Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Komplotan Perampok Dimalam Hari
Sudah hampir menginjak ke 5 bulan, musim kemarau panjang melanda.
Sudah barang tentu, keadaan seperti ini sangat berdampak sekali. Terutama di wilayah pedesaan yang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari nya hanya mengandalkan dari hasil pertanian sawah atau ladang saja.
Air sungai yang mengairi pesawahan kini sudah menyusut hampir mengering, apalagi pepohonan yang menjadi sumber mata air di bebukitan kini hampir gundul, dampak dari oknum manusia serakah yang memanfaatkan sumber alam dengan membabi buta. Tanpa memikirkan kedepan untuk kehidupan anak cucunya puluhan tahun kemudian.
Pantas saja kalau sebahagian lahan sawah yang tadinya menghijau, menyejukkan mata bagi siapa saja yang memandang dengan suburnya tanaman padi, kini pemandanganya berubah drastis jadi menguning. Akibat keringnya lahan tanaman padi.
Kalau menguning emas tandanya siap panen masih mending.
Tapi kalau menguningnya tanda kekeringan dan gagal panen, sungguh menjadi berbalik 180 derajat.
Pemandangan yang tadinya sangat menyejukkan mata kini menjadi sebuah pemandangan yang menyesakkan dada. Terutama bagi warga masyarakat pedesaan yang hampir 90 persen mayoritas bertani dan berladang.
Hal demikian tidak terkecuali menimpa pada sebuah Desa yang sangat jauh sekali dari kota, namanya kampung Lemburasri.
Bagi warga masyarakat kampung Lemburasri, mungkin hanya dengan kata sabar dan tawakkal saja sebagai penawar keprihatinan yang dialami oleh sebahagian besar warga desanya. Walaupun mereka juga sadar, tetap saja harus dengan ikhtiyar yang membersamai, sebagai solusi untuk lepas dari kubangan kesulitan.
Bertahan saja dengan mengandalkan hasil tani dalam waktu lama, kayaknya tidak mungkin. Oleh karena itu, ada juga sebahagian warga yang mulai mencari kehidupan mengadu nasibnya ke kota dan ke daerah lain yang dianggap tidak terkena dampak dari kemarau panjang yang melanda.
***
Suatu malam di kampung Lemburasri.
Angin malam berhembus kencang, menggoyangkan pepohonan yang ada di sekitar. Deretan pohon bambu berjejer di ujung sebelah barat kampung Lemburasri, hingga menimbulkan suara berderit saling sahut.
Sinar rembulan yang kadang tertutup oleh gumpalan mega di angkasa, membuat cahanya terkadang redup terkadang terang.
Suara binatang malam yang mulai aktif terdengar oleh beberapa orang yang kebagian jadwal ronda pada malam itu, yang mendadak malas untuk keliling kampung akibat hawa dingin malam yang terasa menusuk tulang, belum suara Anjing hutan dari kejauhan yang terdengar samar-samar terbawa angin malam yang terkadang jelas, terkadang pelan. Hingga ke empat ronda itu memutuskan untuk berada di pos ronda saja sambil menghangatkan badan dengan membakar singkong untuk meredakan perut mereka yang mulai bernyanyi keroncongan.
Malam semakin larut, hawa angin malam yang semakin terasa dingin menambah mencekamnya suasana malam di Desa Lemburasri yang hampir warga desanya sudah terlelap dan masuk ke alam impiannya masing-masing.
Sementara itu. Di sebelah selatan Kampung, yang agak jauh dari pos ronda, tanpa disadari oleh ke empat ronda yang sedang berjaga di pos.
Tampak beberapa sosok bayangan hitam berkelebat mengendap-ngendap, beberapa sorot pandangan matanya pun tampak sedang memperhatikan sebuah rumah mewah milik salah satu warga.
" Bagaimana, aman...!!?" Terdengar suara berbisik dari salahsatu orang yang dari tadi berdiri dekat Pohon Dukuh, tidak jauh dari rumah yang sedang jadi incaran. Pandangan matanya tetap tidak terlepas dari sebuah rumah yang ada di depannya beberapa meter.
"Aman Bos, perintah sudah dilaksanakan, sebentar lagi, orang-orang yang sedang ronda itu akan terlelap...!!" Jawab salahsatu laki-laki yang beberapa menit lalu mengendap mendekati pos ronda, dan berhasil menabur obat tidur kedalam poci air panas yang sengaja disediakan oleh salahsatu warga yang kebagian jadwal ronda tersebut.
Sepertinya, laki-laki paruh baya itu bawahan atau anak buah dari laki-laki berperawakan gendut yang dari tadi berada di bawah pohon dukuh.
"Persiapkan semuanya...!! sebentar lagi kita mulai beroperasi. Anan, kamu nanti di depan sama si Codet. Kalau pemilik rumah terbangun dan mencoba melawan, tugas kamu, Anan untuk memborgolnya dengan tali tambang yang sudah disiapkan. Awas, jangan sampai gagal. Mulutnya ditutup pakai lakban, biar tidak gaduh dan berakibat fatal. Kamu mengerti...!!??" terdengar, kalimat perintah dari laki-laki berperawakan gendut itu pada seorang laki-laki di depannya yang dipanggil Anan.
" Si.. siap Bos.. !!" kata Anan sedikit gugup. Rupanya, Anan sedang melamun. Hingga membuat lelaki Gendut itu sedikit menyeringai pada Anan.
"Kenapa kamu tegang begitu, hah...!!? Ingat, dalam menjalankan tugas jangan ada keraguan, resikonya bisa fatal. Mengerti..!!?"
"Me..mengerti Bos.!" Tegas Anan. Yang merasa hatinya semakin tidak tenang.
" Hmmm... Bagus..!!" Kata lelaki Gendut lagi.
Detik kemudian, pandangannya beralih pada salah satu anak buahnya lagi yang tadi dari pos ronda.
" Kamu, Codet. !!"
" Siap, Bos...!!" Jawab laki-laki yang dipanggil Codet dengan sigap.
" Nanti kamu ambil semua barang-barang berharga, perhiasan dan uang. Jangan khawatir, Gua juga akan bareng dengan kamu." Perintah lelaki berperawakan Gendut itu lagi. Yang dianggukkan oleh kedua anak buahnya.
Rupanya, ketiga laki-laki itu komplotan perampok yang akan menjalankan aksinya di malam itu.
( Perampok-perampok itu merupakan komplotan perampok yang sangat bengis. Apalagi yang berperawakan gendut dengan kulit gelap menghitam. Dia seorang residivis, malang melintang di dunia kejahatan yang sering keluar masuk penjara, nama tenarnya Ki Gendut Ireng Juga laki-laki yang dipanggil Codet, rupanya sebelas dua belas dengan Ki Gendut Ireng, namun, karena suatu hal yang membuat si Codet merasa berhutang budi pada Ki Gendut Ireng, Si Codet merasa Ki Gendut Ireng adalah senior dan atasannya. Sedangkan laki-laki yang dipanggil Anan, adalah perampok yang masih amatiran yang ikut sama Ki Gendut Ireng dan Si Codet ).
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe