"Hey, Dad !!"
Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Kaizar di panggil ayah oleh dua bocah kembar yang kebetulan ia temui di sebuah mall.
"Jangan panggil aku Daddy, aku belum menikah." Tolak pria itu dengan tegas.
Namun sejak saat itu hidup Kaizar selalu di ganggu oleh ke dua bocah nakal itu.
Siapa sebenarnya mereka dan ada hubungan apa mereka dengan Elle sekretaris sekaligus partner ranjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~05
Elle yang melihat keberadaan Kaizar di depan toilet nampak pura-pura tak melihatnya dan wanita itu berlalu melewatinya begitu saja, namun tanpa ia duga pria tersebut langsung menarik tangannya dan memepet tubuhnya ke tembok belakangnya.
"Lepaskan !!" Elle langsung memberontak, namun tenaganya yang tak seberapa tak mampu membuat wanita itu berkutik.
"Ck, apa karena tuan Mark kamu menolakku malam itu. Hm ?" Cibir Kaizar seraya mengurung wanita itu di sana, tubuhnya yang tinggi dan besar tak membuat Elle takut.
"Kalau pun iya itu bukan urusanmu." Tegas Elle yang enggan di intimidasi, wanita itu nampak membuang mukanya ke samping saat wajah Kaizar begitu dekat hingga napas hangatnya terasa menyapu wajahnya.
"Jadi benar kamu adalah asisten sekaligus partner ranjang pria tua itu ?" Ejek Kaizar lagi, ia menuding bukan tanpa alasan. Karena wanita itu pun mau tidur dengannya meskipun baru pertama kali bertemu, lalu kenapa tidak dengan tuan Mark yang notabennya sebagai atasannya yang setiap hari bersama.
"Itu bukan urusanmu, tuan Kaizar Adiguna." Sinis Elle, ia tak peduli dengan pemikiran orang lain tentang dirinya. Karena baginya yang terpenting kebahagiaan anak-anaknya dan ia akan melakukan apapun untuk mereka.
Kaizar nampak menyeringai lantas semakin mendekatkan wajahnya. "Apa saat di ranjang dia sekuat aku, hm ?" Bisiknya tepat di telinga wanita itu hingga membuat napas Elle seketika tercekat, namun ia masih enggan menatapnya.
Napas hangat pria itu terasa semakin turun ke lehernya dan menerpa kulitnya. "Tapi demi uang ku rasa kamu tak memikirkan hal itu bukan? Aroma ja lang benar-benar telah melekat di tubuhmu." Imbuh pria itu lagi, lantas melepaskan cengkeramannya sedikit kasar dan berlalu meninggalkan wanita itu yang masih bersandar di tembok dengan mata terpejam, napasnya naik turun seolah baru saja lari puluhan kilo meter.
"Nona Elle, kamu baik-baik saja ?" Tanya Anita saat melihat wanita itu sedikit berantakan, entah apa yang terjadi dengannya tapi ia melihat bosnya juga baru keluar dari arah toilet dengan wajah tertekuk.
Elle langsung membuka matanya. "Tidak, aku baik-baik saja hanya sedikit lelah saja." Tukasnya beralasan.
Anita mengangguk kecil. "Aku mengerti, tuan Mark memang selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap pekerjaan jadi ku harap kamu lebih bersabar." Ucapnya memberikan dukungan.
"Terima kasih." Elle mengangguk kecil, kemudian mereka kembali ke mejanya.
Meeting kembali di mulai dan pandangan Kaizar tak pernah lepas dari wanita itu dan saat menyadarinya Elle benar-benar merasa muak, pria itu menatapnya dengan pandangan hina seakan ia memang benar-benar seorang pela cur.
Sore harinya, Elle baru kembali ke rumahnya dan kedatangannya langsung di sambut hangat oleh kedua putranya.
"Mommy, bagaimana hari pertamamu bekerja ?" Justin langsung mencecarnya.
"Tuan Mark adalah bos yang sangat baik, saat dia mengetahui mommy memiliki 2 jagoan di rumah dia tak membiarkan ku lembur." Terang Elle dengan antusias.
"Benarkah? Wah paman itu pasti sangat baik." Timpal Austin yang sejak tadi mendengarkan cerita ibunya.
"Apa dia tampan ?" Tanya Justin ingin tahu.
Elle nampak berpikir hingga membuat kedua putranya terlihat semakin penasaran. "Meskipun sudah tua, tuan Mark sangat tampan dan juga baik hati." Terang wanita itu dan sontak membuat Justin maupun Austin berucap...
"No."
"No ?" Elle nampak tak mengerti dengan tanggapan mereka.
"Mommy tidak boleh menikah dengannya, karena kami tidak membutuhkan seorang daddy kakek-kakek." Tolak Justin, pria yang ia inginkan untuk menjadi ayahnya harus masih muda, tampan dan juga kaya raya agar kelak ibunya tak bekerja keras lagi jika sudah menikah.
"Siapa yang mau menikah dengannya sayang? Lagipula tuan Mark cuma bos bukan kekasih mommy." Terang Elle.
"Dan sepertinya mommy juga tidak ingin menikah, memiliki kalian berdua itu sudah cukup buat mommy." Imbuhnya lagi.
"No mommy, mommy harus menikah tapi kami yang akan menyeleksi calon Daddy kami." Potong Justin yang tentu saja membuat ibunya itu nampak terkejut, putranya itu makin hari pemikirannya makin kritis dan ia harus lebih berhati-hati lagi dalam berbicara.
"Baiklah kita bahas lain kali saja ya, apa hari ini kalian ada pekerjaan rumah? Sini mommy bantu." Elle langsung mengalihkan perhatian mereka, karena untuk saat ia memang belum ingin memikirkan sebuah pernikahan.
Selain karena kurang yakin akan ada pria yang mencintainya dengan tulus mengingat ia telah memiliki dua orang putra, ia juga sedang fokus dengan kesembuhan mereka. Apalagi minggu depan mereka mulai menjalani kemoterapi pertamanya.
Malam pun telah larut dan kedua bocah kecil itu masih belum juga terlelap. "Kita harus bisa meyakinkan mommy untuk mau menikah." Ucap Justin, ia tidak mungkin membiarkan ibunya bekerja keras seumur hidupnya dan melupakan kebahagiaannya sendiri.
"Tapi kita belum menemukan pria yang cocok, apa paman yang waktu ketemu di rumah sakit itu saja ?" Timpal Austin memberikan pendapatnya.
"No, dia pria paling buruk yang pernah kita temui." Tolak Justin.
"Tapi kita baru bertemu sekali, jus." Austin mengingatkan jika tak boleh menilai seseorang hanya dalam sekali bertemu.
Keesokan harinya....
"Sayang, ayo bangun !!"
Pagi itu Elle yang hendak membangunkan putranya nampak terkejut saat melihat mereka merintih kesakitan, kemudian wanita itu segera menghidupkan lampunya.
Justin dan Austin terlihat meringkuk di bawah selimut dengan tubuh menggigil dan wanita itu segera membawanya ke rumah sakit, sejak di vonis sakit kedua putranya memang lebih sering mengalami infeksi seperti demam tinggi.
"Dok, bisakah jika kemoterapinya di lakukan lebih cepat ?" Tanya Elle yang tak tega melihat mereka sakit-sakitan.
"Kita menunggu mereka sehat dulu ya, bu. Karena efeknya akan membuat mereka kurang nyaman seperti mual & muntah." Terang sang dokter.
"Baiklah, tapi setelah itu mereka pasti akan sembuhkan dok ?" Elle menatap pria berjas putih itu dengan penuh harap.
"Kami tidak bisa menjamin 100% bu, tapi kami akan berusaha yang terbaik untuk kesembuhan mereka dan saya harap ibu terus mendoakan mereka." Terang sang dokter.
Elle nampak mengangguk pasrah lalu pandangannya beralih ke arah kedua putranya yang sedang mendapatkan perawatan, meskipun sakit mereka terlihat kuat. Tak ada raut kesedihan di wajahnya, hanya keceriaan yang mereka tunjukkan seakan sedang memberitahukan padanya jika mereka baik-baik saja.
Namun tidak dengan hati Elle, bayang-bayang kehilangan mereka selalu menghantuinya. Hanya mereka keluarganya, lalu jika mereka tak ada lagi untuk apa ia bertahan lagi.
"Sayang, tunggu sebentar ya mommy mau mengurus administrasi dulu." Ucapnya pada mereka.
"Baik, mommy."
Elle segera meninggalkan ruangan tersebut dan sesampainya di luar wanita itu tak mampu lagi menahan air matanya yang sejak tadi tertahan, wanita itu terduduk di sebuah kursi tunggu yang sepi lalu menumpahkan segala kesedihan yang selama ini ia tanggung seorang diri.
Sementara itu Kaizar yang baru keluar dari ruangan dokter sebelahnya tak sengaja melihat keberadaan Elle di sana, lalu pandangannya beralih ke papan nama tepat di atas wanita itu duduk.
"Dokter kandungan ?" Gumamnya terkejut.
kapan Elle akan bahagia dan hidup tenang bersama buah hatinya...