Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Memanfaatkan kekacauan
Chika baru saja tiba di rumah dengan perasaan kesal ketika ponselnya berdering memperlihatkan sebuah panggilan telepon dari sahabatnya, Naira.
Meski merasa agak kesal dan belum ada mood untuk mengobrol dengan Naira, tetapi karena panggilan telepon itu sudah dua kali masuk dan tidak diangkat, maka Chika akhirnya memutuskan mengangkat panggilan telepon itu.
Belum saja Chika berbicara pada orang di seberang telepon, suara Naira sudah lebih dulu terdengar, "kau tahu apa yang baru saja terjadi?!" Suara penuh emosi itu membuat kening Chika mengeryit.
Apalagi yang terjadi ya?
"Emangnya apa?" Tanya Chika sambil berjalan ke arah sofa dan mengambil sebuah majalah kecantikan untuk dibaca Seraya mengobrol dengan temannya.
"Aku bertemu perempuan desa yang norak itu di pusat perbelanjaan! Dia membeli begitu banyak barang dari brand mewah!" Jerit perempuan dari seberang telepon, terdengar jelas perempuan itu tidak bisa menyembunyikan emosinya lewat suaranya.
Chika juga terkejut.
Tidak ada orang lain yang dimaksud oleh Naira selain Astin.
"Kau bilang,,, Astin berbelanja begitu banyak?" Tanya Chika dengan bingung, jelas-jelas dia tahu bahwa Astin adalah orang yang hemat.
Bahkan jika dia memaksa perempuan itu membeli barang ketika mereka keluar bersama, Astin tampak berpikir begitu keras dan hanya berani mengeluarkan sedikit uang saja.
Dia harus bersusah payah membujuk Astin baru bisa mempengaruhi Astin untuk menghabiskan uang bulanannya.
"Iya! Begitu banyak barang sampai pelayanan toko membantunya membawa pergi barang-barang itu! Apa yang terjadi? Apakah hubungannya dengan suaminya sudah membaik? Bukankah kau bilang dia menyukai Erik?" Tanya Naira kebingungan.
"Seperti itulah yang aku tahu, Memangnya kau ada di mana? Apa kau masih melihat perempuan itu?" Tanya Chika.
"Aku ada di pusat perbelanjaan, dan dia sudah pergi dari tadi, tapi,,, oh, dia kembali!" Seru Naira dari seberang telepon.
"Kirimkan alamatmu sekarang!" Perintah Chika.
"I,, iya, dia kembali masuk ke toko yang menjual perhiasan, itu adalah Tiffany & Co!" Jerit Naira dari seberang telepon membuat Chika langsung berdiri dan buru-buru memilih baju untuk ia pakai.
Sementara di pusat perbelanjaan, saat ini Astin sedang berdiri di depan etalase, melihat-lihat perhiasan yang dipajang di etalase.
Dia tidak memiliki perhiasan apapun kecuali yang ia pakai saat ini, sehingga dia berniat untuk membeli beberapa.
Lagi pula suaminya sudah begitu murah hati memberikannya sebuah kartu kredit yang tidak memiliki batas limit, Jadi tidak mungkin dia menyia-nyiakannya begitu saja.
Setelah beberapa saat, akhirnya Astin telah memilih beberapa perhiasan dan hanya tinggal membayarnya saja ketika dua perempuan menghampirinya.
"Astin," ucap Chika dengan suara yang lembut memanggil Astin .
Astin yang mengenali suara itu pun akhirnya berbalik, terkejut melihat kedatangan kedua perempuan itu.
Chika mengukir senyuman indah di bibirnya dan langsung berlari pelan, ia berdiri di samping Astin memeluk lengan Astin dengan hangat, "kau membeli perhiasan? Mau kubantu memilih?" Tanya Chika dengan mata berbinar-binar menatap Astin.
"Kenapa kau membantunya?" Naira berbicara dengan kesal, dia masih menyimpan dendam pada Astin setelah apa yang terjadi.
"Aku tidak mau dia Salah memilih," ucap Chika sambil berbalik menatap Astin, "Ayo biar ku pilihkan," ajak Chika langsung menarik Astin untuk melihat-lihat perhiasan yang ada di sana.
Sang pelayan hendak berbicara bahwa Astin telah memilih perhiasan yang hendak dibelinya, namun kemudian Ia mendapat kode dari Astin untuk tetap diam sehingga sang pelayan tidak berkata apapun.
Chika pun menarik Astin menuju sekumpulan perhiasan yang biasanya diminati oleh para wanita-wanita paruh baya yang telah berkeluarga.
"Bagaimana menurutmu dengan yang ini?" Ucap Astin sambil menunjuk sebuah perhiasan yang sangat ramai, dengan warna-warna menceng dari sana membuat kening Astin mengeryit.
Benar, selama ini setiap kali mereka pergi bersama, Chika akan selalu memilihkan barang-barang terburuk untuknya, barang-barang yang norak yang tidak sesuai dengan umurnya.
"Menurutmu ini bagus?" Tanya Astin.
"Itu bagus, kemarin temanku juga membelinya," Naira beralih menjawab pertanyaan Astin.
Chika pun menganggukkan kepalanya, "pasti akan bagus jika kau gunakan. Ngomong-ngomong nanti ada pesta yang hendak kami datangi berdua, bagaimana kalau kau ikut bersama kami dan gunakan kalung ini? Kau pasti akan menarik perhatian di pesta itu," ucap Chika tersenyum.
"Benar,, itu pesta untuk anak muda, ikutlah dengan kami!" Seru Naira sambil tersenyum, saat ini ia melupakan apa yang terjadi sebelumnya.
Dia berpikir untuk membalas Astin di pesta yang akan diadakan malam ini.
"Baiklah," kata Astin tersenyum polos dan menganggukkan kepalanya.
Chika sangat senang mendengar ucapan Astin, akhirnya perempuan ini kembali menjadi bodoh.
Jika seperti itu, maka akan lebih mudah untuk mengendalikannya.
"Tapi ngomong-ngomong, Dengan apa kau membayarnya?" Tanya Astin.
"Dengan ini," Astin mengeluarkan sebuah kartu kredit dan menyerahkannya pada pelayanan sambil memberi kode untuk membungkuskan set perhiasan yang sebelumnya dipilih oleh Chika.
"Itu,,," Chika mengerutkan keningnya, dari mana Astin mendapat kartu itu?
Dia jelas mengenali kartu itu sebagai sebuah kartu limited edition yang memiliki jumlah terbatas.
Dengan posisi Astin saat ini, tidak mungkin perempuan itu memilikinya!
"Hm,, entahlah, aku hanya melihatnya di atas meja dan mengambilnya. Ternyata ini bisa membeli apapun yang diinginkan," Astin tersenyum polos.
"Kau mengambilnya dari meja? Begitu saja?" Chika kembali bertanya untuk mengkonfirmasi ucapan Astin.
Astin mengangguk polos, "ya," jawab Astin.
"Ohh,," Chika mengangguk sambil melihat Astin mendapatkan kembali kartunya setelah pembayaran selesai diproses.
Dasar perempuan yang bodoh, entah itu kartu siapa, tapi hari ini kau akan mendapat musibah!
"Bagaimana kalau kita berbelanja lagi?" Tanya Chika.
"Baiklah, tunggu aku di depan toko, aku akan memberikan alamatku pada mereka untuk mengantar barang-barang ini," ucap astin yang hendak mencegah kedua perempuan itu mengetahui bahwa dia telah membeli beberapa perhiasan sebelumnya.
Chika dan Naira menganggukkan kepala mereka hingga keluar dari tokoh.
Ketika kedua orang itu sudah pergi, Astin berbalik menata pelayan toko, "Tolong kirimkan semua barang-barangnya ke alamat ini," ucap Chika sambil menulis alamatnya di kertas halaman yang tersedia.
Setelah selesai, Chika pun berbalik menyusul 2 perempuan yang telah lebih dulu keluar dari toko.
"Ayo kita pergi," kata Astin tersenyum.
"Ayo," Chika langsung memeluk lengan kanan Astin dan mengabaikan Naira.
Hal itu membuat Naira sedikit kesal, tetapi mengingat bahwa Chika sedang menjalankan sebuah rencana brilian mereka berdua maka dia memperbaiki suasana hatinya dan berkata, "kalian berbelanja lah bersama, aku masih memiliki sebuah urusan. Sampai bertemu di pesta nanti, jangan lupa datang lebih awal!"
"Baiklah, hati-hati di jalan!" Kata Chika melambaikan tangannya pada Naira.
"Ok,, kalian bersenang-senanglah!" Seru Naira.
Maka sepanjang berada di pusat perbelanjaan, Astin membiarkan Chika terus menuntunnya untuk membeli berbagai barang sampai akhirnya mereka berdua berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing dan mempersiapkan keberangkatan mereka pada pesta malam hari.
Sementara di tempat lain, saat ini asisten Arga duduk di kursi kerjanya Sambil memandangi ponselnya, satu persatu laporan pembelian di pusat perbelanjaan di bawah naungan perusahaannya masuk ke dalam ponselnya.
Dialah yang mengurus kartu kredit milik atasannya sehingga menggunakan ponsel khusus untuk menerima notifikasinya.
Saat serentetan notifikasi terus masuk, asisten itu menggigit Bibir bawahnya ketika mendapati nominal nominal yang telah dibelanjakan oleh Nyonya mudanya.
'Kenapa Nyonya muda belanja begitu banyak? Ini akan membuat Tuan murka, ditambah soal mobil itu, Tuan belum menyuruhku untuk menyelidikinya namun sekarang kartu kredit,,,' sang asisten memijat keningnya, sesaat kemudian Dia memutuskan berdiri dan menghampiri Tuan mudanya.
Tanpa berkata apapun, dia memberikan ponsel pada Tuan mudanya sehingga Arga langsung melihat serentetan pesan notifikasi yang masuk ke ponsel tersebut.
Dia jelas mengerti artinya.
Arga mengeryit, 'dia berbelanja begitu banyak?' Arga merasa heran bahwa selama ini Astin tak pernah menyentuh kartu kredit yang ia berikan, namun tiba-tiba sekarang langsung berbelanja begitu banyak dan membuat tagihan menjadi sangat membengkak.
Meski itu tidak ada apa-apanya untuknya, namun tetap saja hal itu membuatnya sangat kesal karena pengeluaran satu hari Astin sangatlah banyak.
Dia pun menatap asistennya.
"Tuan," ucap sang asisten setelah menghampiri Arga.
"Abaikan saja masalah ini, aku akan melihat seberapa banyak kekacauan yang akan ia buat, ambil semua bukti-buktinya!" Ucap Arga dengan suara yang begitu dingin.
Jika perempuan itu terus membuat kekacauan dan Tuan besar mengetahuinya, maka dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan perceraian dan segera bebas dari perempuan itu.
dasar ular kadot