Merleen merupakan seorang mafia. Sudah tidak terhitung banyaknya nyawa yang sudah ia bunuh. Banyak orang yang mengincar nyawanya.
Namun ia meninggal di tangan sang kekasih.
Arwahnya masuk kedalam tubuh seorang putri menteri yang terbuang. Dia dibuang oleh keluarganya karena hamil diluar nikah.
Padahal ia hamil karena jebakan dari kakaknya. Kakaknya tidak terima bahwa ia akan menikah dengan seorang jenderal.
Bukan hanya dibuang oleh keluarga. Gadis itu juga harus merasa sakitnya melihat lelaki yang ia cintai mencintai menikah dengan kakaknya.
Merasa frustasi gadis itu menyeburkan dirinya kedalam aliran sungai dari atas jembatan. Gadis itu pun tewas. Dan tubuhnya diambil alih oleh Merleen.
Empat tahun kemudian ia kembali ke ibu kota. Kedatangannya membuat geger kekaisaran.
Gadis itu membawa anak laki-laki berusia tiga tahun yang begitu mirip dengan Raja Chen. Dialah Raja perang yang terkenal akan kekejaman nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lin Hua kembali ke rumah Pangeran Chen
"Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk."
Jin Hai yang sedang menikmati makanannya tiba-tiba terbatuk . Lin Hua yang sedang merenung bergegas menghampirinya.
Perlahan ia elus punggungnya dengan lembut . Namun bukannya berhenti , batuk Jin Hai malah semakin parah. Bahkan sampai Jin Hai kesulitan bernafas.
Tentu saja hal itu membuat Lin Hua panik . Jin Hai merasa dirinya seolah tenggelam di dalam air. Mau berbicara juga sulit .
Beberapa saat kemudian batuknya berhenti dan pernafasannya juga mulai lancar . Namun Jin Hai merasa detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya .
Jin Hai merasa ada sesuatu yang terjadi pada kembarannya. Namun dirinya masih sulit untuk berucap . Lin Hua merasa cemas.
"Sudah mendingan, Sayang ?" tanya Lin Hua dengan cemas.
"Bisakah kita kembali ke lumah ayah?" pinta Jin Hai penuh harap.
Lin Hua langsung mengangguk. Dia pun merasa ada yang tidak beres dengan putri kecilnya. Semoga perasaannya salah
Lin Hua segera mengajak Jin Hai meninggalkan kamar . Semua barangnya ia tinggal kecuali barang berharga. Untungnya saat di luar ia bertemu dengan sang kusir .
"Mau kemana, Nona?"
"Kita kembali ke rumah Pangeran. Ada sesuatu yang tertinggal."
Tanpa banyak tanya sang kusir mengangguk dan berlalu untuk mengambil kereta kudanya. Lin Hua dan Jin Hai menunggunya di depan penginapan.
Setibanya di rumah Pangeran Chen, Lin Hua bergegas turun . Tak lupa ia membantu Jin Hai untuk turun dari kereta . Penjaga gerbang saling pandang , namun bergegas untuk membukakan pintu gerbang .
"Paman tunggu disini sebentar ," ucap Lin Hua pada sang kusir .
"Baik Nona ."
Lin Hua menyapa sang penjaga gerbang dengan ramah dan menyampaikan tujuannya datang . Mereka meminta Lin Hua untuk masuk kedalam .
Di dalam kamar, Jia Yi sedang diperiksa oleh tabib . Pangeran Chen menjaga disampingnya.
"Bagaimana?"
"Syukurlah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Untungnya nona kecil segera diselamatkan. Terlambat sedikit saja ..."
Sang tabib tidak melanjutkan ucapannya. namun Pangeran Chen mengerti apa yang ingin disampaikan oleh sang tabib .
Di depan Lin Hua bertemu dengan pengawal yang sedang menghukum pelayan Jia Yi. Pelayan itu sudah terkapar tidak berdaya , namun pengawal tidak berhenti memukulnya.
Lin Hua merasa iba dengan pelayan itu . Namun tidak berniat untuk menghentikannya. lagi pula ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi . Lin Hua menanyakan keberadaan Jia Yi dan pangeran Chen. Salah satu pengawal membawa ke kamar pangeran Chen.
Tok tok tok
Pengawal mengetuk pintu kamar Pangeran sebelum menyuruh Lin Hua masuk .
"Ada apa?"
"Nona Lin'er ingin bertemu."
Deg !
Pangeran Chen bergegas membukakan pintu kamarnya .
"Loh, bukanya Nona bilang mau kembali ke Xi'an?" tanya Pangeran Chen dengan agak gugup .
"Di tengah perjalanan Jin Hai merasa sesak nafas dan dia merasa ada hubungannya dengan Jia Yi. Dimana anak itu sekarang?"
Deg!
Pangeran Chen tidak menyembunyikan kebenarannya. Dia meminta Lin Hua dan Jin Hai untuk masuk kedalam. Ternyata sang tabib sedang menulis resep obat yang perlu diminum oleh Jia Yi .
"Ada apa dengan putriku?" tanya Lin Hua dengan cemas. Dia merasa tak berdaya melihat sang putri tertidur di atas ranjang. Dia yakin ada sesuatu yang terjadi setelah kepergiannya.
Lin Hua menatap Pangeran Chen dengan tajam .Aura seorang ratu mencuat keluar . Pangeran Chen tidak menyangka jika Lin Hua bisa mengeluarkan aura sekuat ini .
"Sabarlah! kasihan Jin Hai tidak mampu bernafas dengan baik."
Lin Hua melirik sang putra yang berdiri disampingnya. Ternyata apa yang diucapkan Pangeran Chen memang benar . Dia pun menarik auranya
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Jia Yi tenggelam."
Deg!
Lin langsung memeriksa kondisi putrinya . Sang tabib dan Pangeran Chen yang masih berada di ruangan itu cukup terkejut . Apalagi setelah Lin Hua menotok beberapa titik saraf , Jia Yi langsung terbangun .
Melihat wajah mamanya , Jia Yi langsung menangis dengan keras . Lin Hua mengangkatnya kedalam gendongannya.
"Jia ikut mama pulang . Jia tidak mau disini lagi . ada olang jahat yang dolong Jia kedalam kolam ," adu Jia Yi sambil menangis .
Mendengar hal itu Lin Hua langsung menatap pangeran Chen dengan tajam . Belum sehari diberi kepercayaan untuk menjaga Jia Yi, Pangeran Chen sudah kecolongan.
Pangeran Chen merasa bersalah. Ia kira karena kelalaian pelayan yang ia suruh untuk menemani Jia Yi . Ternyata memang ada yang sengaja mencelakainya . Sepertinya ada yang mau main-main dengan nya .
Belum juga Lin Hua menjawab pertanyaan putrinya , sang tabib yang merasa takjub akan keahlian Lin Hua yang telah menyadarkan Jia Yi langsung mengutarakan rasa penasarannya.
"Apa yang sudah Nona lakukan? Bagaimana bisa Nona kecil sadar secepat itu?" tanya sang tabib dengan semangat.
"Anda siapa ?"
"Orang biasa memanggil saya dengan sebutan tabib Song."
"Oh, Saya hanya menotok beberapa titik saraf ."
"Bolehkah Anda mengajari saya ."
"Maaf saya tidak tertarik . Saya lebih tertarik untuk mengetahui siapa yang sudah berani mencelakai putri saya ," jawab Lin Hua datar .
Tatapan Lin Hua sangat tajam . Sang tabib langsung merinding ditatap seperti itu .
Kemudian Lin Hua menatap sang putri yang masih terisak dalam pelukannya. Dalam sekejap tatapannya berubah menjadi lembut .
"Jia tahu siapa yang sudah dorong ke kolam?"
Jia Yi menggelengkan kepalanya . Dia menyandarkan kepalanya ke dada Lin Hua.
"Jia mau pulang."
"Baiklah, kita pulang sekarang."
"Jangan _"
"Saya sangat kecewa sama Pangeran. Belum juga sehari saya menitipkan Jia pada Anda . Tapi sudah mengalami kejadian seperti ini . Saya harap Pangeran bisa mempertanggungjawabkannya . sebelum saya keluar dari rumah ini , pelaku itu sudah harus tertangkap!"
Deg!
Bagaimana caranya?
"Apa Pangeran sanggup?"
"Aku sudah menghukum pelayan yang aku tugaskan untuk melayani Jia."
"Memangnya pelayan itu yang sudah mendorong Jia kedalam kolam?"
"Bukan . Aku kira tadi Jia memang sengaja masuk kedalam kolam dan tenggelam,"jawab Pangeran Chen dengan jujur.
"Sepertinya Pangeran menghukum orang yang salah ,"sindir Lin Hua dengan telak .
"Pelayan itu memang salah ,karena meninggalkan Jia sendiri di dekat kolam ."
Lin Hua mengangguk. Apa yang diucapkan pangeran Chen memang benar . Namun yang terpenting siapa yang sudah mencelakai putrinya?
Jin Hai menatap saudara perempuannya dengan mata berkaca-kaca. Dia menyalahkan dirinya karena sudah meminta mamanya untuk pulang lebih dulu . Andai saja ...
"Maafkan aku ,"ucap Jin Hai.
"Kenapa Jin Hai harus minta maaf?"
"Karena sudah mengajak mama untuk pulang . Padahal Jia masih ingin tinggal disini ."
"Jin Hai tidak salah . Tenang saja , Mama akan buat orang yang sudah mencelakai Jia mendapatkan hukuman."
Lin Hua merasa ada yang menguping pembicaraan mereka . Lin Hua yakin jika orang itulah yang sudah mencelakai putrinya .
Perlahan Lin Hua mendekat kearah pintu dan melihat siapa yang sudah menguping pembicaraan mereka .
"Siapa kamu?!!!!"
tunggu saja apa yg Lin hua akan lakukan