Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Setelah satu minggu berlalu, kini Elea harus kembali ke Indonesia tentu bersama Alan dengan privat jetnya. Ia akan menjalani hari yang baru sebagai pemimpin perusahaan.
“Duduklah, ada apa?”, tanya Alan pada Elea.
“Kak, berjanjilah. Jangan bilang pada Vati dan Muttiku juga pada kedua kakakku!”, Elea takut mereka akan berpikir macam-macam dan juga malas diinterogasi oleh kedua kakaknya.
“Untuk kedua orangtuamu, hmm…. Baiklah!! Tapi untuk kedua kakakmu itu, aku tak bisa menjaminnya hmm”, goda Alan pada Elea.
“Kak!!!”, ucap Elea memelototkan matanya.
Alan terkekeh melihat Elea yang sangat panik, hal itu menambah kecantikan pada wajah Elea bagi Alan.
“Baiklah, baiklah, aku akan bungkam! Lalu apa imbalannya untukku?!” Alan mulai memiliki ide agar bisa selalu dekat dengan Elea.
“Ya?! Apa aku salah dengar?! Kakak minta imbalan padaku?! Yakin? Kau itu sangatlah kaya, pemilik perusahaan ternama, memiliki kuasa, private jet pun kau bahkan memilikinya. Sedangkan aku?? Tak memiliki itu semua! Aku hanya anak Vatiku dan semua yang ku punya tak bisa aku mengklaimnya sebagai milikku! Aku tak mempunyai apapun untuk imbalanmu! Jadi bagaimana kalau aku traktir makan saja ya….”
“Boleh! Dan hei apa aku terlihat sematrealistis itu? Lagipula kau memiliki segalanya dan juga kau adalah anak tunggal lalu mengapa kau tak mau mengakuinya? Secara otomatis semua yang orangtuamu milikk itu akan jatuh padamu juga kan?”, tanya Alan ingin melihat jawaban Elea.
“Hehehe… Kakak sendiri yang meminta imbalan padaku. Imbalan itu berarti sesuatu yang bersifat “uang”, identiknya. Ya, dan juga memang aku memiliki segalanya tapi perlu kakak garis bawahi, semua itu milik orangtuaku. Sedangkan aku, baru akan memulai pekerjaanku esok hari jadi aku tak sekaya itu!”, jelas Elea.
“Ekhmm, ya ya ya”, jawab Alan sambil mengusap rambut indah Elea.
“Kak…”, Elea ingin menanyakan kepada Alan mengapa ia seperti ini sedangkan dulu rasanya sangat sulit untuk mendapatkan sekedar sapa.
“Hmm…”, tanya Alan yang sudah memejamkan matanya. Entah mengapa semenjak ia dekat dengan Elea, rasanya sangat nyaman dan tenang hingga membuat Alan mudah sekali tertidur.
“Nanti saja. Lanjutkanlah, aku akan kembali ke depan bersama Sarah”, Elea berdiri namun Alan memegang pergelangannya sehingga Elea cepat berbalik menghadapnya lagi.
“Ada apa Kak? Aku tak ingin mengganggu waktu istirahatmu. Istirahatlah, sekitar 6 jam lagi bukankah kita akan sampai”, kata Elea.
“Duduklah. Temani aku tidur sebentar saja. Dan biarkan aku meminjam pundakmu sebentar saja”, pinta Alan.
“T..Taa..pi.. Kau akan kelelahan dengan posisi seperti itu Kak”, Elea tergagap.
“Lalu?”, Alan memancing.
“Bukankah disini ada kamar? Kenapa tidak beristirahat disana saja?”, tanya Elea.
“Kau yakin akan menemaniku di kamar?”, tanya Alan di telinga Elea yang membuatnya merinding.
“Hah?! Ya.. Ya.. Ya kau kan sudah dewasa begitu pula aku, mana mungkin kita berada di kamar yang sama!”, jawab Elea membuang muka menahan malu.
“Kalau begitu aku tak bisa menjamin kedua kakakmu mengetahui kita berlibur bersama”, ucap Alan melenggang pergi menuju kamar meninggalkan Elea yang sangat kesal padanya.
Elea berjalan cepat menyusul Alan menuju kamarnya. Ia tak memperdulikan tatapan dari Sarah dan beberapa asisten Alan.
“Ingin ku hajar saja rasanya kau! Kenapa kau mengancamku!! Lagipula aku yang berada disana terlebih dahulu!! Enak sekali kau berucap ya!!”, batin Elea sambil memukul udara.
“Kenapa kau kemari?”, tanya Alan. Di dalam hatinya ia sangat senang dan akan terus mencari cara agar selalu bersamanya.
“Baiklah akan aku temani tapi dengan satu syarat!!! Pintu ini tak boleh tertutup!!”, Elea mendengus kesal.
“Baiklah. Lagian aku tak sebrengsek itu Elea. Buang jauh-jauh pikiranmu itu. Aku memang pria normal namun aku sangat menghargai wanita! Ingat itu!!”, ucap Alan sambil menyiapkan selimut.
“Ak..u.. Aku akan duduk bersandar di kasur saja ya. Dan tidurlah dengan cepat!!”, kata Elea dengan pipi merahnya.
“Baiklah. Aku akan tidur dipangkuanmu ya”, kata Alan tersenyum dengan lebarnya.
“Alasilah terlebih dahulu menggunakan kain atau bantal tipis itu! Maaf, tapi aku….” Elea menggantungkan ucapannya.
“Aku mengerti Elea, tenanglah”, ucap Alan menenangkan.
Akhirnya Alan bisa tertidur dengan cepat dipangkuan Elea. Begitu pun Elea yang sedang membaca buku awalnya namun lama-lama ia juga tak bisa menahan kantuknya jadilah Elea tertidur bersama Alan. Lama-kelamaan Elea dan Alan tertidur dengan posisi bersebelahan. Bahkan lengan Alan menjadi alas kepala Elea sedangkan lengan satu laginya ia gunakan untuk memeluk tubuhnya dan Elea merasa sangat nyaman dan membuatnya semakin merapatkan tubuh pada Alan.
Beberapa asisten Alan dan Sarah melihatnya namun ia tak bisa memberikan komentar apapun.
“Semoga Nona bisa bersamanya, cepat atau lambat! Aku sangat mengetahui perasaanmu seperti apa Nona, janganlah kau mengelak dan menjauhinya lagi. Sepertinya ia akan luluh dihadapanmu Nona”, batin Sarah.