"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tipuan Arumi Selama Satu Tahun
Yuna mengulas senyum tipis melihat pemandangan menarik yang tersaji tepat di hadapannya. Tidak disangka akan semudah ini menyingkirkan Arumi dan mengamankan posisinya sendiri. Di sana Arumi sedang dipermalukan, diseret, dan diusir keluar dari rumah itu.
"Tolong lepaskan aku. Izinkan aku memeluk anakku satu kali saja!" teriak Arumi sekali lagi.
Tetapi tidak ada yang mendengar atau pun membelanya. Semua yang ada di sana seolah menutup mata dan telinga. Sedangkan Yuna sedang berpuas hati. Sebab batu sandungan terbesar dalam kehidupannya sudah tersingkir.
"Yuna, kenapa Aika menangis terus?" Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Yuna. Dia melirik sang ibu mertua yang sedang berjalan ke arahnya.
"Aku tidak tahu, Bu. Mungkin dia terkejut mendengar teriakan wanita itu," jawabnya, sambil menimang-nimang. Semakin ia berusaha menenangkan, semakin melengking pula tangisan Aika.
"Ya Tuhan, cucuku bisa sakit kalau terus menangis seperti ini. Lakukan sesuatu untuk menenangkannya, Yuna." Ibu Riana tampak sangat khawatir.
"Iya, Bu. Aku sudah berusaha menenangkannya sejak tadi, tapi Aika terus saja menangis."
Yuna tak tahu harus melakukan apa lagi. Menenangkan Aika yang sedang rewel adalah hal mustahil dapat ia lakukan. Sejak awal kedatangannya, bayi kecil itu seperti memusuhi dirinya. Seolah Yuna membawa aura negatif yang menakutkan.
"Aku akan coba memberinya susu dulu."
Baru saja Yuna akan beranjak menuju kamar untuk mencari pengasuh, Rafli sudah hadir di antara mereka.
"Berikan Aika padaku."
Jika biasanya Aika akan tenang setelah digendong daddynya, maka kali ini berbeda. Usaha Rafli untuk menenangkan bayi mungil itu sia-sia. Bahkan Aika menolak minum susu dan terus menangis. Seolah ia ingin menunjukkan keberatan atas perlakuan kasar yang didapatkan mommynya.
Melihat putranya kesulitan menenangkan Aika, Ibu Riana mendekat. Dia mengusap bahu Rafli pelan.
"Rafli, aku rasa Aika merindukan mommynya. Apa tidak sebaiknya kau izinkan Arumi menemui Aika walau sebentar saja?" ucap sang ibu. Ia pelankan suaranya sambil melirik ke arah Yuna demi memastikan menantunya itu tidak mendengar.
"Tidak, Bu! Aku tidak mau anakku disentuh oleh wanita itu," tolak Rafli.
"Tapi bagaimana pun juga Arumi adalah ibu kandungnya. Anak dan ibunya pasti memiliki ikatan batin yang kuat."
Sepasang mata rafli terpejam dengan hela napas panjang. "Apa Ibu sedang berusaha membela Arumi?"
"Bukan begitu. Ibu tahu perbuatan Arumi memang salah karena sudah menipu kita semua. Tapi, selama mengenalnya satu tahun ini, ibu rasa dia tidak sejahat itu."
"Yang namanya orang jahat bisa berpura-pura baik, Bu. Iblis saja bisa menyamar menjadi malaikat. Jadi, jangan beri dia celah untuk masuk ke rumah ini lagi!"
Wanita paruh baya itu bungkam seketika. Sejak Arumi masuk ke rumah keluarga Alvaro sebagai Yuna, Ibu Riana memang cukup dekat dengannya dan kerap menghabiskan waktu bersama. Sebagai seorang ibu, ia paham bahwa Rafli sangat terpukul atas perbuatan Arumi.
"Baiklah, kalau menurutmu itu yang terbaik untukmu dan Aika."
Akhirnya, Rafli memilih membawanya ke kamar bayi. Di sana ia duduk setengah berbaring di sofa dan merebahkan Aika di dadanya.
"Hey, Sayang. Apa kamu marah karena daddy sudah mengusir mommy pergi?"
Rafli menarik napas dalam. Bukan hal mudah baginya menerima kenyataan pahit bahwa dirinya telah ditipu mentah-mentah oleh Arumi selama satu tahun. Terseret ke dalam pusaran dosa hubungan tidak sah, sampai menghadirkan Aika di antara mereka.
"Maafkan Daddy, Nak. Daddy juga tidak mau semuanya berakhir seperti ini."
Ia mendekap Aika di dadanya, mengusap punggungnya dengan lembut. Tak dapat dipungkiri oleh Rafli bahwa cinta untuk Arumi masih utuh dan tidak berkurang sedikit pun. Meskipun kebencian di hatinya terasa mengakar semakin dalam.
Kehadiran Yuna yang merupakan istri sah dan memiliki kemiripan sempurna dengan Arumi sama sekali tidak berarti bagi Rafli. Semuanya terasa hambar dan berbeda.
"Mulai sekarang kita akan sama-sama belajar hidup tanpanya. Dia bukan mommy yang baik untukmu. Karena dia sudah menipu kita selama ini."
Tiba-tiba sepasang mata coklat itu dipenuhi kristal bening. Seiring dengan tangisan Aika yang perlahan reda.
...***...