Gairah Liar Sang CEO Gembel

"Aku harus segera keluar dari kantor, kalau sampai ketemu pria itu, bisa runyam lagi."kata Zoya yang terburu-buru.

Zoya segera keluar ruangan saat semua pekerjaannya sudah beres, dan ruangannya rapi.

"mau lari kemana kamu."kata Raka yang tiba-tiba sudah di samping pintu.

"kamu, kenapa kamu di sini."kata Zoya terkejut saat menutup pintu.

"kenapa, apa kamu mau menghindar lagi."

"siapa juga yang menghindar, aku hanya mau pulang cepat saja, memangnya salah."

"berarti benar dong kalau kamu itu mau menghindari aku."

"enggak, memangnya kenapa harus menghindari kamu,"

"lalu kenapa pulang terburu-buru seperti itu."

"karena aku ada janji sama putraku."

"semoga dia berhenti menggangu, setelah tau aku punya sudah punya anak."batin Zoya.

"oh, begitu. Baiklah aku antarkan kamu pulang, aku juga mau ketemu anak itu."

"apa, tidak-tidak jangan bertemu putraku, dia alergi sama pria asing."

"benarkah, kalau begitu biar tidak asing, bagaimana kalau kita menikah saja."kata Raka sambil berjalan mendekati Zoya.

"apa, maaf saya harus pergi sekarang."kata Zoya yang langsung kabur saat Raka sudah di depannya.

"ya dia kabur lagi. Baiklah Zo, hari ini aku biarkan kamu kabur, tapi selanjutnya aku akan meringkus kamu dalam pelukanku."kata Raka sambil tersenyum melihat Zoya yang lari menuju ke pintu lift.

"dasar pria aneh, kenapa dia selalu mengikuti aku sih, memang dia mengenalku, aneh sekali."kata Zoya saat berada di dalam lift.

Zoya segera berlari menuju ke mobilnya, dan segera memacu mobil itu menuju ke rumahnya.

"menyebalkan, kenapa dia selalu muncul sih, gak di London, gak di sini. Kenapa harus bertemu dia lagi dia lagi."kata Zoya sambil melemparkan tasnya di sofa dan mengomel.

"Alvin, ada apa dengan mami kamu itu."kata Bastian yang sedang melihat tv bersama Alvin.

"tidak tau kek, apa mami sedang ada masalah kek."

"sepertinya tidak Al, kalau ada masalah biasanya mami kamu itu diam bukan mengomel gak jelas seperti itu."

"benar juga ya kek."

"Zoya, minum air lemon ini, biar otak kamu gak stres seperti itu."kata Luisa yang menyodorkan segelas air lemon dingin.

"terima kasih ma, bagaimana Zoya gak stres ma, dia itu dari pagi sampai mau pulang, selalu muncul di hadapan Zoya, sudah seperti jelangkung saja."kata Zoya yang kemudian meminum air lemonnya.

"memangnya apa yang di lakukan oleh orang itu sampai kamu jadi stres seperti sekarang Zo."

"tadi pagi dia datang ke dapur perusahaan, saat Zoya sedang mengarahkan para karyawan dapur."

"terus..."

"eh dia datang dan mengejutkan Zoya, lalu menarik pinggang Zoya dan tanpa sengaja Zoya....."kata Zoya yang hampir bilang dia menciumnya.

"tanpa sengaja apa Zo."kata Luisa yang penasaran.

"iya mami, apa yang tanpa sengaja itu, Alvin penasaran mi."

"papa juga penasaran, apa itu Zo yang sampai membuat kamu ngomel gak jelas."

"itu, anu. Ah Zoya ke kamar dulu, mau mandi gerah."kata Zoya yang wajahnya sudah mulai memerah.

"tapi Zo..."kata Luisa saat Zoya berlari ke kamarnya.

"ada apa dengan mami nek."

"enggak tau Al, sepertinya ada seseorang yang sudah berani masuk ke dalam hati mami kamu dengan paksa."

"apa maksudnya itu nek."

"maksud nenek kamu, ada pria yang berusaha untuk menjadi papi kamu Al."

"apa..."kata Alvin terkejut.

"aku harus tau siapa pria itu, dan tidak akan mudah untuk menjadi papi ku."batin Alvin yang sedang merencanakan sesuatu.

Zoya segera masuk ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air dingin. Tapi setiap Zoya memejamkan matanya, selalu bayangan itu terbayang.

"ah kenapa sulit sekali menghilangkan bayang itu sih. Lagi pula kenapa bibirku harus menyentuh bibir dia sih. Ah menyebalkan."gumam Zoya di bawah guyuran shower.

Setelah selesai mandi, Zoya segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah Sinta.

"ma Zoya mau ke rumah Tante Sinta dulu."

"iya, cepat pulang Zo, kita makan malam bersama."kata Luisa saat Zoya berjalan menuju pintu.

"iya ma."kata Zoya yang sedang membuka pintu kemudian keluar rumah.

Zoya segera berjalan menuju ke rumah Sinta.

"selamat malam Tante Sinta."

"selamat malam Zo. Akhirnya kamu datang juga."

"ada apa Tante, kok Tante menunggu Zoya."

"apa kamu tau, anak dan cucu Tante saat ini sudah datang kesini."

"benarkah, lalu di mana mereka Tante."

"mereka sedang di atas, putra Tante sedang menidurkan putranya."

"oh begitu, selamat ya Tante, akhirnya Tante tidak kesepian lagi."

"iya sayang, Ohya kamu mau ke dapur ya."

"iya, mau membuatkan makan malam untuk Tante."

"kalau begitu tolong masukkan juga makanan untuk anak Tante ya Zo."

"iya Tante, kalau begitu Zoya ke dapur dulu."

"kenapa terburu-buru Zo, makan malam di sini saja.".

"maaf Tante bukannya tidak mau, tapi Zoya di minta segera pulang untuk makan malam bersama keluarga Zoya tante."

"oh begitu, ya sudah lain waktu saja kita makan malam bersama ya."

"iya Tante, kalau begitu saya ke dapur dulu ya."

"iya..."jawab Sinta sambil tersenyum.

Zoya segera menuju ke dapur dan mulai memasak untuk Sinta.

"mbok Darmi, apa anaknya Tante Sinta hanya satu mbok."

"iya non, hanya satu saja, karena setelah nyonya Sinta melahirkan, suaminya sudah pergi ke luar negeri,"

"oh begitu, jadi dari situlah Tante Sinta akhirnya bercerai dengan suaminya mbok."

"iya non, lagi pula siapa wanita yang kuat kalau terus-terusan memaafkan suami yang suka selingkuh non."

"oh begitu, lalu Tante Sinta tinggal di sini sendirian ya mbok."

"dulu tidak non, sampai anak nyonya Sinta SMA, nah setelah itu dia kuliah keluar negeri. Dan baru pulang setelah lulus, dan langsung menikah."

"kok langsung menikah mbok. Kenapa gak merawat Tante Sinta dulu."

"itu si jodohkan non, tapi eh si ceweknya itu ternyata ke gatelan juga non."

"maksudnya apa mbok."

"wanita itu malah merayu tuan besar dan di lakukan setelah sehari pernikahan non, ya langsung di ceraikan dia non."

"oh begitu. Ya sudah mbok saya mau menyajikan ini dulu, kalau cerita terus gak kelar-kelar nanti."

"iya non, memang suka lupa pekerjaan kalau sudah ngerumpi."

"iya mbok."kata Zoya sambil membawa troli makanan menuju ruang makan.

Zoya segera menyiapkan makanan yang dia masak di atas meja."

"sudah selesai masaknya Zo."kata Sinta yang baru keluar dari kamarnya dan langsung duduk di kursinya.

"sudah Tante, apa Tante perlu Zoya ambilkan."

"tidak perlu, Tante mau menunggu putra Tante turun dulu, baru makan."

"oh begitu. ya sudah kalau begitu Zoya pamit dulu ya Tante. Takut di tunggu sama anak Zoya."

"ya sudah, Ohya lain kali bawa anak kamu kesini, biar dia main sama cucu Tante."

"baik Tante, mari."kata Zoya yang segera menuju ke pintu keluar.

"wah sepertinya chef ahli gizi mama hebat ya, bisa masak segini banyaknya tapi tetap terjaga nutrisi dan gizinya."

"iya dong, sudah ayo kita makan."

"iya ma."

"suara itu seperti pernah dengar, tapi di mana ya."kata Zoya saat sudah di luar rumah Sinta.

"ah sudahlah."kata Zoya yang langsung pulang.