NovelToon NovelToon
Dolfin Band Kisahku

Dolfin Band Kisahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Persahabatan / Fantasi Isekai / Sistem Kesuburan
Popularitas:193
Nilai: 5
Nama Author: F3rdy 25

Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band—sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ujian, tantangan dan mimpi

**Bab 4: Ujian, Tantangan, dan Mimpi**

Setelah keputusan mereka untuk kembali fokus, semangat *Dolphin Band* seakan terlahir kembali. Namun, satu hal besar menghalangi mereka—ujian akhir sekolah. Kelas 3 SMA memang menjadi tahun yang penuh tekanan bagi mereka, dan para guru sudah mengingatkan berkali-kali bahwa ujian kali ini akan menentukan masa depan mereka.

Di sebuah ruang kelas, Tiara duduk dengan wajah cemberut sambil menatap buku catatan fisikanya. "Kenapa harus ada ujian sih, ya? Gue lebih suka latihan bass daripada ngapalin rumus begini."

Ayya, yang duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan sahabatnya. "Ayolah, Tiara, lo bisa. Gak ada gunanya kita ngerjain festival kalau kita gak lulus sekolah, kan?"

Ferdy, yang sedang memutar-mutar pulpen di jarinya, ikut menimpali. "Ayya bener. Kita harus beresin dulu yang ini. Setelah ujian, kita bebas. Satu bulan penuh buat latihan. Gue udah kebayang sih bakal gimana keren tampil bareng *Kotak*."

"Lu kok santai amat, Fer," tanya Iqbal dari bangkunya di belakang Ferdy. "Gue aja keringetan belajar matematika semalem. Gue sampe mimpi dikejar-kejar angka."

Puji menoleh dengan senyum jahil. "Tenang aja, Bal. Kalau lo udah keringetan, itu artinya otak lo lagi kerja keras. Setelah ujian, gue yakin lo bakal jadi jago banget di drum."

Damas hanya duduk di sudut ruangan, memperhatikan teman-temannya. "Kita bisa ngomongin soal latihan nanti. Fokus ujian dulu. Gue gak mau ada yang keteteran."

Ujian akhir semakin dekat, dan hari-hari mereka dipenuhi dengan belajar keras. Meski latihan band harus ditunda, tekad mereka tetap bulat. Sore hari, mereka biasanya berkumpul di perpustakaan sekolah, mencoba belajar bersama. Suasana selalu penuh dengan tawa dan canda meski kadang-kadang ada saat di mana mereka saling mengingatkan untuk fokus.

 

Hari ujian tiba. Ruang ujian terasa tegang. Tiara menghela napas panjang sambil memegang pensilnya erat-erat. "Gue benci matematika..." gumamnya pelan.

Ayya di sampingnya hanya tersenyum tipis dan berkata pelan, "Santai, lo bisa kok."

Setelah seminggu penuh menjalani ujian, akhirnya waktu yang mereka tunggu-tunggu tiba—hari terakhir ujian. Mereka keluar dari ruang ujian dengan napas lega, seolah beban berat yang mereka pikul selama ini lenyap.

"Finally! Bebas!" teriak Iqbal sambil melempar buku catatannya ke udara.

Tiara tertawa senang dan menirukan gerakan yang sama. "Ini rasanya kayak merdeka, guys! Gue udah gak sabar buat latihan lagi."

Ferdy mengangguk setuju. "Betul, sekarang kita bisa fokus ke festival. Gue udah nunggu momen ini."

 

Setelah satu minggu istirahat dari ujian, mereka mulai merancang strategi untuk *Dolfin Band*. Di kafe *Choco Beans*, seperti biasa mereka berkumpul, membicarakan rencana ke depan.

"Ayo, sekarang kita serius bahas festival musik itu. Kapan kita mulai latihan lagi?" tanya Tiara dengan semangat.

Ferdy membuka buku catatannya yang penuh dengan rencana latihan dan ide-ide untuk lagu baru. "Oke, gue udah bikin jadwal latihan intensif. Mulai minggu depan, kita latihan setiap hari setelah sekolah."

Puji menyipitkan mata ke arah jadwal itu. "Gila, Fer. Tiap hari? Kita bakal kelelahan."

Ayya menyela, "Ini kesempatan besar, Puji. Band pembuka *Kotak*? Gue gak mau kita setengah-setengah."

"Setuju," Iqbal menimpali sambil mengencangkan otot tangannya. "Gue bakal bikin gebukan drum gue lebih keras dari biasanya."

Damas, yang biasanya pendiam, kali ini tersenyum tipis. "Kita harus berikan yang terbaik. Festival ini penting, bukan cuma buat band, tapi juga buat kita masing-masing."

"Dan lo, Tiara," tambah Ferdy dengan senyum nakal, "kalau kita menang, lo bakal ketemu Chua."

Mata Tiara berbinar-binar. "Ya! Itu salah satu alasan gue mau menang. Gue pengen banget ngobrol sama Chua, nanya soal teknik-teknik bass-nya."

"Udah-udah, fokus dulu ke latihan," Ayya mengingatkan sambil tersenyum. "Kalau kita menang, lo bisa tanya semua yang lo mau."

 

Latihan pun dimulai kembali, tapi tidak semudah yang mereka bayangkan. Sebulan penuh, mereka harus mengatur waktu antara bersenang-senang setelah ujian dan komitmen untuk band. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa main-main lagi kali ini.

Di sebuah studio kecil yang biasa mereka sewa, mereka mulai latihan setiap hari. Ferdy, sebagai vokalis, tidak hanya fokus pada vokal biasa, tapi juga latihan scream, yang akan menjadi kejutan dalam penampilan mereka nanti.

Suara bass Tiara semakin solid, mengikuti irama drum Iqbal yang terdengar semakin kuat. Di sudut studio, Puji dan Damas bermain gitar dengan harmoni yang semakin sempurna.

"Guys, kita makin solid. Gue bisa ngerasain energi yang berbeda di latihan kali ini," kata Ayya di tengah-tengah latihan, setelah mereka selesai memainkan satu lagu.

"Ini baru awal, Ayya," kata Ferdy sambil mengelap keringat. "Gue yakin di festival nanti kita bakal ngebrontak di atas panggung."

Namun, masalah baru muncul. Setelah beberapa minggu latihan intensif, mereka mulai merasakan tekanan. Latihan setiap hari membuat mereka kelelahan, dan beberapa dari mereka mulai kehilangan semangat.

Di suatu sore, setelah sesi latihan yang panjang, Tiara tiba-tiba berkata, "Gue capek. Gue gak yakin bisa terus latihan tiap hari kayak gini. Gue butuh waktu istirahat."

Iqbal setuju. "Iya, gue juga mulai ngerasa burnout. Kayaknya kita butuh waktu rehat dikit."

Ferdy yang sudah sangat fokus pada festival merasa khawatir. "Kita gak bisa mundur sekarang. Kita udah setengah jalan, dan festivalnya tinggal sebentar lagi."

Damas, yang paling tenang di antara mereka, berpikir sejenak lalu berkata, "Mungkin kita emang butuh jeda, tapi jangan terlalu lama. Kita gak mau latihan kita sia-sia."

Setelah diskusi yang panjang, mereka sepakat untuk mengurangi intensitas latihan selama beberapa hari, memberi diri mereka waktu untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran.

 

Satu bulan berlalu dengan cepat. Festival musik yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Mereka tiba di tempat acara dengan penuh semangat, namun juga sedikit gugup. Para peserta festival lainnya tampak berbakat dan berpengalaman. Namun, *Dolfin Band* tidak merasa gentar. Mereka sudah menyiapkan diri dengan baik.

Malam itu, mereka tampil di depan penonton yang memenuhi lapangan terbuka. Sorak sorai dan teriakan penonton membuat suasana semakin meriah.

Ayya mengambil mikrofon dan dengan senyum lebar berkata, "Selamat malam semuanya! Kami adalah *Dolfin Band*! Siap untuk melompat bareng?"

Penonton bersorak lebih keras, dan musik pun mulai mengalun. Tiara memainkan bassnya dengan penuh semangat, sementara Iqbal menggebuk drum sekuat tenaga. Ferdy dan Ayya saling bergantian mengisi vokal, dengan suara scream Ferdy yang memukau penonton.

Malam itu mereka memberikan penampilan terbaik mereka. Setiap lagu mereka bawakan dengan energi dan semangat yang luar biasa. Ketika akhirnya lagu terakhir selesai, penonton memberikan tepuk tangan yang begitu meriah. Mereka merasa puas dan bangga dengan penampilan mereka.

Setelah turun dari panggung, Tiara tampak sangat gembira. "Gue rasa kita punya peluang menang, guys! Ini penampilan terbaik kita!"

Puji, yang biasanya usil, kali ini terlihat serius. "Gue juga ngerasa begitu. Tapi kita harus siap apa pun hasilnya."

Damas menepuk bahu Tiara. "Apapun hasilnya, kita udah ngasih yang terbaik."

 

penampilan malam itu bukan hal yang terpenting, mereka membuktikan bahwa dengan kerja keras dan komitmen, impian bisa menjadi kenyataan.....

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai kak salam kenal...
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!