapan aku berada di rumah ini?"
"Tuan?" ulang Darren.
"Em..... maksudku, Darren"
Pria itu tersenyum saat namanya di ucapkan oleh mulut Selena. "Kenapa? kamu kuatir kalau Ethan datang kesini?"
"Sejujurnya, iya" katanya pelan.
"Jadi, maksudmu......kamu bersedia terbang ke los angeles bersamaku untuk menghindari Ethan?"
"Terbang ke los angeles?" Selena membelalakkan mata.
Darren selesai makan, mengusap bibir menggunakan napkin kemudian menatap lurus Selena. "Kamu takut pria itu datang ke mansionku, itu artinya kamu bersedia ikut pergi dari negara ini?"
"Tidak" sahut Selena. "Bagaimana bisa aku meninggalkan Berlin kalau masalahku saja belum selesai"
"Aku yang mengurusnya, masalahmu itu tidak perlu di pikirkan berlarut-larut"
"Tidak bisa, tidak semudah itu pergi di saat aku sedang mengan-"
"Aku siap menggantikannya, Selena. apa perlu ku pertegas sekali lagi? katakan, bukti apa yang kamu minta, hm?"
"Kalau begitu, jangan memikirkan aku. pikirkan anak dalam kandunganmu. apa kamu akan tetap tinggal bersama pria kasar yang memberimu banyak trauma, hm?"
Selena gagu tidak bisa menjawab. Ethan memang penabur banyak luka dan trauma, menyiksa dan menghakimi tubuhnya. akan tetapi, pria itu satu-satunya orang yang berhasil menguak kebusukan Robby, serta membalaskan sakit hatinya kepada mantan kekasihnya itu. secara tidak langsung, ada timbal balik yang ia terima.
Pergi ke los angeles sama saja dengan membuka lembaran awal, kisah cintanya dengan Robby dan pertemuan awal dengan Ethan. los angeles adalah negara konyol yang menjadi saksi atas rintih darah cita-citanya, akan tetapi terjerat obsesi tuan mafia.
"Pikirkan saja baik-baik, aku tidak memaksamu. kalaupun keputusanmu tinggal disini, aku tidak menjamin keselamatanmu. negara ini milik adikku, sebagian kota-kota besar disini di bawah kendalinya"
"Bukannya kamu melindungiku?" tanya Selena sedikit berharap.
"Jadi, kamu tidak keberatan?"
Selena mengernyit. "Apa?"
"Aku ikut andil ke dalam hidupmu?" ujar Darren pelan dan tatapan intens menyelami netra indah Selena.
"Tidak tahu, aku tidak bisa menjawab" lirih Selena menundukkan wajah.
Darren bersandar pada kursi, melipat tangan didepan dada tanpa mengalihkan pandangannya. melewatkan beberapa detik saja ia tak bisa. keindahan, kecantikan, kelembutan, dan kesederhanaan Selena membuatnya kepalang gila.
Jadi, sekarang Darren bisa mengerti kenapa Ethan tak mau wanitanya di usik apalagi di rebut. itu semua karena Selena berbeda dengan wanita lain di luar sana.
"Los angeles adalah negara yang bertekuk lutut padaku, dan soal keamanan tidak perlu kamu kuatirkan. you are safe with me"
Keraguan muncul dalam benak, entah karena apa, tapi ia sedikit tidak rela. "Bisa beri aku waktu untuk berpikir?"
"Tidak banyak waktu. mungkin sekarang Ethan dalam perjalanannya kesini membawa semua anak buahnya, pilihanmu hanya dua, ikut terbang bersamaku, atau tetap disini dan kembali padanya"
"Pikirkan matang-matang" ujar Darren meninggalkan ruang makan.
ternyata mereka punya masa lalu gelap 😨
lebih Rumit berurusan dg Mafia Selene ...bisa merasakan skenario Mafia seperti itu😤😔😑