Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Aku ma—"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, mulut Ara kembali bungkam saat melihat keberadaan Vivian di ruangan tersebut.
"Ara, ayo ikut aku!" ucap Vivian sembari menarik tangan adik angkatnya itu dengan cepat.
Bukan tanpa alasan Vivian melakukan hal tersebut, karena ia tidak suka melihat Ara yang berdekatan dengan Ryu. Vivian tidak mau kalau sampai Ryu jatuh cinta pada adik angkatnya, apalagi sampai menjadikan Ara bagian dari keluarga besar Arbeto. Karena hanya Vivian yang boleh menjadi menantu di keluarga besar Arbeto, dan Ara hanya boleh menjadi pelayannya bukan sebagai iparnya.
"Tunggu!" Ryu menahan langkah Vivian yang dengan seenaknya menarik tangan Ara. "Aku ingin mengajak Ara keluar."
"Tidak bisa, karena Ara akan pergi denganku," jawab Vivian dengan jujur.
Karena memang ia akan pergi jalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan, lalu pulangnya akan mampir ke kantor Dewa.
"Baiklah mungkin lain waktu aku akan mengajaknya pergi," ucap Ryu tanpa ingin memaksa.
Lagi pula ia sudah memutuskan untuk kembali tinggal di mansion utama, walaupun entah kapan. Mengingat saat ini ia masih tinggal bersama dengan kekasihnya Minerva, Lolita, dan Lisa.
*
*
Sementara itu di tempat yang berbeda. Tepatnya di sebuah ruang kerja yang luas bergaya minimalis modern. Tampak seorang pria tampan tengah membanting berkas ke atas meja kerjanya dengan kasar.
"Kalian bisa kerja tidak? Membuat laporan seperti itu saja tidak becus!" sentak Dewa dengan tatapan tajamnya.
Membuat sosok yang berdiri di hadapannya ketakutan dengan menundukkan kepala.
"Sekarang keluar dan perbaiki semuanya!"
Edward yang berdiri di samping Dewa, memberikan perintah pada orang tersebut untuk cepat pergi dari ruangan. Pria yang bertugas di bagian keuangan itu pun bergegas pergi setelah mengambil berkas yang ada di atas meja.
"Tuan, apa ada yang menganggu pikiran Anda?" tanya Edward.
Karena sejak pagi tuannya itu marah-marah tidak jelas. Semua karyawan terkena amukan dari Dewa tanpa terkecuali dirinya.
Dewa hanya diam tak menjawab pertanyaan asisten pribadinya itu.
"Apa ini ada kaitannya dengan Nona Vivian? Atau Nona A—"
"Jangan pernah menyebut nama wanita itu!" sela Dewa dengan nada penuh peringatan.
Susah payah ia merendam emosinya, justru Edward kembali memancing dengan mengingatkannya pada Ara. Pada wanita miskin yang tadi pagi sudah berani tersenyum bahkan saling menatap dengan Ryu.
Sebenarnya Dewa sendiri bingung, kenapa bisa wanita miskin yang berstatus sebagai istri keduanya itu membawa pengaruh yang begitu besar dalam hidupnya. Yang pertama pusat gairahnya itu hanya mampu memasuki milik Ara, dan yang kedua wanita itu bahkan membuat hati dan pikirannya sekacau ini.
"Ed, menurutmu kenapa aku hanya bisa bergairah pada Ara?" tanya Dewa dengan frustasi meskipun ia tahu asistennya itu tidak mungkin bisa menjawab pertanyaannya. Karena Tristan yang nota bene seorang dokter saja tidak bisa menjawab pertanyaannya tersebut.
Edward terdiam sesaat dengan mengerutkan keningnya. Tadi ia di suruh untuk tidak membahas tentang Ara, tapi sekarang tuannya justru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan wanita tersebut.
"Menurutku karena rasa tertarik."
Karena tidak mungkin seseorang pria bisa bergairah pada seorang wanita tanpa ada rasa ketertarikan. Entah itu tertarik karena paras, atau tertarik pada bentuk tubuh.
"Tertarik pada wanita miskin itu?" ucap Dewa dengan tersenyum mengejek. "Dia bahkan tidak cantik, bentuk tubuhnya saja..." ia terdiam saat membayangkan bentuk tubuh Ara.
Lihat dengan membayangkan tubuh istri keduanya saja sudah membuatnya panas dingin.
"Bentuknya bagaimana Tuan?" tanya Edward dengan penasaran.
"Yang jelas lebih indah milik Vivian. Sudah jangan membahas itu lagi, sekarang bawa wanita itu kemari!"
"Wanita siapa, Tuan?" tanya Edward dengan bingung. Tidak tahu wanita yang di maksud itu apakah Vivian atau Ara.
"Tentu saja si—"
"Kejutan!"
Baik Dewa maupun Edward menatap pada sosok wanita yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Dan sosok wanita lainnya yang berjalan di belakang dengan membawa banyak barang belanjaan di kedua tangannya.
Palagi pas Ara hamil dan kau yg mendapatkan morning sickness parah.. baru tau rasa kau Dewa 🫣😜