Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukumanmu Akan Dimulai
***
Seminggu Kemudian,
"Urine bagnya sudah penuh lagi."
"Kamu benar, padahal baru 1 jam lalu diganti."
"Kandung kemihnya bermasalah. Kurasa itu hal yang wajar." Ucap perawat lainnya
Salah satu perawat bergegas mengosongkan kantung urine yang sudah penuh lalu menggantinya dengan yang baru. Sedang satu lainnya mengganti kantung infus milik Satya
Satya masih belum mendapatkan kembali kesadarannya setelah dia tiba-tiba pingsan dan berakhir terserang stroke seminggu lalu.
Lelaki itu masih dirawat secara intensif meski tak lagi menghuni ruang ICU. Satya dirawat di dalam ruangan khusus yang sengaja disewa oleh Hanita untuknya.
"Cepat selesaikan, sebelum Dokter Hanita datang. Dia akan membuat kita ketakutan" bisik seorang perawat setelah memasangkan urine bag baru untuk Satya
"Kamu benar, dia sangat menakutkan. Suaminya sendiri saja dia perlakukan seperti ini'' timpal lainnya
"Ingatlah, kalau Dokter Hanita bisa tiba-tiba muncul. Hati-hati saat membicarakan dia" pungkas salah satu perawat
Beep...ttitt....
Hanya suara itu yang terdengar, menggema di seluruh penjuru ruang rawat ini. Suara yang berasal dari mesin ventilator serta pemantau detak jantung milik Satya
Para perawat sudah keluar beberapa saat lalu, mereka takut dan sangat enggan jika harus berpapasan dengan Hanita yang menurut mereka belakangan ini terlalu menakutkan itu.
Perlahan tapi pasti, kedua pelupuk mata milik Satya mulai mengerjap meski pelan dan lemah.
"Ngghh..." geliat pelan Satya tunjukkan melalui gerakan kepalanya, yang seolah tengah berusaha menemukan sesuatu
Namun yang selanjutnya terdengar adalah desisan akibat rasa nyeri luar biasa yang menyerang kepalanya.
"Uhhukk..." rasanya sangat tidak nyaman
Aneh sekali, Satya merasa sesuatu telah menyumpal mulutnya, yang membuat dia kesulitan untuk berbicara. Dan yang lebih aneh lagi, lelaki itu tidak bisa merasakan apapun pada sekujur tubuhnya
Satya ingin bangun, tapi dia tidak bisa. Tubuhnya tidak mau berkoordinasi dan mematuhi apa yang dia perintahkan pada mereka.
"Toh-...long" desihan lemah tersebut memerlukan perjuangan besar untuk dapat lolos dari bibir kering Satya
Lagi dan lagi, Satya merasa sangat heran karena suaranya yang terdengar aneh. Dia yakin kalau tubuhnya memang sedang tidak baik-baik saja dan itu yang membuatnya tidak tenang, panik bukan main.
Satya berusaha menggerakkan tangannya yang masih tertutup selimut, namun tidak bisa.
Ada apa denganku? Kenapa tubuh ini tidak bisa digerakkan sama sekali? Batin Satya frustasi
Lelaki itu berusaha mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Dan dia baru sadar kalau ternyata pandangannya terasa buram, matanya yang sebelah kanan tidak bisa melihat dengan jelas. Aroma disinfektan serta obat-obatan yang kental membuat Satya yakin kalau ini bukan dikamar pribadinya dan Hanita.
Apa-apaan ini? Aku buta? Apa yang sebenarnya terjadi? Satya makin frustasi.
Erangan dari rasa frustasi menyebabkan nafas Satya berderu, rasa mual yang mendera pun terasa semakin menyiksa. Sangat ingin dia melemparkan selang yang menyumpal mulutnya ini keluar
Satya tidak menyerah, masih terus berusaha menggerakkan tubuhnya. Atau setidaknya dia bisa mengangkat tangan kanan atau kirinya, untuk menyingkirkan selang menjengkelkan ini dari mulutnya
Tapi semakin Satya mencoba, yang ada kepalanya justru semakin sakit. Rasa nyeri, kesemutan dan kebas mulai menjalar ke sekujur tubuhnya
"Euggh..." erang Satya frustasi
Akhirnya yang bisa Satya lakukan hanyalah menangis, meraung dan meratapi kondisinya. Yang dia sendiri tidak paham apa yang terjadi pada dirinya sekarang.
"Rrghh..." Satya menangis pilu
Satya berharap kalau siapapun itu akan muncul, lalu menjelaskan seluruh kekacauaan ini padanya.
Sedangkan Hanita, istri dari Satya itu baru saja menyelesaikan praktek siangnya. Sengaja memang Hanita mengurangi jam praktek, alasannya tentu saja agar dia bisa menjaga Satya yang sekarang ini sangat membutuhkan kehadirannya.
"Aku tidak sabar ingin menemui suamiku tercinta" gumam Hanita seraya meneruskan langkah kakinya
Hanya butuh waktu 5 menit hingga Hanita tiba di depan ruang perawatan Satya. Segera saja pintu itu dia dorong, Satya yang ada di dalam sana dan sudah dalam keadaan sadar. Lelaki itu langsung berusaha menggeliatkan kepala ke arah pintu.
Secercah harapan datang, Satya berharap kalau orang ini akan membantunya. Bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya.
Tapi bukannya senang yang ada Satya justru merasa kesal karena yang datang ternyata adalah Hanita, istri yang dia benci.
"Nggh..." Satya berusaha mengusir Hanita dengan menghunuskan tatapan tajamnya
Itu hanya membuat Hanita makin tergelak, juga sedikit lega karena suaminya sudah bangun.
"Sudah bangun? Kupikir kamu sudah terbuai di alam mimpi" sapa Hanita
Kemudian mendekati brankar Satya, berdiri tepat disampingnya. "Bagaimana kondisimu hari ini, Sat? Kamu merasa tidak nyaman, hem?"
Satya benar-benar kesal karena melihat ekspresi Hanita, jelas kalau istrinya itu tengah mengejeknya.
''Ah-pa...yh-ang..." Sulit sekali rasanya untuk mengeluarkan suara, padahal Satya ingin mengajukan pertanyaan pada Hanita
Hanita mengulum senyuman kecilnya, membelai lembut kening Satya. Tak peduli meski lelaki itu menunjukkan penolakan saat di sentuh olehnya.
"Tenanglah, Sat. Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Dan aku tahu apa yang saat ini mengusikmu." Ujar Hanita
"Nnggh...H-hani-tah" balas Satya
"Duh, ngomong sih apa kamu ini? Jangan dipaksa, kamu itu lagi sakit." Hanita mendekatkan wajahnya dengan Satya
Kini kedua sejoli itu saling berhadapan, "Kamu mau tahu sakit apa yang kamu derita?" Tanya Hanita yang mendapat anggukan lemah dari Satya
Tanpa basa-basi apapun lagi, Hanita langsung saja menyingkap tubuh Satya yang tertutup selimut tebal
Menunjukkan tangan kanan lelaki itu yang menekuk ke depan perut serta jari jemari yang saling menggenggam. Kedua kaki Satya juga dipasangkan strap agar tidak saling menendang karena sejak beberapa hari lalu, Satya sedikit mengalami kejang otot yang menyebabkan kedua kakinya menendang tidak beraturan.
"Lihatlah sendiri" tukas Hanita
Satya menurunkan pandangan ke bagian bawah tubuhnya, meski terlihat kabur dan kurang jelas. Tapi dia bisa melihat keadaan tangannya yang terlihat sangat aneh
Degup jantung Satya berdetak dengan kencang dan tidak karuan. Lelaki itu jelas kaget luar biasa melihat kondisi tubuhnya yang seperti ini
"Eugh...nggh-ak!" Satya kembali menatap tajam Hanita, menuntut penjelasan dari istrinya itu
Hanita mengangkat kedua bahu ke atas, dan kembali mendekatkan wajahnya dengan Satya.
"Kenapa, Sat? Kamu kaget dan tidak terima? Tapi sayangnya...ini kenyataan,sayang."
"Kamu sekarang ini terserang stroke..." gumam Hanita
Mata kiri Satya melotot dengan sempurna, dia yakin tidak salah dengar. Tidak! Satya tidak mau hidup seperti ini! Stroke sama halnya dengan harus hidup dalam keadaan cacat, dan Satya menolak semua itu
''Aaakkhh!!" Satya berteriak dengan suara teredam, coba menolak kenyataan ini
Tapi sayangnya, sekeras apapun Satya menolak, tetap tidak ada yang berubah. Lelaki itu sadar kalau perkataan Hanita memang benar adanya, dia menderita penyakit stroke
Tiba-tiba saja, bayangan yang disebabkan karena ketakutan Satya terhadap masa depan. Semua itu melintas dalam benak Satya, membayangkan seperti apa hidupnya setelah ini. Semua itu membuat Satya terguncang hati dan mentalnya.
"Ee-nggh-ak!" Jeritnya
Kedua bahu Satya bergetar hebat, lelaki itu menangis dengan sangat pilu. Beda dengan Hanita yang justru menatap puas pemandangan menyedihkan ini
Untuk seumur hidupnya, ini yang pertama Hanita melihat Satya sehancur ini. Suaminya itu bahkan menangis, meraung dan menjerit kesakitan.
"Kenapa tidak dari dulu saja kamu seperti ini,Sat? Manis sekali..." gumam Hanita
Satya yang terguncang dan terlalu lama menangis hanya menyebankan dia mengalami sesak nafas. Tiba-tiba saja, dada Satya terangkat naik ke atas bersamaan dengan kejang yang mendera tubuhnya
Mesin pemantau detak jantung bahkan berbunyi dengan kian nyaring.
Beeep...tttiitt...
"Nngg...to-hlo-ng" racau Satya
Hanita mengulas senyuman manisnya, lalu mengusap lembut dada sang suami. "Apa itu menyakitkan,sayang?" Bisik Hanita
Satya melirik Hanita sekilas dengan tatapan yang mengandung kepedihan. Rasa sakit dan ketidakberdayaan, tatapan itu terkunci ke arah Hanita
"To-hlon-g..." lirih Satya
Hanita menjauhkan dirinya, menekan tombol untuk memanggil Dokter Sean kemari. Hanita tidak akan membiarkan Satya pergi sekarang, karena dia berniat menahan lelaki itu untuk tetap berada disinya
Memberikan pelajaran yang sangat berharga, dan akan selalu dikenang Satya sampai dia mati nanti.
Perhatian Hanita kembali teralih pada sang suami, Satya pun tengah menatap lirih ke arah Hanita.
"Hukumanmu baru akan dimulai sekarang, Satya Dewantara." Tegas Hanita
''Nhh...it-a" ujar Satya sangat pelan dan lemah
.
Tbc
Komen kuy
dulu Satya meminta hanita berhenti kerja dan mementingkan keluarga tapi hanita nggak mau dan malah sering mengabaikan keluarga, hinggga si bang sat selingkuh. bahkan untuk kedua kali nya selingkuh karena hasutan orang tua. sekarang hanita berhenti bekerja disaat semua udah hancur .. yang ada hanya balas dendam...
dari awal ini mereka kayak nya kurang komunikasi deh.. nggak saling ngomong keinginan masing-masing...
ya udah lah, udah hancur juga . nggak bisa di pertahanan lagi. yang ada hanya saling menyakiti... perpisahan lah yang terbaik...
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅