Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.
Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.
Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.
*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa
"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma
(Follow ig : desh_puspita)
------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - With Beautiful Girl
"Fotoin."
Cakra terlalu jauh berpikir, dia mengira Ameera akan meminta sesuatu yang akan membuatnya terpaku, ternyata minta foto. Agaknya, Cakra berharap terlalu jauh tentang permintaan Ameera sore ini.
"Cakra ...."
"Hm? Bisa, gampang kalau begini doang mah."
Usai beberapa saat terpaku, Cakra berusaha mengendalikan dirinya secepat mungkin. Jika hanya menjadi fotografer dadakan jelas saja Cakra bisa, hal itu sangatlah mudah dan sejak dahulu dia memang suka mengabadikan berbagai objek dalam kenangan, dan sore ini Ameera yang menjadi objeknya.
Sudah tentu tidak perlu diminta harus bagaimana, Ameera adalah jagonya. Siapapun tahu bahwa dia juga cukup lama berkecimpung di dunia modeling, jelas saja tidak akan mati gaya.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapat beberapa foto dengan hasil yang memuaskan dan layak untuk dipamerkan, bahkan sang fotografer dadakannya tampak bingung kala Ameera mengatakan cukup dan kini perlahan mendekat ke arahnya.
"Yakin sudah?" tanya Cakra mengerutkan dahi, menurut sepengetahuannya wanita agak sedikit ribet dan banyak mau jika berkaitan tentang foto, tapi Ameera tidak begitu.
Ameera mengangguk dan mempertegas jika memang benar yakin dengan jawabannya. "Coba lihat hasilnya?"
Begitu dekat jarak mereka, Ameera yang hanya sebatas pundak Cakra membuat mereka terlihat lucu, terlebih lagi kala Ameera harus berjinjit sebelum Cakra menunduk demi memudahkan perjuangan Ameera.
"Cantik," jawab Cakra kemudian.
"Benar, belum pernah aku temukan senja di Jakarta seindah sore ini ... apa mungkin aku melewatkannya ya?"
Kata cantik yang Cakra utarakan agaknya berbeda makna dengan yang Ameera maksud. Bagi Cakra, kata itu hanya tertuju untuk Ameera, berbeda dengan Ameera yang tiada habisnya mengagumi senja sore ini.
"Lagi dong, tapi foto berdua." Ameera mendongak, sejenak tatapan mereka terkunci hingga keduanya semakin tidak baik-baik saja.
"Boleh."
Begitu mendengar kata boleh, Ameera menghabiskan banyak waktu untuk mengabadikan kenangan mereka. Layaknya pasangan lain yang saling mencintai, mereka mengekspresikan perasaan lewat foto tersebut dengan tujuan semua percaya jika hubungan mereka bukan sandiwara.
"Kurang manyun, yang ikhlas, Cakra jangan tertekan begitu mukanya."
"Apa iya harus begitu? Pegal bibirku, Meera."
"Sekali lagi, mau kuposting, Cakra ayolah." Ameera mengeluarkan jurus andalannya, merayu dengan suara lembut dan mata yang mengerjap pelan di sana.
Sesuai dugaan, hal itu berhasil dan Cakra menurut. Keduanya benar-benar terlihat manis hanya dengan sebuah foto, foto yang akan Ameera gunakan sebagai bahan bakar untuk membakar Julio hingga ke otaknya.
Tindakan Ameera sama sekali tidak Cakra permasalahkan, toh memang begitu awal perjanjian mereka. Namun, melihat keterangan yang Ameera sematkan di foto mereka berdua membuat Cakra tanpa sadar mulai besar kepala.
- Tiada yang lebih indah, selain memandang kemilau senja bersama jiwa yang kau cinta ... terima kasih untuk hari ini, Cakra -
"I love you-nya mana? Kok cuma begitu?" protes Cakra lantaran merasa ada yang kurang ketika dia membacanya.
"Memang harus ada? Berlebihan nanti kalau ditambah begitu," celetuk Ameera kemudian menghela napas kasar. Sudah telanjur diunggah, bahkan Penggemarnya mulai meramaikan kolom komentar, Ameera malas jika harus mengubah caption-nya.
"Biasanya sih begitu, aku lihat postingan Jovan dan Alan kalau post foto berdua sama pacarnya pasti begitu."
"Hm, kalau gitu kamu saja yang posting gimana? Biar adil, nanti aku repost siapa tahu followers-mu melejit jadi 1 juta." Ameera melontarkan ide brilian yang membuat Cakra tertawa sumbang.
Sedikit saja Cakra tidak butuh kepopuleran, andai benar dia menuruti kemauan Ameera semua murni sebatas itu saja, tidak berharap hal lainnya. "Harus?"
"Haruslah, kamu tahu tidak? Bahagiain cewek tu sederhana, tidak harus pakai harta, tapi diposting sama pacar tu bahagianya luar biasa."
Entah dalam keadaan sadar atau tidak, tapi cara Ameera bicara agaknya mulai terkesan berbeda. Cakra dapat memahaminya, setelah Ameera berucap demikian tanpa pikir panjang pria itu mengikuti kemauan Ameera.
- Beautiful Sky with beautiful girl ... I love you, Ameera -
"Hihi gitu dong, kan orang tahu kalau kamu ada yang punya," ucap Ameera dengan wajah yang bersemu merah lantaran masih dibuat porak-poranda setelah melihat keterangan di foto yang Cakra unggah.
"Ck, tapi kok fotonya banyakan aku sendiri? Kenapa yang berdua cuma satu?"
Cakra tertawa sumbang, baru juga terlihat puas, Ameera kembali mengeluh juga kala melihat foto berikutnya. Fakta bahwa Ameera tetap wanita biasa tidak bisa Cakra bantah, dia tetap si banyak mau dan protes dengan wajah cemberutnya.
"Katanya bahagia kalau diposting pacar, aku ikuti kata-kata kamu padahal," tutur Cakra dengan senyum teduhnya, sedikit pun dia tidak merasa Ameera menyebalkan walau bagi pria lain sudah pasti iya.
.
.
"Pulang yuk, sudah mulai gelap ... kita lumayan jauh, Ra."
"Apa tidak bisa nanti sa_"
"No, pulang sekarang," tegas Cakra tidak lagi memberikan kelonggaran walau Ameera masih terlihat begitu betah.
"Ya sudah iya!! Besok-besok ke sini lagi tapi ya?"
"Hm, besok kita pergi lagi, sekarang pulang dulu," ucap Cakra begitu lembut seraya memasangkan helm Ameera. Dia bukan tidak suka berdua bersama wanita itu, tapi yang dia takutkan Ameera justru menjadi sasaran amarah orang tuanya.
Sayang, niat baik Cakra agaknya tidak direstui semesta. Dalam keadaan terdesak, motornya mendadak tidak bisa dihidupkan walau sudah dicoba berkali-kali. Kesal sekali Cakra rasanya, jika tahu bahwa motor butut ini akan membuat malu, agaknya dia lebih baik menerima tawaran Jovan untuk meminjam motornya.
"Kenapa? Habis bensin ya?"
"Bukan," jawab Cakra menghela napas kasar, dia tahu penyakit motornya dan jika sudah kambuh maka hanya bengkel jalan pintasnya.
"Aku beliin baru mau?" Semudah itu Ameera bertanya, dia bukan menyarankan Cakra membeli dengan uang pribadi, tapi memberikan penawaran dan jelas dia yang akan tanggung jawab.
"Tidak usah, uangku masih cukup buat beli motor," jawab Cakra kemudian.
Sejak awal dia menerima uang itu sebenarnya sudah terpikirkan untuk membeli motor baru. Namun, mengingat hutang mendiang ayahnya tersebar dimana-mana terpaksa dia mendahulukan hal itu lebih dahulu.
Sialnya, ayah Cakra berurusan dengan renternir dan jelas berbunga hingga membuat 1 Milyar yang Cakra terima hanya menyisakan sedikit, tidak sampai dua ratus juta. Sisa uang tersebut akan dia gunakan untuk modal usaha nantinya, karena itu Cakra masih berpikir dua kali walau ingin memiliki kuda besi itu.
"Jangan dipakai, tabung saja buat yang lain ... lanjut kuliah atau sebagainya," timpal Ameera kemudian, seketika Cakra mendongak dan menatap Ameera yang berdiri tidak jauh darinya.
Beberapa saat dia terdiam, hingga kini bernapas lega kala motornya kembali bisa diajak kerja sama. "Hidup, 'kan? Ayo naik," ajak Cakra dan memutus pembicaraan tentang motor baru yang Ameera katakan.
Terpaksa, mau tidak mau Ameera harus tunduk. Bukan hanya tatapan Cakra yang membuat hatinya lemah, tapi hari kian petang juga menjadi pertimbangan Ameera.
"Cakra."
"Kenapa, Ra?"
"Jalannya pelan-pelan, dingin." Belum juga setengah perjalanan, Ameera sudah mengeluh.
"Dingin?"
Detik itu Ameera bicara, detik itu juga Cakra berhenti dan turun dari motornya hingga membuat Ameera ketar-ketir lantaran bingung apa yang akan pria itu lakukan padanya.
"Please jangan peluk, aku bisa gila, Cakra!!"
.
.
- To Be Continued -
Hai ... Senin pertama di Cakra, hayu lempar votenya dan dukung dua gulali ini bertabur bunga🥀🤗 Terima kasih