Jeratan Obsesi Tuan Mafia
"Selena, ayo cepat bersiap. operasi kali ini harus berjalan dengan lancar atau kita semua akan terkena masalah besar!"
"Maksudmu apa, Mel. aku berlarian dari ruang laboratorium hanya untuk panggilan darurat darimu. bayangkan saja, kau memberikanku waktu 5 menit untuk bersiap, dan sekarang kau menakuti ku, huhh ada apa ini?"
"Apa kau ingat dengan pasien diruang VVIP yang membutuhkan donor jantung?" bisik Melia.
"Tentu, kenapa memangnya?"
"Ternyata dia itu bukan berasal dari keluarga sembarangan, dia adalah putri kesayangan tuan Matteo Denaro Federico, mantan bos mafia terkenal di negara ini" bisik Melia menggebu-gebu.
"Tentu kau tau bagaimana kejamnya jika mereka beraksi? katanya dua anak laki-lakinya mengikuti jejak ayahnya, oh sungguh mengerikan sekali!"
"Untuk itulah operasi kali ini disebut sebagai operasi pertarungan maut. kalau gagal, salah satu kakaknya meminta satu kepala diantara kita" bisiknya lagi seraya bergidik ngeri.
*****
Di dalam ruang operasi, para dokter sedang sibuk bersiap-siap, tidak terlihat wajah tenang dari raut mereka. kerutan di kening serta helaan nafas yang berat menjadikan suasana di dalam ruang itu menjadi tegang.
Selena meringis takut, tak bisa membayangkan jika operasi yang ia jalankan kali ini gagal. lantas, siapa yang akan bertanggung jawab? jika semua dokter tidak mau mati sia-sia? apakah satu tim? ah sudahlah Selena tidak bisa membayangkannya lagi.
"Ini rumah sakit umum, tapi kenapa orang seperti mereka mempercayakan hal ini kepada kita? aneh sekali bukan? biasanya keluarga mafia selalu punya dokter pribadi yang tentu kemampuannya tidak kaleng-kaleng, atau setidaknya punya rumah sakit kepercayaan".
"Entah, aku pun sedang memikirkan hal yang sama denganmu. kita harus waspada, harus benar-benar teliti dan jangan sampai hanya karena satu kesalahan membuat hidup kita di ancam maut!"
Mereka mengangguk bersamaan. di mulai dari memakai jubah khusus operasi, masker, penutup kepala, kemudian sarung tangan khusus operasi. lengkap 6 orang diantaranya adalah dokter bedah jantung, asisten dan perawat lainnya.
Selena mengambil hak penuh atas kehidupan pasiennya itu, selain sumpah janjinya mempertahankan hak kehidupan manusia, ia juga di kejar tuntutan dari keluarga pasiennya. sebelum mulai melakukan operasi, mereka semua melingkar untuk memanjatkan doa kemudian menyibak gorden hijau tua dan mendapati seorang wanita cantik yang terbaring lemah di ruang operasi.
"Aku harap kalian semua ekstra fokus terhadap tanda-tanda apapun yang akan terjadi nantinya. upayakan berkerja sama dan jangan teledor dalam mengambil penanganan!" ujar Selena bersikap tegas, kedua matanya terlihat serius dan pandangan yang menuntut.
Lampu operasi mulai menyala, satu persatu alat-alat medis mulai digunakan. Selena dengan lihainya menggoreskan scalpel pada bagian dada pasien, diikuti gunting, pinset lalu semburan darah keluar dari selang dan terlihat dari layar monitor.
"Lakukan dengan perlahan, aku selesai mengangkat jantung pasien. proses transplantasi dilanjutkan, hanya butuh 5 jahitan, kalian selalu awasi pergerakan denyut nadinya, aliran darah dan pernafasannya.
"Baik dok" jawab mereka serentak.
"Dokter Selena, anda salah menggunakan gunting dan jarum" peringat salah satu dokter.
"Selena, fokus!" ucap dirinya sendiri.
Selena memejamkan mata lalu mengambil nafas dalam-dalam, pikirannya mulai terguncang akibat perkataan Melia saat sebelum operasi.
"Kita pastikan jantung yang pasien terima mengalir positif, gejala apapun yang muncul, usahakan kalian tetap fokus!" pesannya sekali lagi.
"Pinset..." pintanya.
"Jarum..."
"Aku mulai menjahitnya" ucapnya lagi sambil melakukannya dengan teliti.
Ketegangan melanda mereka semua. gelombang eletrik dari layar monitor belum memunculkan bahwa transplantasi jantungnya mengalir positif. mereka kaku, saling fokus terhadap organ tubuh penting manusia.
Kening Selena dibanjiri keringat dingin, setiap kali diusap oleh sang asisten, detik itu juga berkeringat deras. dan hal itu dialami oleh semua orang disana.
"Negatif!" Selena melotot. gerak grafik dilayar elektrokardiograf muncul garis lurus tanpa gelombang.
"Berikan suntikan inotropik pada selang!"
"Kerjasama, fokus!"
"Selena, lakukan dengan perlahan, kita hampir selesai" ujar Melia dengan perasaan campur aduk.
Meskipun beberapa detik jantungnya dinyatakan tidak berfungsi, para dokter bekerjasama sesuai perannya masing-masing. saat jemari Selena mengikat jarum dan benang diakhir proses operasi, kelegaan terdengar dari nafas mereka semua.
"23.30 GMT, operasi selesai dan berhasil!" Selena meneguk saliva, turun ke kerongkongan dan seakan berhenti disana. dia terduduk lemah menetralkan detak jantungnya.
"Ayo bangun, kita harus menemui pihak keluarga pasien" kata Melia berucap lirih.
"Kau tau? jantungku seakan ikut berhenti. kalau saja kita gagal, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya" Selena bergidik ngeri.
"Sudahlah, operasi sudah berhasil kita lalui, cepat lakukan sterilisasi lalu setelah itu kita lakukan tahap berikutnya".
Memandang sekali lagi pada tubuh pasiennya, Selena benar-benar bisa bernafas dengan lega. wanita cantik itu berjalan menuju ruang sterilisasi, melepas semua seragam operasi dan berganti menggunakan jas dokter berwarna putih.
Mereka mendorong brankar pasiennya keluar ruang operasi, setelah 2 jam lamanya mereka bertempur. pintu ruangan terbuka lebar, terlihat wajah menyeramkan dari pihak keluarga pasien. lima di antara orang-orang itu, hanya satu orang yang memasang wajah sendu, yaitu Natalia Avila Beltran, sang ibunda.
"Bagaimana dengan keadaan putriku? apakah operasinya berjalan lancar?" tanya wanita itu.
"Saya dokter Melia, semua proses transplantasi jantung telah kami lakukan, untuk kelanjutan penyembuhannya akan dijelaskan oleh dokter Selena, selaku dokter bedah dirumah sakit ini".
"Apa putriku baik-baik saja?" tanya wanita itu lagi.
"Untuk saat ini nona Sania berhasil melewati masa kritisnya. selanjutnya, kami akan memberikan penanganan khusus diruang VVIP".
"Anda bisa membicarakan tentang penyembuhannya pada dokter Selena, sebentar lagi beliau keluar ruangan" Melia tersenyum hangat, jantungnya seakan ingin lompat saat mendapati dua laki-laki tampan berdiri di depannya.
"Tolong temani adikmu diruang rawatnya, mommy dan daddy akan menemui dokter Selena".
"Lihat saja, jika sampai terjadi sesuatu pada Sania, kalian akan binasa di tanganku!" ancam salah satu laki-laki itu.
"Ethan, jangan berbicara seperti itu, kasihan adikmu yang sudah berjuang sejauh ini!" peringatan sang daddy, Matteo Denaro Federico.
"Sudah, kalian berdua cepat temani Sania di ruangannya. mommy tidak mau mendengar keributan yang kalian ciptakan!" ucap Natalia, membalikkan ancaman sang anak.
"Mommy tenang saja, untuk Ethan biar aku yang urus" Darren memeluk Natalia dari samping, memenangkan hati wanita hebat dalam hidupnya.
"Mommy percayakan kepadamu Darren, adikmu terlalu sensitif jika menyangkut tentang Sania"
"Aku paham mom, dad. berikan informasi terkait kelanjutan penanganan Sania, jika perlu kita pindahkan ke rumah sakit yang jauh lebih berkualitas.
Matteo mendekati putranya, menepuk pundak Darren kemudian menganggukkan kepalanya. "Lakukanlah perintah mommy mu!".
*****
"BRENGSEK! BAWA DOKTER YANG MENANGANI SANIA SEKARANG JUGA, DAN BAWA KEPALANYA KE HADAPANKU SEKARANG JUGA!"
Teriakan Ethan menggema di seluruh rumah sakit. pria itu lepas kendali setelah mendapati sang adik dinyatakan koma dalam kurun waktu yang cukup lama. Diego Ethan Federico, atau biasa disebut Ethan itu membabi buta di lorong koridor.
Amarah mengguncang jiwa dan raganya. pria itu tidak berhenti melepaskan amarah lewat tinjuan, pukulan serta merusak barang-barang disana. Darren, sebagai sang kakak pun tidak bisa menghentikan aksi adiknya hingga meminta bantuan bodyguard dan para satpam rumah sakit.
Apa berhasil? tentu tidak. kemurkaan Ethan membuat semua orang takut padanya.
"Kau, katakan padaku, dimana ruang kerja dokter bodoh yang menangani adikku? hah!" tanyanya seraya menarik jas dokter itu.
"Dokter Selena sedang tidak di ruangannya, beliau masih melakukan medical check up ke satu persatu pasiennya, tuan" ucap Melia seraya tertunduk takut.
"10 menit, aku beri waktu kau 10 menit untuk membawa dia ke hadapanku, atau kau siap menukar nyawanya dengan nyawa mu!" ucap Ethan seraya menggertakkan giginya.
"TUNGGU APA LAGI? CEPAT!" teriak Ethan.
"Putraku, hentikan! kamu tidak bisa menghakimi orang lain dengan sikap kejam mu itu. para dokter banyak membantu disini, dan kamu tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja!" Natalia turun tangan, mencoba menasehati putranya, meksipun ia tau tidak akan mendapat respon yang baik.
"Hukum anakmu Matteo, dia sudah keterlaluan!"
"Dad, bawa mommy pulang. mommy membutuhkan istirahat karena sudah berjaga sepanjang malam. dan untuk sisa masalah ini, serahkan semuanya kepadaku" Darren menyergah cepat.
"Daddy bisa mengandalkanmu, nasehati adikmu, kalau dia melampaui batas, jangan sungkan memberinya pelajaran!"
Darren mengangguk patuh. setelah kepergian kedua orangtuanya, dia mencari keberadaan Ethan yang sudah menggeledah seluruh rumah sakit. dibantu bodyguard kepercayaan, mereka menyebar ke setiap sudut rumah sakit.
Sedangkan ditempat yang berbeda. "Tuan Ethan, anda bisa menunggu dokter Selena diruangannya. rumah sakit ini memiliki 30 lantai, sedikit sulit untuk kami mencarinya dalam waktu 10 menit"
"Jangan mengeluarkan kata yang lain selain keberadaan wanita itu!" bentaknya dengan raut wajah marah.
"Tuan, kami sudah berulangkali menelponnya, namun tak kunjung menjawabnya, mungkin dokter Selena tidak membawa handphonenya"
DOR
Satu tembakan Ethan lepaskan ke udara hingga menebus atap. bisa dibayangkan, seberapa mematikannya senjata api yang tuan mafia itu miliki.
"APA KALIAN SEMUA MAU MATI DITANGAN KU? HAH?"
"Ini ada apa, mengapa orang sepertimu berteriak di dalam rumah sakit? semua orang terganggu dengan apa yang kamu lakukan!"
"Dokter Selena"
DEG
Mereka semua semakin ketakutan setelah orang yang dicari mafia itu muncul. padahal dokter disana berharap Selena tidak dapat ditemukan oleh Ethan.
Tidak ada rasa takut yang hinggap, Selena mendekati Ethan dengan rasa tidak terima. sinar netra Ethan yang semula tajam mematikan, kini berubah seperti netra yang menemukan benda berharga.
Pria itu tidak berkedip setelah tahu sosok wanita bernama Selena Almaheera. dokter bedah terbaik dirumah sakit itu. dia segera datang, beradu netra, mengunci tatapan yang cukup lama.
"Tuan Ethan, maaf sepertinya anda harus segera keluar dari rumah sakit ini. selain mengganggu pasien, anda juga sudah mengganggu para dokter yang sedang menjalani tugas pentingnya" ucap Selena tanpa rasa takut.
"Berani sekali kau berkata demikian kepadaku setelah operasi yang kau lakukan dan kini membuat adikku koma? hah?"
"Untuk masalah itu, saya bertanggung jawab penuh atas kesembuhan nona Sania. tidak perlu khawatir, anda bisa percayakan padaku"
"Sepertinya, kau lupa dengan siapa berhadapan, dokter Selena!" Ethan tersenyum smirk.
"Tentu aku tidak lupa, karena keluargamu terkenal, dan maaf kalo bicara nonformal karena ini terjadi kamulah yang memulainya"
Pria itu membasahi bibirnya, ukiran senyuman tipis yang di bibirnya menandakan bahaya akan datang. "The game will be amazing for you"
"Game?"
"Nice to see you again, little doctor"
Selena menyipitkan matanya, kerutan di dahinya menandakan bahwa ia tidak paham.
"Ah sepertinya kau tidak mengingatku, sayang sekali. finally after one year. i found you, baby!"
"Jaga bicaramu tuan, anda tidak bisa berkata sembarangan, mengingat kita tidak mengenal satu sama lain" suara Selena terdengar bergetar.
Ethan berdeham. merasa ada hal baru yang bisa ia mainkan. "Tanggung jawab apa yang akan kau lakukan?"
Tawanya terdengar sumbang, wanita itu tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ethan. awalnya merasa takut karena ancaman, justru kini ia terlihat kesal dan tertantang.
"Anda ini lucu sekali, jelas anda tahu saya ini seorang dokter, tentu saja tanggung jawab saya membantu menyembuhkannya" Selena sedikit menyindir.
"Bicaramu sangat berani dokter kecil, kau harus tau bagaimana tanggung jawab itu berjalan!"
Pria itu menyeringai sambil memasukkan senjatanya ke dalam saku jasnya. ekspresi wajah Ethan membuat Selena memundurkan langkahnya. wanita itu tahu jika dirinya sedang diincar oleh pria itu.
"Bawa dia ke mobil, jangan biarkan dia lolos begitu saja karena ada tanggung jawab yang akan aku minta!" ucap Ethan tersenyum penuh kemenangan.
"HEY LEPASKAN AKU, KALIAN TIDAK BISA MEMAKSAKU!"
"AKU AKAN BAWA MASALAH INI KE RANAH HUKUM, LIHAT SAJA NANTI!"
"Do it, baby, at least you lost one of your kidneys!" sahutnya semakin menyeringai.
"Kurang ajar, aku dan dokter disini berjuang untuk kehidupan adikmu, namun ini yang aku dapatkan?"
"Jika tau begini, aku akan membiarkan adikmu kehilangan nyawanya!"
PLAK
Selena tahu ucapannya tidak layak diucapkan, namun ia terlanjur emosi.
"IKAT DIA MENGGUNAKAN RANTAI, DAN BAWA LANGSUNG KE MANSION PRIBADIKU!" bentak Ethan.
"Tidak, jangan bawa dokter Selena tuan, ia tidak bersalah sendirian, kita berenam pun bersalah!" Melia berlari mengejar sahabatnya.
"Kami akan bertanggung jawab, jadi kami ikut bersamanya, kami siap menjalani hukuman anda, tuan!"
"Ethan...."
Darren menghadangnya dari arah depan. tatapan tak bersahabat ia pancarkan kepada adiknya.
"Apa yang kamu lakukan? berhenti bersikap bodoh, mau kamu apakan dia?"
"Bukan urusanmu, jangan ikut campur!"
"Cepat, bawa dia ke dalam mobilku!"
"Jangan membuatku mengambil tindakan, Sania sedang sakit, seharusnya kita jaga dan rawat, bukan malah seperti ini!"
"Stop bullshit, im not asking to fight with you, brother!"
"Think with brain, dia hanya seorang dokter muda, kamu tidak bisa bersikap seenaknya, Ethan!!"
"Yes i think so too, but it's another thing when it comes to my sister"
"Persetan, apa kamu lupa jika Sania juga adikku? jernihkan pikiranmu, Ethan!"
"I said don't interfere! lakukan saja tugasmu dan jangan mencampuri urusanku!"
"Oh ya besok malam kita ada rapat di tempat biasa, see you tomorrow night!"
Selena dipaksa masuk ke dalam mobil Ethan, ia terjerembab di jok belakang dengan posisi tangan terikat di belakang tubuhnya. memberontak pun hanya angin lalu yang ia terima. kekuatan anak buah Ethan sungguh luar biasa kuat bagi Selena yang lemah. dia baru pertama kali merasakan perilaku keji dari orang asing.
"Welcome to the Federico family, my little doctor!" bisiknya seraya menggigit kecil daun telinga Selena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sesuatu yg berlaku itu semua kehendak tuhan,Kalian tidak hisa menyalahkan manusia,Manusia hany boleh berusaha,Tuhan yg menentukan segalanya..Tau kah kalian dengan kalian mengancam seperti itu bisa bikin para dokter tertekan dan mengakibatkan hal yg fatal..
2024-11-25
0
Qaisaa Nazarudin
Selena juga harusnya untuk saat ini dia hanya fokus dengan pasien yg baru dia operasi,Untuk chek up bisa dokter lain yg menggantikan utk sementara..Biasanya kalo butuh dokter para susternya bisa menghubungi dokternya pake hp,Apa Selena gak punya hp kah..??
2024-11-25
0
Qaisaa Nazarudin
Kenapa gak dari awal? Biasanya orang kaya2 itu tuh mempunyai rumah sakit sendiri,Dan para dokternya juga bukan kaleng-kaleng import dari negara yg terbaik..
2024-11-25
0