Mendapati keponakannya yang bernama Sisi divonis leukemia dan butuh donor sumsum tulang, Vani membulatkan tekad membawanya ke Jakarta untuk mencari ayah kandungnya.
Rani, ibu Sisi itu meninggal karena depresi, tanpa memberitahu siapa ayah dari anak itu.
Vani bekerja di tempat mantan majikan Rani untuk menguak siapa ayah kandung Sisi.
Dilan, anak majikannya itu diduga Vani sebagai ayah kandung Sisi. Dia menemukan foto pria itu dibuku diary Rani. Benarkah Dilan adalah ayah kandung Sisi? Ataukah orang lain karena ada 3 pria yang tinggal dirumah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA AYAH KANDUNG SISI
Setelah semalaman tidur dirumah sakit, pagi ini Dilan membawa Vani ke apartemennya. Ada Fatma dirumah sakit yang menjaga Sisi, jadi mereka bisa pergi sebentar.
"Tinggalah disini." Dilan membawa tas yang berisi barang-barang Vani dan Sisi masuk kedalam apartemen. Sementara Vani yang berjalan dibelakanganya, memperhatikan setiap sudut apartemen tersebut.
"Apartemen ini milik siapa?"
"Milikku. Aku membelinya sekitar setahun yang lalu. Tinggalah disini bersama Sisi." Dilan menunjukkan setiap ruangan pada Vani. Mempersilakan wanita itu memakai kamar manapun yang dia mau. Ada 2 kamar disana. "Kulkasnya masih kosong, karena sudah lama tidak ditinggali. Pernah ada yang sewa dulu, tapi hanya 2 bulan saja." Meski ada kulkas dan kompor didapur, tapi tak ada peralatan masak disana.
Vani membawa masuk barang-barangnya kedalam kamar lalu menyusunnya di almari. Sementara Dilan, dia terus terusan menguap karena semalam sama sekali tak bisa tidur. Dia kepikiran Mamanya. Apa yang sebenarnya Mamanya lakukan pada Rani.
"Mas Dilan sepertinya ngantuk banget, mending tidur dulu saja. Nanti aku bangunkan kalau sudah siang." Dilan sudah janji pada Sisi jika siang ini, akan kembali kerumah sakit.
"Aku temani kamu belanja saja. Beli barang-barang yang kamu butuhkan. Sisini gak ada apa-apa."
Vani langsung menggeleng. "Istirahatlah dulu."
"Baiklah." Dilan keluar dari kamar Vani. Masuk kekamar sebelah lalu tidur.
Setelah menyusun semua barang-barangnya, Vani membersihkan apartemen yang sedikit kotor karena lama tidak ditinggali tersebut. Dia juga memesan makanan untuk Dilan lalu menyiapkannya diatas meja makan. Meletakkan sebuah kertas bertuliskan pesan jika dia harus ke stasiun untuk menjemput kedua orang tuanya.
Tangis Bu Mia langsung pecah dalam pelukan Vani saat mereka bertemu di stasiun. Kata Bapak, sejak semalam hingga masuk kedalam kereta tadi pagi, istrinya tak berhenti menangis. Dia terus mengkhawatirkan Sisi. Takut cucunya itu ikut pergi seperti Rani.
"Sisi akan baik-baik saja Bu, tenanglah." Vani menepuk-nepuk punggung ibunya agar lebih tenang.
"Sekarang, Sisi sama siapa di rumah sakit?" tanya Pak Cholis.
"Ada yang jagain kok, Pak. Bapak dan Ibu gak usah terlalu khawatir." Setelah berbincang sebentar, mereka langsung naik taksi menuju rumah sakit tempat Sisi dirawat.
Sesampainya disana, Bu Mia dan Pak Cholis mengerutkan kening melihat seorang pria tengah bercanda dengan Sisi. Keduanya tampak sangat dekat. Tak hanya itu, ruangan tempat Sisi dirawat tak seperti bayangan mereka, ini sangat bagus. Mungkinkah asuransi kesehatan gratis dari pemerintah, memberikan fasilitas kamar sebagus ini?
"Nenek," seru Sisi melihat nenek dan kakeknya datang.
"Sisi," Bi Mia langsung menghambur kearah bocah kecil itu lalu memeluknya. "Nenek kangen banget sama Sisi." Lagi-lagi, Bu Mia menangis.
Pak Cholis dan Vani juga ikut mendekati ranjang Sisi. Dilan salah tingkah melihat kedua orang tua Vani datang. Bingung harus menyapa seperti apa, dia memilih meraih tangan Pak Cholis lalu menciumnya.
"Kamu siapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Pak Cholis, Dilan malah menatap Vani.
"Saya.. Saya Dilan." Ada perasaan takut dihati Dilan. Takut jika kedua orang tua Rani itu akan membencinya saat tahu dia yang telah membuat Rani hamil.
"Dilan, siapa? Teman kamu Van?" Pak Cholis menoleh kearah Vani yang berdiri disebelahnya.
"Nenek, Kakek. Ini Daddynya Sisi." Dengan sangat bersemangat, Sisi mengenalkan Dilan.
Sebenarnya, sejak kemarin Pak Cholis sangat penasaran dengan seseorang yang dipanggil daddy oleh cucunya itu.
"Daddy selalu disini selama Sisi di rumah sakit. Malampun, Daddy bobok disini bareng Sisi. Pokoknya gak pernah pulang, selalu nemenin Sisi."
Pak Cholis dan Bu Mia mengerutkan kening mendengar penjelasan Sisi. Jika tak ada hubungan apa-apa, kenapa pria itu mau menemani Sisi terus?
"Dia siapa, Van?" Pak Cholis kembali bertanya.
Tak mau Sisi mendengar dan membuatnya bingung, Vani menarik tangan Bapaknya sedikit menjauh dari brankar.
"Dia ayah kandungnya Sisi." Pak Cholis langsung syok mendengar itu. Jadi pria dihadapannya itulah yang telah menghancurkan kehidupan Rani. Pria itulah yang telah membuat Raninya depresi sampai meninggal.
mereka hrs menuai apa yg mereka tanam
tanpa tau kejelasan yg sesungguhnya ny.
kasihan Rani jd depresi gara2 ulah Ret o.
bersiap lah. karma menantiu Retno
kang Dilan..
Retno... apa yg kau tanam itu lah yg kau tuai
hanya Autor lah yg tau..
di biarin takot kena salahin di tolong takot si Dilan nyari kesempatan