Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.
Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.
Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.
"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"
Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.
Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.
Salam sayang dari Reinata Ramadani
Ig : Chi Chi Rein
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bawa Mereka Menemui Mama
°°°~Happy Reading~°°°
Riuh memenuhi seisi lobi perusahaan, bisik-bisik halus mulai berdengung di antara karyawan yang baru saja selesai menyantap makan siangnya. Curian pandang kian membabi buta, saat sepasang suami istri itu mulai melenggang membelah lobi dengan penuh keromantisan.
Mereka tak lain adalah mama Clara dan tuan Edgard, pasangan yang tak lagi muda itu selalu saja sukses mengambil semua perhatian. Iri dengki yang menyelami manik mata para pencuri pandang itu, seolah menegaskan bahwa kisah cinta diantara keduanya begitu memikat di antara peliknya kehidupan.
Keduanya tampak acuh saja mendapati dirinya menjadi pusat perhatian, mereka tetap fokus dengan langkahnya, langkah yang terlihat begitu terburu dan penuh ketergesaan.
Pintu lift mulai terbuka, sampailah mereka di lantai teratas gedung pencakar langit itu, lantai 73, lantai dimana menyimpan sosok pemimpin besar, sang pemilik tahta Dalmazio Corporation, Marvell Dalmazio De Enzo.
Mama Clara membuka pintu ruangan Marvell tanpa permisi, sikap dinginnya kini bercampur dengan emosi yang kian membumbung pekat dalam dirinya, tak ia hiraukan seruan-seruan sekretaris Marvell ataupun Willy yang menyapa menyambutnya. Ia tak sabar ingin menghajar anak kurang ajar itu.
" Kalian sudah kembali? Kenapa tidak menghubungi... " Marvell yang menyadari kedatangan kedua orang tuanya itu langsung menepi dari pekerjaannya, beranjak dari duduknya, ia melenggang ke arah sofa yang biasa ia gunakan untuk menerima tamu.
" Dimana cucu mama!!! " Tanpa babibu, mama Clara langsung pada pokok pembicaan nya, ia sudah terlalu lelah untuk sekedar say hallo atau apapun itu, ia ingin sesegera mungkin meluapkan seluruh emosi yang kini telah mengendap dalam hatinya.
" Masih tentang itu? Ayolah mam... Mereka membohongi kita, faktanya tidak terjadi apapun dengan anak itu " Sahut Marvell santai seolah tanpa beban.
" Di mana cucu-cucu mama Marvell!!! " Sentak mama Clara, ia masih Keukeh dengan pertanyaannya, ia sudah cukup bersabar dengan putranya itu. Kini ia harus tegas, putranya itu bukan lagi anak kecil yang harus di manja dan selalu di turuti kemauannya.
" Stop mama berkata mereka cucu mama!!! " sahut Marvell dengan suara menggelegar, emosinya kian menjadi-jadi, belum reda rasa kecewanya karena di bohongi, kini mama nya datang hanya untuk mencari keberadaan cucu khayalannya itu.
" Jaga bicaramu Vell!!! Dia mama mu... " Tegas tuan Edgard, ia sudah tak mampu menahan mulutnya yang gatal karena ucapan kasar putranya itu.
Marvell menghela nafasnya dalam-dalam, berusaha menguraikan semua emosi yang kian membludak dalam diri nya.
" Mam... Sudah ku katakan mereka bukan anak Marvell, mereka menipu kita mam... " Ujar Marvell, kali ini ia berusaha menekan emosinya.
" Lalu apa ini Vell, katakan sama mama... " Sentak mama Clara sembari menghempaskan secarik kertas di tangannya.
Marvell menyambar kertas yang di sodorkan mama Clara, membacanya sebentar, ia cukup tahu bahwa kertas itu adalah kertas bukti tes DNA.
" Jadi wanita itu mendatangi mama dan memberi mama ini... Lalu merayu mama dengan bualan-bualan menjijikkan nya? "
" Cukup Vell!!! Jangan menghinanya lagi, mama dapatkan itu dari dokter Richard, apa kamu sudah puas? "
" Apa dokter itu sudah terlalu miskin sampai menerima sogokan dari wanita rendahan itu, hahh... "
Brakkk...
Emosi mama Clara membuncah, di gebrak nya meja itu dengan tangannya, tak terasa panas, karena tubuhnya sendiri sudah terbakar oleh emosi yang kian membakar jiwanya.
"Cukup Vell!!! Mama benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi dengan mu. Mama mendidik mu bukan untuk menjadi laki-laki brengsek seperti ini, tapi kenyataannya.. "
" Ahhh.... "
Tiba-tiba saja mama Clara mengernyit sakit, di remas nya dada kanan bagian atasnya, ia merasakan sesak yang teramat, jantung nya terasa di pilin hingga di remas-remas, sakit bukan main. Membuat tuan Edgard seketika panik bukan main.
" Ma... Are you ok " Sahut tuan Edgard seraya menahan tubuh mama Clara yang mulai limbung, di tepuk-tepuk nya bahu mama Clara agar istrinya itu tetap tersadar.
" Ssst... Sakit pa...ahk... " Rintih nya masih memegangi bagian atas dadanya, tempat dimana jantung nya kini bersarang.
" Kita ke rumah sakit sekarang juga... " Sahut tuan Edgard.
Wajah Marvell memucat, apakah ia akan kembali menjadi penyebab sang mama dalam bahaya? Apakah karena ia mamanya itu kembali berada dalam jurang kematian? Aakah karena ia mama nya itu akan... Ahhh...
Tak bisa ia bayangkan jika ia harus kehilangan mama tercintanya itu. Jangan sampai. Jangan sampai ia kehilangan wanita paling istimewa dalam hidupnya itu.
🍁🍁🍁
Tuan Edgard dan Marvell menunggu di luar ruangan dengan harap-harap cemas, Marvell hanya terduduk lesu di kursi tunggu, sedang tuan Edgard sudah tak bisa berdiam diri, ia mondar-mandir seolah ingin menghempaskan semua rasa khawatirnya, kakinya begitu gatal ingin sekali menembus pintu kaca itu agar bisa menemani sang istri dalam perjuangan hidupnya.
" Apa yang sebenarnya terjadi Vell... " Tuan Edgard yang selalu cuek itu kini tak mampu lagi membendung rasa penasarannya.
" Entahlah... " Marvell membuang nafasnya kasar.
" Entahlah? Kau telah menghamili anak gadis orang dan dengan gampangnya kau berkata entahlah? " Tuan Edgard berkacak pinggang, ia jadi ikutan emosi seperti istrinya tadi.
" Aku lupa kejadian waktu itu pa...jadi aku akan mencari kebenarannya terlebih dulu... "
" Kebenaran apa lagi hah... Apa tidak cukup dengan bukti tes DNA itu? Apa kau meragukan kesetiaan Richard pada keluarga kita? "
Belum sempat Marvell mengeluarkan pendapatnya, pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok dokter Richard yang baru saja selesai menangani mama Clara.
" Apa yang terjadi dengan istriku? " Tanya tuan Edgard tak sabar, ia khawatir dengan keadaan istri yang sangat di cintainya itu.
" Tidak ada hal serius tuan, hanya karena kelelahan dan perasaan yang sedikit tertekan, tolong untuk beberapa hari ini jangan membuat nyonya merasa tertekan. Kesehatan nyonya akan kembali pulih setelah di rawat beberapa hari "
Kedua manusia berbeda generasi itu akhirnya memasuki ruangan mama Clara, menampilkan ruangan mewah bernuansa putih dengan ornamen-ornamen bergaya Eropa.
Tampak mama Clara yang telah membuka matanya sayu, tatapan matanya kosong, menatap keluar jendela yang menampilkan pemandangan kota dari ketinggian.
" Are you oke? " Sahut tuan Edgard, di usapnya pucuk kepala istrinya, jujur, ada rasa khawatir saat melihat istrinya itu tiba-tiba saja ambruk.
Mama Clara hanya mengangguk, ia terlalu malas untuk sekedar berbincang hal yang tidak penting menurut nya.
" Mom... Forgive me, I didn't mean to make you sick like this again... ( Mam..., Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuat mama sakit seperti ini lagi... " sahut Marvell dengan penuh penyesalan, di genggamnya tangan yang sedikit berkeriput itu dengan erat, ia tak akan ikhlas jika harus melepaskan tangan itu begitu saja.
" Bisakah kamu melakukan satu hal ini untuk mama? " Sahut mama Clara dengan suara yang begitu lemah, tatapannya sayu menatap pada sang putra.
" Hmmm... tell me what you want, mom " ( Hmmm... katakan padaku apa yang mama inginkan)
" Carilah cucu mama... Cari mereka... Dan bawa menemui mama... " Sahut mama Clara dengan penuh pengharapan.
" Hmmm... " Marvell hanya berdeham lalu mengangguk, menerima permintaan mama Clara dengan setengah hatinya.
" Jangan pernah kamu melihat segala sesuatu dari satu sisinya saja, kamu hanya tidak tahu bagaimana wanita itu begitu tersiksa saat harus menerima kenyataan pahit itu, terlebih harus mengandung dan merawat anak-anakmu itu seorang diri. Mama tahu itu tidak mudah untuknya, jadi, jangan sakiti dia lagi, sudah cukup dia terluka karenamu... "
Marvell kembali mengangguk, sebelum akhirnya berbalik, ia harus kembali ke kantornya dan menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menggunung.
" Pertanggung jawabkan semua perbuatanmu Vell, papa mendidikmu bukan untuk menjadi laki-laki brengsek, Carilah mereka... " Sahut tuan Edgard sembari menepuk bahu Marvell, memberi kekuatan di tengah tanggung jawab yang kini harus di pikul sendiri oleh sang putra.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Jangan lupa like, vote dan hadiah nya
Yuhhuu
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕