Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelas Pertama
Berjalan keluar dari gedung asrama, Klein melihat banyak murid inti berjalan menuju ke gedung akademi.
Sebagian dari mereka agak terburu-buru dan gugup, dapat dilihat bahwa mereka adalah murid baru. Murid-murid tahun ke dua dan tiga jelas tampak lebih santai, sama sekali tidak gugup.
“Hey, Arthur?” panggil Klein sambil melirik Arthur yang berjalan di sampingnya.
“Ada apa?” Arthur menoleh.
“Kamu jelas biasanya berolahraga dengan giat di pagi hari dan tidak melakukannya hari ini,” ucap Klein.
“Ya. Aku agak gugup. Lagipula, ini kelas pertama. Kita harus memperkenalkan diri, mencari orang yang cocok untuk membentuk tim, dan akan segera dikirim pergi untuk mengikuti ujian. Bukankah itu tidak normal? Kenapa tidak ada masa adaptasi tiga hari atau satu minggu? Satu hari jelas kurang!” balas Arthur dengan ekspresi tertekan.
“Aku dengar ini semacam simulasi adaptasi untuk mengingat perjuangan leluhur ketika bencana terjadi. Lagipula, jika bencana besar terjadi begitu saja, kita tidak bisa memilih siapa yang akan berada di samping kita.” Klein memutar matanya.
“Jadi, apa yang ingin kamu katakan tadi?” tanya Arthur mengalihkan pembicaraan.
“Sebagai ganti latihan pagi, bagaimana kalau menggendong ku sampai ruang kelas?” ucap Klein dengan ekspresi serius.
Urat nadi di dahi Arthur langsung menonjol, tidak menyangka ada orang yang begitu tidak tahu malu.
“Jalan sendiri, Pemalas!”
Setelah mengatakan itu, Arthur langsung berjalan pergi meninggalkan Klein.
Melihat Arthur yang gagal dibodohi, Klein menghela napas panjang. Alangkah baiknya jika dia menemukan cara lebih nyaman untuk berangkat dan pulang sekolah.
Sampai di depan gedung pembelajaran, terlihat gadis yang membuat beberapa siswa tidak bisa tidak melirik ke arahnya.
Di sana, terlihat sosok Luna yang berdiri sambil membawa tas dan magic staff miliknya. Seragam sekolah berwarna abu-abu bergaris putih terlihat cocok dengannya. Mungkin lebih tepat jika dia cocok mengenakan pakaian apa saja.
“Selamat pagi, Master.” Luna membungkuk sopan ke arah Klein yang datang menghampirinya.
Menyadari tatapan Luna, Klein langsung membalas, “Orang itu pergi terlebih dahulu.”
“Tidak berangkat bersama anda, Master?” Luna tampak bingung.
“Dia pergi terlebih dahulu setelah aku memintanya menggendong ku sampai ke kelas,” jawab Klein dengan ekspresi biasa-biasa saja, seolah itu hal wajar.
“Jadi begitu.” Luna mengangguk, tidak terkejut. Jelas sudah terbiasa dengan perilaku Klein.
Setelah berbicara beberapa patah kata, mereka berdua berjalan menuju kelas yang sama di bawah tatapan banyak siswa yang iri.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di depan kelas. Ketika masuk, mereka berdua melihat Arthur yang sudah duduk di ruang kelas.
Klein, Luna, dan Arthur sama-sama berada di kelas Mage 1-A. Pemuda itu melihat sekitar, lalu melihat kalau dalam ruang kelas ada dua puluh lima meja dan kursi tidak termasuk milik pengajar di depan kelas, yang berarti satu kelas Mage terdapat 25 murid.
Mengabaikan orang-orang, Klein pergi ke tempat duduk kosong barisan tiga paling kiri dekat dengan jendela. Luna mengikutinya dan duduk di kursi tepat di kanannya.
Pemuda itu mengamati sekitar dalam sekali pandang. Persentase murid inti kira-kira 80%, 20 dari 25 murid di kelas adalah murid inti.
Hal ini cukup wajar, walau sesekali Mage muncul di luar, tetapi jumlahnya tidak banyak. Selain itu, lingkungan pertumbuhan juga sangat memengaruhi pertumbuhan mereka.
Itu sebabnya lebih banyak keturunan bangsawan di akademi ini. Bukan hanya karena status mereka, tetapi dari segi kekuatan dan pendidikan mereka memang jauh lebih baik dari orang-orang biasa.
Jumlah murid terbatas, jadi mereka memilih sesuai dengan kualitasnya.
Tentu saja, ada beberapa pengecualian.
Di tahun yang sama dengan Klein, dari 5 orang yang mendapatkan beasiswa sebagai murid inti, 3 di antaranya adalah Mage dengan bakat bagus. Setidaknya, itulah yang dia dengar.
Untuk murid biasa di kelas, selain Luna, ada empat servant yang kelihatannya dipilih dan dididik dengan baik.
Setelah menunggu beberapa saat, sosok wanita berusia sekitar 22-23 tahun dengan sosok mempesona masuk ke dalam kelas. Akan tetapi, penampilannya memang mencolok.
Bukan hanya tubuhnya yang tampak eksplosif, tetapi parasnya yang cantik, serta rambut merah dan mata jingga yang begitu familiar.
Wanita itu menggigit sebatang rokok, berdiri di depan kelas sambil menatap mereka dengan ekspresi acuh tak acuh.
“Namaku Eliza Flamel, wali kelas kalian tahun ini. Kalau begitu perkenalkan diri kalian, nama, kelebihan, atau semacamnya. Setidaknya buat teman sekelas mengetahui nama kalian,” ucapnya datar.
Mendengar itu, seorang remaja berambut pirang dengan mata abu-abu cerah mengangkat tangannya lalu bangkit.
“Perkenalkan, nama saya Glenn Greycastle, Pangeran Kedua dari Kerajaan Sevenberg. Saya cukup ahli dalam sihir angin, khususnya sihir dengan jangkauan luas. Senang bertemu dengan kalian, Teman-teman.”
Setelah memperkenalkan diri, pemuda bernama Glenn kembali duduk dengan ekspresi puas.
Kerajaan Sevenberg memang salah satu dari tiga kerajaan besar di sekitar Akademi Dawn Star. Meski bukan salah satu dari Tujuh Keluarga Besar, Keluarga Greycastle memang terkenal.
Setelah Glenn memperkenalkan diri, Arthur juga bangkit.
“Salam kenal Teman-teman, nama saya Arthur Gravent. Saya cukup ahli dalam sihir api dan petir, tetapi karena alasan khusus, saya lebih sering bertarung di barisan depan alih-alih belakang.”
Arthur mengangguk ringan pada orang-orang, lalu kembali duduk. Semua orang memandangnya dengan ramah karena merasa dia lebih mudah didekati daripada Glenn yang cukup sombong.
Merasakan tatapan orang-orang, sudut bibir Klein berkedut. Dia menghela napas panjang lalu berdiri dengan enggan.
“Perkenalkan, nama saya Klein Ashfey. Saya cukup ahli dan menyukai sihir-sihir kehidupan sehari-hari, misalnya sihir pembersihan, sihir bunga mekar, dan sebagainya. Semoga kita bisa akrab tiga tahun ke depan,” ucapnya dengan suara malas dan membosankan.
Mendengar itu, banyak orang merasa agak aneh tetapi tidak berani mengatakan apa-apa. Sementara ada juga beberapa pangeran atau bangsawan tinggi yang mencibir, berbisik kalau itu pantas bagi ‘Pangeran biasa-biasa saja’.
Sihir pembersih adalah sihir untuk membersihkan suatu benda, biasanya untuk mencuci piring, pakaian, dan berbagai benda lainnya. Sedangkan sihir bunga mekar adalah sihir untuk menciptakan bunga, tampak cukup indah dan romantis
Akan tetapi sama dengan sihir pembersih, keduanya dianggap tidak berguna. Setidaknya untuk pertarungan.
Setelah beberapa saat, orang-orang mulai memperkenalkan diri, dan yang paling mencolok adalah perkenalan Arianna Flamel.
Karena dalam perkenalannya, wali kelas mereka, Eliza Flamel langsung melempar kapur tepat di dahinya.
Lagipula, gadis itu memperkenalkan diri dengan cara mencolok. Seperti menyebut dirinya ‘Penyihir Matahari Suci’, penyihir ini, bahkan memanggil Eliza dengan sebutan kakak.
Ya. Dalam perkenalan ini, semua murid di kelas langsung mengetahui kalau Eliza adalah kakak perempuan Arianna Flamel.
Berbeda dengan julukan gadis aneh dari Keluarga Flamel, Eliza terkenal dengan sebutan jenius dari Keluarga Flamel.
Setelah perkenalan, Eliza mulai berbicara.
“Karena perkenalan sudah selesai, aku akan menjelaskan beberapa dasar yang telah kalian ketahui, lalu menjelaskan ketentuan Ujian Rekrutmen Baru.”
“Sama seperti yang kita ketahui, Warrior dan Mutated Beast dibagi dari level 1-9. Sedangkan Mage dibagi menjadi tingkat black robe, white robe, dan red robe. Setiap tingkat dibagi menjadi early stage, middle stage, dan late stage.”
“Mage di level black robe early stage setara dengan Warrior level 1. Sedangkan Mage di level black robe late stage setara dengan Warrior level 3. Begitu pula seterusnya.”
Setelah melakukan beberapa penjelasan singkat, Eliza kembali membicarakan hal penting yang akan para murid hadapi.
“Untuk Ujian Rekrutmen baru, kalian diminta membuat kelompok dengan jumlah 5 orang per kelompok. Setelah itu, kalian dikirim dan diminta untuk bertahan di Pyrenight Forest selama satu minggu.”
“Dalam waktu ini, kalian diminta untuk menjelajah dan berburu mutated beast. Kalian perlu membawa beberapa bagian kembali untuk dijadikan bukti penilaian. Semakin tinggi nilai, semakin baik pula perlakuan yang kalian dapatkan dari Akademi Dawn Star.”
“Kalian boleh membentuk tim dengan teman sekelas. Akan tetapi, sebagai wali kalian, aku menyarankan untuk mengundang Warrior ke dalam tim. Lagipula, setiap profesi memiliki kelebihannya sendiri.”
“Kelas pertama hanyalah kelas perkenalan diri, jadi cukup sampai di sini. Kalian bisa mencari anggota tim kalian sendiri dan jangan sampai terlambat besok.”
Melihat para murid terlihat santai, Eliza mengangkat sudut bibirnya lalu melanjutkan.
“Omong-omong, meski ini hanya pelatihan, tetapi sesekali terjadi kecelakaan hanyalah hal biasa.”
“Jadi aku harap kalian bisa menjaga nyawa kecil kalian di sana.”
Setelah mengatakan itu, Eliza pergi meninggalkan kelas. Menyisakan banyak murid yang terlihat agak gugup dan cemas karena perkataan guru mereka sebelumnya.
>> Bersambung.