Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Bocah imut
Setelah membayar barang barang yang dibelinya , Emma keluar dari toko tersebut. Tiba-tiba seorang anak laki-laki menabrak Emma hingga anak itu terjatuh di lantai mengingat tubuhnya yang kecil dibandingkan dengan Emma.
"Astaga sayang...kamu tidak apa-apa," ujar Emma khawatir. Ia menaruh barang belanjaannya dilantai dan membantu anak itu untuk berdiri. Emma menatap bocah kecil tampan dan imut di depannya. Ingin rasanya Emma mencium pipi gembul nya.
"Katakan pada kakak, apa ada yang sakit," ucap Emma memeriksa badan anak tersebut.
Anak itu hanya menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa kamu lari-lari..hmm.., dimana orang tua mu?" tanya Emma dengan lembut sembari merapikan seragam sekolah anak itu yang terlihat ada kata yang keluar dari mulut anak itu. Ia hanya menggelengkan kepalanya sejak tadi. Emma semakin bingung melihat anak kecil yang ada di depannya. Ia mengira anak itu mungkin saja terpisah dari orang tuanya saat datang ke mall tersebut. Emma berniat untuk membawa anak itu ke petugas keamanan yang ada di mall. Namun niatnya itu terhenti saat seorang wanita menghampiri mereka.
"Tuan muda.., untung saja kami menemukan mu," ujar wanita itu lega dengan seorang supir yang berdiri dibelakangnya. Anak kecil itu langsung memeluk kaki Emma seakan ingin meminta bantuan pada Emma.
"Maaf jika tuan muda kami mengganggu nona," ujar wanita yang bekerja sebagai nanny dengan menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, kenapa anak ini terpisah dengan kalian?" tanya Emma.
"Tuan muda sepertinya sedang marah karena ayahnya tidak bisa menjemputnya dari sekolah nona. Tuan sedang ada rapat penting. Biasanya saat tuan muda merajuk, kami membawanya ke sini untuk membeli beberapa mainan baru. Saat saya ingin membayar tagihan, tuan muda tidak ada lagi bersama saya," ujar nanny tersebut.
"Sekali lagi saya minta maaf jika tuan muda sudah mengganggu anda. Kami pamit dulu. Ayo nak.." ujar nanny tersebut lalu meraih tangan anak itu. Tetap saja anak itu, tidak mau. Ia tetap memeluk kaki Emma seakan tidak ingin jauh dari Emma.
"Ayolah nak...kami takut ayah tuan muda akan memecat kami nanti," ucap nanny tersebut.
Emma menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan anak kecil itu. Emma lalu mengusap lembut kepala anak itu.
"Mau beli es krim dengan kakak?" Tanya Emma. Anak itu menganggukkan kepalanya.
"Tapi kamu harus janji dulu sama kakak, setelah es krimnya habis, kamu pulang ke rumah ya...." bujuk Emma.
"Apa saya bisa membawanya untuk membeli es krim. Kalian tidak usah takut, saya bukan orang jahat kok. Kalian bisa mengikuti kami kalau kalian tidak percaya" ucap Emma.
"Baiklah nona" jawab nanny tersebut.
Setelah membeli es krim, Emma mengajak anak itu duduk di tempat duduk umum. Emma juga mentraktir nanny dan supir yang mengikuti mereka.
"Oh ya..kakak sampai lupa. Nama kamu siapa?" Tanya Emma.
"Fazio.." jawab anak itu sembari menikmati es krimnya. Fazio saat ini berusia 5 tahun.
"Nama yang bagus..kakak panggil Zio deh kalau gitu" ujar Emma mengusap rambut Fazio. Anak itu tersenyum menatap Emma. Ia merasa nyaman dengan perempuan yang ada disampingnya. Fazio juga sangat mengagumi kecantikan Emma.
"Kalau kakak namanya Emma Fiorella. Panggil kak Emma saja," tukas Emma memperkenalkan dirinya.
"Nama bibi siapa kalau boleh tau?" tanya Emma.
"Saya Camala, ini suami saya Ramiro," ujar nanny tersebut.
"Aku mau Es krim lagi..." pungkas Fazio saat es krim yang ada ditangannya sudah habis.
"Wahh... Es krim mu sudah habis ya. Kalau begitu tunggu sebentar, kakak akan membelinya dulu. Tapi janji satu lagi sudah cukup ya.." ujar Emma. Bukannya ia pelit, tapi Emma tidak ingin anak itu sakit perut nantinya.
"Biar saya saja nona," ujar Ramiro menghentikan Emma yang bangkit dari tempat duduknya.
"Baiklah paman. Terima kasih paman" ucap Emma.