NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:487
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penuh magis

Hiroshi berdiri di luar rumah kecil Lira, tatapannya terpaku pada pemandangan pegunungan yang indah saat matahari terbenam.

Pemandangan ini kontras tajam dengan medan perang yang penuh darah dan kehancuran yang ia tinggalkan. Di dalam rumah, Lira sedang sibuk menyiapkan ruang tidur untuk Hiroshi, meskipun komunikasi mereka terbatas.

Setelah makan malam, Lira membawa Hiroshi ke ruang belakang rumahnya yang berfungsi sebagai tempat kerja.

Dia menunjukkan beberapa benda dan alat yang tampak sederhana namun menarik. Hiroshi mengamati dengan penuh rasa ingin tahu.

Lira mendekati meja kecil di sudut ruangan, lalu mengangkat sebuah batu kecil yang bersinar lembut. Dia memusatkan perhatian pada batu tersebut, mengulurkan tangan dan mulai bergerak perlahan.

Hiroshi terkejut melihat batu itu mulai melayang di udara, berputar-putar dengan gerakan lembut seolah-olah dikendalikan oleh kekuatan tak terlihat.

Hiroshi menatap dengan mata terbuka lebar.

“Apa... ini?”

tanyanya, kebingungannya jelas. Dia mencoba memahami apa yang baru saja dia lihat, matanya mengikuti setiap gerakan batu yang melayang.

Lira menatap Hiroshi dengan tatapan penuh perhatian, seolah-olah ingin memastikan bahwa Hiroshi mengerti.

Dia kemudian menggerakkan tangan lagi, membuat batu itu berhenti melayang dan kembali ke meja dengan lembut.

Hiroshi menghela napas, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Sihir... jadi ini benar-benar sihir?” Dia tampak tidak percaya, mencoba mencari penjelasan logis untuk fenomena yang baru saja dia saksikan.

Lira mengangguk, tersenyum dengan lembut. “Hai,” katanya, meskipun Hiroshi tidak mengerti bahasanya. Dia menunjukkan gerakan tangan yang sama, mencoba menjelaskan bahwa apa yang dia lakukan adalah bentuk sihir yang mengendalikan benda.

Hiroshi merasa bingung dan sedikit marah karena ketidakmampuannya untuk memahami sepenuhnya.

Dia mencoba menjelaskan kekagumannya dengan cara yang sederhana.

“Aku... tidak percaya. Di dunia aku, ini tidak mungkin. Bagaimana kau bisa melakukan itu?”

Lira mengangkat bahu dan tersenyum, tampak senang melihat Hiroshi menunjukkan rasa ingin tahu. Dia mengambil beberapa alat dari meja dan menunjukkan bagaimana sihir terintegrasi dengan teknologi.

“Ini... teknologi dan sihir,” jelasnya dengan gerakan tangan yang lembut.

Hiroshi mengamati alat-alat tersebut dengan seksama, mulai menyadari bahwa sihir dan teknologi di dunia ini saling bergantung satu sama lain.

Meskipun dia belum sepenuhnya mengerti bagaimana semuanya bekerja, dia merasakan betapa pentingnya pengetahuan ini untuk bertahan hidup di dunia yang asing ini.

“Aku harus belajar lebih banyak,” ujar Hiroshi sambil mengangguk, merasa semakin terlibat.

“Mungkin ada cara untuk menggunakan pengetahuanku tentang strategi militer dengan sihir ini.”

Lira tampak senang dengan semangat Hiroshi. Dia menunjukkan beberapa buku tua dan alat-alat lain, mencoba membantu Hiroshi memahami lebih banyak.

Mereka menghabiskan waktu bersama, mencoba memahami berbagai teknik sihir dan teknologi..

Hiroshi duduk di meja kerja di ruang belakang rumah Lira, dikelilingi oleh alat-alat dan buku-buku tua yang menunjukkan bagaimana sihir dan teknologi digabungkan.

Hari-hari berlalu dengan cepat saat dia terus belajar tentang dunia baru ini. Meskipun bahasa tetap menjadi penghalang, dia dan Lira telah mengembangkan sistem komunikasi non-verbal yang efektif.

Di luar rumah, penduduk desa beraktivitas seperti biasa. Hiroshi sering terlihat bersama Lira, yang mengajarinya berbagai teknik sihir dan penggunaan alat-alat magis.

Mereka menghabiskan waktu mengembangkan alat baru yang memanfaatkan pengetahuan Hiroshi tentang strategi dan sihir.

Suatu pagi, Lira mengajak Hiroshi ke kebun sihirnya. Di sana, Hiroshi melihat berbagai tanaman magis yang memiliki efek khusus.

Lira mulai mengajarinya bagaimana cara memanfaatkan tanaman-tanaman tersebut untuk membuat ramuan atau memperkuat alat sihir.

“Hiroshi,” Lira menunjukkan sebuah tanaman dengan daun biru cerah,

“ini adalah Raspberry of Wisdom. Daunnya bisa meningkatkan kemampuan berpikir.”

Hiroshi memeriksa tanaman tersebut, lalu memetik beberapa daun dengan hati-hati. Dia menggiling daun tersebut menjadi bubuk dan menambahkannya ke dalam sebuah ramuan yang sedang dia buat.

“Ini sangat menarik,” katanya, meskipun Lira tidak bisa memahami kata-katanya.

Selama minggu-minggu berikutnya, Hiroshi mulai merasakan kemajuan yang signifikan dalam kemampuannya.

Dia berhasil menggabungkan sihir dengan teknologi untuk membuat alat yang bisa mempercepat proses produksi ramuan dan mempermudah pelatihan sihir.

Pada suatu hari, saat Hiroshi dan Lira sedang berlatih di luar, mereka mendengar suara teriakan dari desa. Mereka berlari menuju sumber suara dan menemukan sebuah kelompok penjahat yang merusak rumah-rumah dan menyerang penduduk desa.

“Tidak!” teriak Hiroshi, berlari ke arah para penjahat. Dia menggunakan katana tradisionalnya dengan keahlian tinggi, memotong beberapa musuh yang mencoba menyerang.

Lira dengan cepat menggunakan sihir untuk melindungi penduduk desa, menciptakan perisai energi yang menghalangi serangan musuh.

“Lira, kau bisa menangani ini?” teriak Hiroshi sambil mengalahkan salah satu penjahat dengan serangan cepat.

Lira mengangguk, dan mereka berdua bekerja sama untuk mengusir penjahat dari desa. Meskipun mereka tidak bisa berkomunikasi dengan kata-kata, mereka saling memahami dan berkoordinasi dengan baik.

Setelah pertempuran berakhir, penduduk desa berterima kasih kepada Hiroshi dan Lira. Hiroshi merasakan rasa terima kasih dan penghargaan dari mereka, tetapi juga merasa terbebani dengan tanggung jawab yang harus dihadapinya.

Di malam hari, setelah pertempuran, Hiroshi dan Lira duduk di luar rumah, di bawah sinar bulan.

Hiroshi terlihat cemas.

“Aku... merasa kita masih belum aman. Penjahat itu pasti akan kembali lagi,” katanya, melirik ke arah Lira.

Lira menyentuh bahunya, memberikan dorongan moral. Dia kemudian menunjukkan kepada Hiroshi beberapa rencana pertahanan yang telah dia buat dengan bantuan sihir.

“Kita harus lebih siap,” katanya dengan gerakan tangan yang menjelaskan strategi pertahanan.

Hiroshi mengangguk, merasa terinspirasi oleh tekad dan dedikasi Lira.

“Aku akan membantu sekuat tenaga. Kita harus memastikan desa ini aman.”

Mereka mulai merancang rencana pertahanan yang lebih baik untuk desa, menggabungkan teknologi dan sihir untuk menciptakan perlindungan yang kuat.

Hiroshi merasa semakin terhubung dengan penduduk desa dan dengan Lira, tetapi dia juga merasakan tekanan yang besar untuk memastikan keselamatan mereka semua..

Keesokan harinya Hiroshi berjalan menyusuri jalan setapak yang berkelok di desa. Pagi itu, udara segar dan aroma tanah basah mengisi paru-parunya, memberikan rasa kedamaian yang jarang ia rasakan setelah pertempuran.

Dia mengamati dengan seksama aktivitas sehari-hari penduduk desa yang sibuk.

Di salah satu sudut desa, Hiroshi melihat beberapa penduduk sedang bekerja di ladang. Mereka menggunakan sihir untuk mempermudah pekerjaan mereka.

Seorang petani mengangkat tangan, dan tanah di ladangnya mulai mengolah sendiri, bercampur dengan pupuk yang disebarkan secara otomatis. Hiroshi tertegun melihat bagaimana sihir bisa memudahkan pekerjaan yang biasanya memerlukan tenaga dan waktu yang banyak.

“Waahh...” Hiroshi bergumam, meskipun tidak ada yang mendengarnya.

Di area lain, Hiroshi melihat seorang wanita tua yang menggunakan sihir untuk merapikan barang-barang di rumahnya.

Dengan gerakan tangan yang lembut, barang-barang yang berserakan kembali ke tempatnya dengan sendirinya. Hiroshi merasa kekaguman dan sekaligus ketidakmampuan karena dia sendiri tidak bisa menggunakan sihir.

Hiroshi melanjutkan perjalanannya hingga tiba di sebuah rumah yang memiliki kebun bunga.

Seorang pria muda sedang memelihara tanaman dengan sihir, membuat bunga-bunga tumbuh lebih cepat dan lebih sehat dengan menyiramnya menggunakan sihir.

Hiroshi mendekati dan memperhatikan dengan seksama, berharap bisa memahami lebih jauh tentang cara kerja sihir ini.

Ketika Hiroshi berkeliling, dia mencoba bertanya kepada beberapa penduduk tentang aktivitas yang mereka lakukan.

Namun, mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik karena perbedaan bahasa. Hiroshi menggunakan bahasa tubuh dan isyarat, berusaha keras untuk memahami.

Hiroshi berhenti di dekat seorang wanita yang sedang merawat kebun kecilnya. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia mencoba berbicara.

“Bagaimana caramu melakukan itu?” tanyanya, menunjuk ke arah bunga yang tumbuh subur.

Wanita itu menatap Hiroshi dengan bingung, lalu mengangkat bahu.

“Maaf, tidak mengerti,” katanya dalam bahasa yang tidak dikenal Hiroshi.

Hiroshi menghela napas dan mencoba cara lain. Dia meniru gerakan tangan yang digunakan wanita itu saat menyirami tanaman, berharap ini bisa membantu komunikasi.

Wanita itu tertawa kecil, mengerti maksud Hiroshi meski dia tidak bisa berbahasa Jepang.

“Sihir. Menggunakan tangan untuk mengendalikan tanaman,” jawabnya, sekali lagi dengan bahasa yang tidak dipahami Hiroshi.

Hiroshi mengangguk, meskipun dia tidak mengerti sepenuhnya. Dia melanjutkan perjalanannya ke pusat desa dan melihat lebih banyak aktivitas yang melibatkan sihir.

Keberagaman penggunaan sihir di sini menambah rasa keterasingan Hiroshi terhadap dunia baru ini.

Saat siang menjelang sore, Hiroshi kembali ke rumah Lira dengan pikiran yang penuh. Dia merenungkan bagaimana sihir memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari penduduk desa, dan betapa besar ketidakmampuannya untuk menggunakan sihir sendiri.

Hiroshi duduk di meja kerja dan mengeluarkan catatannya, menulis pengamatan dan ide-idenya tentang bagaimana dia mungkin bisa beradaptasi dan membantu desa, meskipun dia tidak bisa menggunakan sihir.

Dia memutuskan untuk fokus pada apa yang bisa dia lakukan: menggunakan keterampilan strateginya, pengetahuan teknologinya, dan keahlian tempurnya untuk melindungi dan membantu penduduk desa dengan cara lain.

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!