Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selalu bertabrakan
Pagi-pagi sekali, Athariq sudah bersiap untuk pergi bekerja. Menuruni tangga, Athariq berjalan sambil memutar-mutar kunci di tangan dengan bibir bersiul membuat Azura menyipitkan matanya. Mereka sama-sama hendak menuju meja makan. Tangan Azura mengait di lengan Arkandra. Pemandangan indah yang sudah sering Athariq saksikan sejak kecil.
"Ceria amat, Riq? Kamu habis menang lotre? Atau menang togel?" cetus Azura membuat mata Athariq terbelalak. Arkandra hanya geleng-geleng kepala mendengar celetukan istrinya yang selalu di luar nurul.
"Ibu apa-apaan sih? Sejak kapan Ariq suka gituan. Judi itu dosa, ibu. Masa' ibu nggak tau," balas Athariq sewot.
"Siapa juga yang nggak tau, mommy tau lah. Mommy tanya begitu soalnya heran, tumben muka mu ceria banget." Lalu Azura berjalan mendekati Athariq yang sudah berdiri di bawah tangga. Ia berjalan mengitari sang putra sambil mengendus-endus aromanya. "Sepertinya ada aroma-aroma jatuh cinta nih? Hayooo, anak Mommy yang ganteng tapi sayang bujang lapuk ini sedang jatuh cinta ya?" goda Azura membuat Athariq mendelik sebal.
"Ibu apaan sih. Mana ada. Memangnya Ariq nggak boleh terlihat ceria? Memangnya cuma orang yang sedang jatuh cinta aja yang boleh bahagia? Terus apaan tuh bujang lapuk? Emang Ariq ini kayu yang bisa lapuk?"
Azura terkekeh, "bukannya begitu. Tapi ... Ibu ini pernah muda lho. Jadi masalah beginian itu sudah khatam. Kamu emang bukan kayu, tapi punya kamu itu bisa lapuk plus karatan karena kelamaan disangkarin doang tanpa dikasi pelumas."
"Heleh, khatam apaan. Ibu kayak punya banyak pengalaman aja. Padahal sekalinya jatuh cinta ya sama suami sendiri. Punyaku apa? Ibu makin lama makin nggak jelas ngomongnya," balas Athariq.
Azura membeliakkan mata. "Heh, mentang mommy cuma pernah satu kali jatuh cinta, bukan berarti mommy ini bodoh ya. Dan apa kamu bilang tadi, mommy ngomongnya makin lama makin nggak jelas? Memangnya mommy kena stroke sampai ngomong nggak jelas?" Azura berkacak pinggang dan mata melotot.
"Udahlah, Bu. Kapan ayah mau makan kalau kalian sibuk berdebat terus kayak gini," sergah Arkandra. "Kamu juga Riq, doyan banget berdebat sama ibu," imbuhnya bicara dengan Athariq.
Azura memasang wajah cengengesan.
"Hehehe, maaf ayah, Sayang. Habisnya anak ayah satu ini nyebelin banget tau nggak sih!" Azura bergelayut di lengan sang suami membuat Athariq memutar bola matanya.
"Kan anak ibu juga." Arkandra mencubit cuping hidung sang istri membuat sang anak makin bersungut-sungut melihat romantisme keduanya yang tak pernah surut meskipun usia sudah tak lagi muda.
"Ck, nggak bisa apa romantis-romantisannya di kamar aja? Nggak nyadar apa di sini ada yang masih jomblo!" sungut Athariq.
"Iri bilang, Bos," ejek Azura membuat Arkandra terkekeh. "Ayo, Sayang, kita sarapan dulu! Tinggalin aja bujang lapuk itu."
"Ibu ... " seru Athariq disebut bujang lapuk.
"Apa?" tanya Azura memasang tampang polos.
"Aku bukan bujang lapuk."
"Ya, ya, ya. Bukan bujang lapuk, tapi hampir karatan." Azura pun segera melipir dari hadapan sang putra membuat wajah ceria Athariq seketika berubah menjadi masam.
...***...
Di meja makan. Arkandra, Azura, dan Athariq sedang menikmati sarapan mereka.
"Riq, hari ini jadwal kamu bertemu dengan kepala instalasi farmasi rumah sakit Medika Raya kan?" tanya Arkandra.
"Iya, Yah. Kami akan bertemu sekitar pukul 2."
Arkandra mengangguk. "Kepala instalasi farmasi itu teman sejawat ayah saat di fakultas dulu."
"Oh ya?"
"Ya. Semoga perpanjang kontrak kerja sama Medika Raya dengan perusahaan kita berjalan lancar."
...***...
Hari ini Ariana sudah kembali bekerja. Ariana pun sudah tampak rapi dengan setelan kerjanya.
"Kamu jadi sepulang kerja ingin kembali ke rumah?" tanya Tatiana.
"Iya, Bun."
"Lho, ngapain kak Ana pulang ke rumah bajingaan itu?" tukas Giandra kesal.
"Kakak cuma mau ambil barang-barang kakak kok, Gi."
"Oh, kirain mau balikan lagi. Pokoknya jangan sampai itu terjadi deh. Aku nggak setuju." Wajah Giandra tampak muram mengingat calon mantan kakak iparnya itu.
"Siapa yang mau balikan?" cetus Samudera yang baru muncul di ruang tamu. Ia pun hendak bersiap pergi bekerja.
"Nggak ada yang mau balikan, Yah. Ini si bocah aja yang sensitif amat. Udah kayak cewek pms lu!" ejek Ariana yang perlahan mulai kembali ceria setelah seminggu mengurung diri.
"Setiap Gian dengar sesuatu yang berhubungan dengan si brengsekkk itu emang selalu buat Gian sensitif. Benci banget sama laki-laki pecundang kayak gitu," jawab Giandra yang memang makin tidak menyukai sosok Danang.
"Jangan terlalu membenci, nggak baik. Yang penting sekarang kakak kamu sudah mengambil keputusan yang tepat. Dan yang lebih penting lagi, kamu jangan sampai menjadi laki-laki seperti itu. Jangan pernah menduakan pasanganmu. Jangan menyakiti hatinya. Kalau memang sudah tidak cinta, alangkah baiknya dilepaskan secara baik-baik, bukannya mendua," ucap Tatiana sembari memberikan nasihat untuk anak laki-lakinya.
"Apalagi kamu memiliki saudara perempuan, Gi. Dalam Islam memang tidak ada karma, tapi ada hukum tabur tuai. Apa yang kau tabur, itu yang kau tuai. Terkadang, yang terkena dampaknya itu bukan pelaku, tapi keluarga terdekat. Kamu aja nggak rela dan sakit hati 'kan saat saudara kamu disakiti? Begitu pula dengan perempuan-perempuan di luar sana. Mereka dibesarkan dengan cinta oleh keluarganya jadi janganlah kau sakiti karena itu bukan hanya menyakiti si perempuan, tapi juga keluarganya. Dan bisa jadi, perbuatan kita itu juga akan dirasakan oleh orang terdekat kita juga. Kita yang berbuat, orang terdekat kita pun akan merasakan hal yang sama sebagai imbas dari perbuatan buruk kita," imbuh Tatiana lagi memberikan nasihat.
Bila dikaitkan dengan kejadian di masa lalu, bisa jadi apa yang putrinya alami ini merupakan imbas kesalahan sang suami padanya. Meskipun ia tidak pernah berdoa yang buruk-buruk tentang Samudera dahulu kala, tapi hal ini bisa mereka jadikan pengingat kalau setiap apa yang kita lakukan, akan ada balasannya. Tidak kepada kita, bisa jadi pada orang terdekat dan terkasih kita.
"Baik, Bun. Gian akan selalu mengingat nasihat bunda," jawab Giandra yang sebenarnya membenarkan setiap perkataan sang ibu.
...***...
"Aduh!"
Saat keluar dari lift, tiba-tiba Ariana tergelincir karena hak sepatunya yang tiba-tiba saja patah. Ariana hampir saja terjatuh kalau tidak ada sepasang lengan yang dengan sigap menahan tubuhnya.
"Hati-hati!" seru seorang laki-laki sambil membantu Ariana berdiri.
"Maaf. Maaf, aku ... kau ... "
Ariana tiba-tiba terbelalak saat melihat sesosok laki-laki yang sedang membantunya berdiri itu. Hampir saja ia terjatuh lagi kalau tidak segera ditahan oleh laki-laki itu.
Laki-laki itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa kau memang selalu seceroboh ini?" tanyanya karena mereka selalu bertabrakan setiap kali bertemu.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...