🏆Juara Satu Fiksi Modern Jalur Kreatif
Bagaimana jadinya, jika seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, harus di penjara hingga 12 tahun lamanya?
Padahal pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepada orang orang yang menuduhnya. Dia di Fitnah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Atas kasus pembunuhan seorang pemuda yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Lalu apa yang selanjutnya pria bernama Jo itu lakukan? Setelah dinyatakan bebas dari hukuman yang dia jalani? Mampukah Jo menemukan para dalang yang sudah memfitnah nya dengan sangat keji?
Dan nilah perjuangan Jo.Yang Dinobatkan sebagai seorang mantan Narapidana yang melekat sampai akhir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilham risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Membahagiakan
Dan wanita cantik itu adalah Clara, yang selama 7 tahun ini, telah mengabdi sebagai guru. Di salah satu sekolah dasar perkampungan Durian Runtuh.
Clara rela meninggalkan keluarganya dan juga titelnya sebagai pengacara, hanya demi bisa tetap tinggal bersama kedua orang tua Jo dan juga adiknya Jo, Nadia.
Karena bagi Clara! Keluarga Jo sudah seperti keluarga sendiri untuk dirinya, sedangkan kedua orang tua Clara yang sebenarnya. Mereka telah baik-baik saja. Sebab papa Doni berhasil menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena ulah Tuan Arlan dan Marvel, menggunakan uang tabungan yang dulu Clara berikan untuk dirinya.
Hingga tak lama berselang, lamunan Clara langsung buyar, kala mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.
"Mbak....! Ayo kita masuk ke dalam ruangan rapat! Sebentar lagi, kepala sekolah akan memulai rapatnya." ajak wanita cantik itu, yang tak lain adalah Nadia.
"Memangnya ada apa? Kenapa diadakan rapat secara tiba-tiba begini?" tanya Clara mengerutkan keningnya.
"Aku juga gak tahu mbak. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan kepada kita semua."
Setelah itu, Clara pun melangkah gontai beriringan dengan Nadia. Mereka berjalan menuju ke dalam ruangan rapat.
"Selamat pagi pak kepala sekolah! Selamat pagi juga untuk semua guru." sapa Clara dan Nadia setelah tiba di dalam ruangan rapat.
"Iya, pagi juga ibu guru Clara dan ibu guru Nadia..Ayo silahkan duduk di tempat masing-masing" jawab seorang pemuda tampan yang tak lain adalah kepala sekolah di sekolah Durian Runtuh.
"Terima kasih pak kepala sekolah." ucap Clara tersenyum sopan.
Melihat senyuman itu, membuat pak kepala sekolah yang masih terbilang muda dan matang itu. Menjadi terpesona.
"Bagaimana dengan kegiatan hari ini? Apakah ada yang membuat Ibu Clara merasa lelah?" tanya kepala sekolah itu tampak perhatian.
"Tidak pak kepala sekolah! Seperti biasa saya sangat senang mengajar murid-murid yang ada di sekolah ini." jawab Clara dengan tegas.
Setelah itu Clara pun memutuskan pandangannya dari pak kepala sekolah yang terus menetap ke arah dirinya.
Bukan hal tabu untuk mereka semua, jika sang kepala sekolah muda yang masih berusia 31 tahun itu menaruh perhatian lebih kepada Clara. Sebab semua pihak sekolah sudah mengetahui sejak lama, jika kepala sekolah mempunyai perasaan yang mendalam kepada Clara.
Tapi Clara menolak pemuda tampan itu secara halus, padahal dirinya sendiri belum menikah dan sudah berumur.
Tentu saja hal itu membuat semua orang merasa heran dengan keputusan Clara yang memilih menutup hatinya rapat rapat dari pria yang ingin mendekati nya.
Hingga tak lama berselang, sang kepala Sekolah yang bernama Arga pun memulai rapat yang akan dia sampaikan.
"Saya sengaja mengumpulkan para ibu guru dan bapak guru di ruangan ini, karena saya ingin memberi tahu kan kabar gembira, bahwa sebentar lagi sekolah kita akan dibangun menjadi lebih luas dan lebih mewah dari pada yang saat ini, lalu sekolah ini juga akan ditambah pendidikannya yaitu pendidikan sekolah menengah pertama sampai Sekolah Menengah Atas. Dan kabar baiknya lagi pemberi dana itu juga akan menjadikan wilayah perkampungan kita ini menjadi tempat dibangun perusahaan bisnis dan juga pabrik pabrik yang akan membuka banyak lapangan kerja untuk warga di sekitar sini, dan itulah yang aku dengar dari bapak kepala desa. Ini semua benar benar sebuah berita yang sangat membahagiakan untuk kita semua." ucap pak Arga sambil tersenyum senang.
Para guru yang mendengar berita itu pun sontak bergembira, mereka sangat penasaran kira-kira pengusaha kaya raya mana yang rela mendonasikan uang yang dia miliki untuk membangun sekolah di tempat mereka mengajar. Begitu juga dengan perkampungan mereka yang akan diubah menjadi wilayah modern dan memiliki banyak lapangan pekerjaan?
"Pak Arga!Kalau boleh tahu siapakah pengusaha kaya raya itu yang sudi melontarkan dananya untuk sekolah kita dan Kampung kita ini? tanya seorang guru yang bernama ibu Wati.
" Saya juga tidak tahu detailnya dia itu siapa? Tapi yang saya dengar dari para perangkat desa. Dia adalah pengusaha kaya di kota Jakarta dan dia akan mengembangkan bisnisnya di kampung ini. Dan ini adalah kabar yang baik untuk kita semua , karena sudah dijamin dengan adanya perusahaan itu kita akan memiliki banyak lapangan pekerjaan dan juga Para investor dan para penduduk yang ada di kota Akan berpindah ke wilayah ini, kebetulan di kampung kita masih tersedia banyak lahan kosong. Dan saya yakin, kelak wilayah Durian Runtuh akan berubah menjadi kota bisnis yang memiliki masa depan yang cerah." jawab Arga menjelaskan.
Lalu mereka semua bertepuk tangan meriah sambil menyunggingkan senyuman. Begitu juga dengan Clara. Tapi entah mengapa, jantung Clara terus berdebar kencang membuat dirinya merasa bingung.
"Ada apa dengan jantungku? Kenapa terus berdebar seperti ini? Semoga saja tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan." gumam Clara di dalam hatinya.
Hingga tanpa terasa, jam sekolah sudah usai. Tepat pukul satu siang, Clara dan Nadia memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun saat hampir tiba di depan pagar sekolah. Mereka berdua dikejutkan oleh suara mobil Arga yang mengklekson kearah mereka.
"Bu Clara!" panggil pak Arga dari dalam mobil yang telah dia turunkan kaca jendela nya.
Clara terpaksa menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah belakang.
Lalu Arga pun turun dari mobil, sambil meminta izin kepada Nadia. Untuk membawa Clara sebentar pergi ke suatu tempat. Clara ingin menolak ajakan pria tersebut. Dia tidak siap jika harus pergi berdua bersama pria yang tidak dia sukai. Tapi sepertinya Nadia malah mendukung keinginan Arga.
"Ya sudah pak Arga. Kalau begitu Nadia pulang duluan. Mbak, Nadia pulang ya!"
"Tapi Nadia. Mbak belum masak di rumah, dan ini sudah siang. Kasihan ibu dan bapak."
"Biar Nadia yang masak Mbak. Mbak juga butuh Me Time agar mbak tidak stress." jawab Nadia langsung melangkah meninggalkan mereka berdua.
Clara menjadi lemas, dia tahu jika Nadia sengaja melakukan ini, karena Nadia kasihan melihat dirinya yang masih belum bisa move on dari masa lalu.
Lalu, di saat Arga hendak menyentuh tangan Clara. Dengan cepat Clara menarik tangannya dan memohon maaf kepada Arga.
"Pak! Mohon maaf sekali lagi. Saya benar-benar tidak bisa pergi bersama bapak. Karena tugas saya di rumah sudah menanti. Saat ini bibi dan paman saya sedang sakit di rumah. Dan saya harus mengurus mereka, sekali lagi saya mohon maaf pak." jelas Clara membuat Arga menjadi tercengang.
Melihat sikap Clara, Arga hanya bisa pasrah. Dia tidak mungkin memaksa Clara, tapi Arga tidak akan putus asa mengejar wanita sempurna itu.
"Baiklah. Untuk saat ini aku mengizinkan mu pergi Clara. Tapi tidak untuk lain waktu."
Mendengar ucapan Arga dengan cepat Clara melangkah pergi meninggalkan pria tampan tersebut.
Dia harus secepatnya tiba di rumah. Jarak sekolah dan rumah pak Imran tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu setengah jam saja. Dan setelah lelah berjalan, akhirnya Clara pun tiba di rumah, dirinya langsung masuk ke dalam rumah. Namun ketika kakinya hendak melangkah, tanpa sengaja Clara mendengar perbincangan dari ketiga orang yang ada di dalam ruang tamu.
"Jadi pak Arga sudah lama menyukai Clara?" tanya ibu Siti kepada Nadia.
"Iya bu, tapi sepertinya mbak Clara tidak mau membuka hatinya untuk pria mana pun buk?"
"Kenapa? Apakah Clara masih berharap kakakmu kembali?"
"Mungkin. Atau juga, kak Clara tidak bisa melupakan kak Jo."
"Kasihan sekali wanita itu. Usia nya sudah memasuki kepala tiga. Sudah seharusnya dia memiliki suami dan mempunyai anak serta keluarga yang bahagia. Ibu takut, jika Clara tidak mau melepaskan masa lalunya." ibu Siti dan pak Imran tampak meneteskan air mata.
Dan tentu saja, pemandangan itu berhasil membuat dada Clara menjadi sesak. Dia bersandar di balik dinding. Sambil bergumam kepada dirinya sendiri.
"Apa ini saatnya aku pergi dari rumah ini? Tapi, aku tidak bisa meninggalkan mereka semua. Ya Tuhan! Bantu aku untuk keluar dari masa laluku." gumam Clara ikut meneteskan air mata.
Cintanya kepada Jo, sangatlah besar dan tak terbalaskan, Ada perasaan berat yang membuat Clara susah untuk terlepas dari perasaannya sendiri. Tapi apa mau dikata, saat ini Jo telah meninggal dunia di dalam penjara. Dan kabar itu, mereka dapatkan dari berita beberapa tahun yang lalu yang tersiar di televisi dan surat kabar. Clara berjongkok di balik dinding. Meratapi nasibnya yang benar-benar sangat menyedihkan.
"Tuhan! Kenapa aku menjadi lemah seperti ini? Mohon bantu aku Tuhan." pinta Clara mengatupkan kedua tangannya.