NovelToon NovelToon
Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Status: tamat
Genre:Tamat / Pemain Terhebat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Pak Woto, petani sederhana di Banjarnegara, menjalani hari-harinya penuh tawa bersama keluarganya. Mulai dari traktor yang 'joget' hingga usaha konyol menenangkan cucu, kisah keluarga ini dipenuhi humor ringan yang menghangatkan hati. Temukan bagaimana kebahagiaan bisa hadir di tengah kesibukan sehari-hari melalui cerita lucu dan menghibur ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Viral Sampai Istana - Pak Jokowi Tertawa Terpingkal-pingkal

Malam itu, setelah kegemparan komentar dari Pak Jokowi, keluarga Pak Woto akhirnya mulai terbiasa dengan kehebohan baru mereka. Puthut dan Marni sibuk memantau YouTube Studio, sementara Pak Woto dan Bu Sisur hanya bisa tersenyum bangga. Namun, ada satu hal yang terus membuat keluarga itu semakin tidak sabar—channel mereka semakin meledak dan kini mendekati satu juta subscribers!

"Pak, lihat nih! Subscribers kita sekarang udah 980 ribu lebih. Cuma tinggal dikit lagi tembus satu juta!" seru Marni penuh semangat, memperlihatkan layar ponselnya kepada Pak Woto.

Pak Woto, yang sedang duduk santai di teras sambil minum kopi, mengangguk perlahan. "Wah, cepet banget ya. Dulu bikin video cuma buat seru-seruan, eh, sekarang mau tembus sejuta. Gila bener."

Puthut yang duduk di sebelahnya juga tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. "Sayang, kita harus siap-siap nih, siapa tau ada undangan dari YouTube untuk perayaan sejuta subscribers. Mungkin kita dikasih penghargaan Silver Play Button!"

Marni tertawa kecil sambil menggeleng. "Nggak cuma Silver Play Button, Puthut. Kalo udah sejuta, kita dapet Gold Play Button, lho. Bayangin, kita simpen di ruang tamu biar semua orang yang datang bisa lihat."

Bu Sisur yang baru keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi gorengan, ikut menimpali. "Eh, kalian ini ngomongin apa sih dari tadi? Kok kayak anak kecil dapet permen aja?"

Pak Woto tersenyum sambil menjelaskan. "Bu, kita ini bentar lagi channel YouTube kita tembus satu juta subscribers. Kamu tau nggak, artinya? Kita bakal dapet penghargaan dari YouTube."

Bu Sisur mengernyit, masih agak bingung. "Halah, penghargaan apaan? Apa yang penting dari itu? Yang penting kan sawah kita tetap subur, padi kita tumbuh bagus, dan kita bisa panen lagi."

Marni terkekeh. "Bu, ini penghargaan internasional, lho. Dari YouTube. Kalau udah dapet Gold Play Button, kita bisa makin terkenal. Belum lagi penghasilan dari iklan juga makin gede."

Mendengar itu, Bu Sisur sedikit tersentak. "Oh gitu ya? Penghasilannya makin besar? Wah, kalau gitu bagus juga! Hehe, siapa tau nanti kita bisa beli sawah lagi atau renovasi rumah lebih mewah."

Pak Woto tertawa keras. "Hahaha! Iya, Bu. Siapa tau kita bisa bikin kolam renang lebih besar lagi. Tapi kali ini airnya harus hangat, biar nggak kedinginan kayak waktu pertama nyoba kemarin."

Mereka semua tertawa mengenang kejadian lucu ketika pertama kali mencoba kolam renang baru yang airnya ternyata sangat dingin, membuat Pak Woto dan Puthut menggigil hingga melompat keluar sambil berteriak.

Tak lama kemudian, notifikasi dari YouTube Studio berbunyi lagi. Marni dengan cepat mengecek ponselnya. "Eh, ini nih! Subscriber kita sekarang udah 995 ribu! Tinggal lima ribu lagi!"

Puthut melompat kegirangan. "Wah, ini sih sebentar lagi! Mungkin besok pagi udah tembus sejuta!"

Pak Woto tampak antusias tapi tetap tenang. "Wah, ini memang luar biasa. Kalau gitu, kita harus siap-siap bikin video spesial buat merayakan sejuta subscribers. Mungkin video panen padi dengan tema baru?"

Marni mengangguk setuju. "Iya, Pak. Kita bisa bikin video panen dengan sedikit sentuhan komedi, biar lebih seru. Siapa tau Pak Jokowi nonton lagi dan komen, hahaha!"

Bu Sisur tiba-tiba menyela dengan ide kocaknya. "Eh, gimana kalau video panennya sambil nyanyi dangdut di tengah sawah? Pasti lebih lucu dan viral!"

Mendengar itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Wah, ide bagus juga tuh, Bu! Nanti kita ajak Puthut nyanyi sambil pegang sabit, biar makin heboh!"

Suasana rumah semakin riuh dengan candaan dan rencana-rencana lucu mereka untuk konten baru. Sambil menunggu subscriber mencapai satu juta, mereka pun bersiap-siap membuat video yang lebih kreatif dan menghibur.

Malam itu, keluarga Pak Woto merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dari sebuah desa kecil, kini mereka dikenal banyak orang di seluruh Indonesia, bahkan presiden pun pernah ikut menonton video mereka. Kehidupan mereka mungkin sederhana, tapi rasa syukur dan kebahagiaan terus mengalir. Mereka siap untuk menghadapi masa depan dengan semangat baru dan penuh tawa.

Setelah malam penuh tawa karena komentar Pak Jokowi, keluarga Pak Woto bangun dengan semangat baru. Pagi itu, mereka masih merasa terkejut sekaligus bangga karena video sederhana tentang kehidupan pertanian mereka bisa menembus beranda Presiden RI.

"Ya Allah, Pak! Pak Jokowi nonton video kita!" seru Marni sambil menatap suaminya, Pak Woto, dengan wajah yang masih tidak percaya.

Pak Woto yang sedang menikmati secangkir kopi tersenyum santai, "Lha iya, Bu. Rejeki ora nyangka, saiki jadi petani aja bisa viral."

Puthut yang mendengar obrolan orang tuanya menimpali, "Wah, kalo gitu nanti kita bikin konten khusus ucapan terima kasih buat Pak Jokowi, ya, Bu!"

"Setuju, Mas!" jawab Marni dengan antusias.

Kanza yang sudah semakin besar, kini sudah berumur enam tahun, berlarian di sekitar mereka sambil membawa handphone kecil miliknya, "Ibu, Bapak, subscriber kita udah mau sejuta, lho!" Kanza berteriak girang sambil menunjuk layar ponselnya.

Mendengar itu, Marni langsung menoleh ke arah Kanza dengan terkejut, "Hah? Sejuta?" Dia buru-buru mengambil ponsel dari tangan Kanza dan mengecek dashboard YouTube mereka. Benar saja, jumlah subscriber mereka sudah mencapai angka 998.753.

"Waduh, tinggal dikit lagi sejuta! Apa yang mau kita bikin buat merayakannya, Pak?" tanya Marni sambil menggoyangkan bahu Pak Woto.

Pak Woto hanya tertawa kecil dan menggaruk kepala, "Waduh, kok malah aku yang disuruh mikir. Ya udah, bikin konten panen aja. Tapi kali ini kita panennya pakai baju adat Jawa biar makin menarik!"

Semua langsung setuju dengan ide itu. Tanpa membuang waktu, mereka segera bersiap-siap menuju ladang. Marni sibuk mempersiapkan baju adat untuk semua anggota keluarga. Pak Woto dan Puthut mengenakan beskap, sementara Marni dan Kanza memakai kebaya lengkap dengan sanggul.

Sebelum berangkat, mereka sempat bercanda. "Pak, Puthut, jangan sampe pas metik padi, kainnya kepanjangan terus kepleset ya," canda Marni sambil tertawa.

Puthut yang sedikit canggung dengan pakaiannya, hanya mengangkat kedua tangannya, "Aduh, Bu, kayaknya kalo kepleset beneran bisa langsung jadi konten komedi, nih!"

Sesampainya di ladang, suasana langsung berubah menjadi serius. Mereka mulai merekam video sambil bekerja. Namun, tetap saja tingkah lucu dari masing-masing anggota keluarga membuat suasana penuh tawa. Pak Woto yang mencoba terlihat gagah dengan baju beskapnya malah kesulitan mengangkat sabit karena lengannya terlalu ketat oleh kain beskap.

"Pak, sabitnya kok berat amat?" tanya Puthut sambil menahan tawa.

"Lha iya, malah ini beskap bikin keringetan mulu," keluh Pak Woto, membuat yang lain tertawa terbahak-bahak.

Ketika proses panen hampir selesai, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Awalnya mereka mengira hujan akan turun, tetapi ternyata itu adalah suara helikopter yang lewat. Semua terdiam sejenak, hingga Puthut dengan bercanda berkata, "Wah, mungkin Pak Jokowi mau mampir panen bareng kita!"

Tawa langsung meledak lagi di antara mereka. Meski candaan Puthut membuat suasana ceria, mereka tetap semangat menyelesaikan panen dan merekam setiap momen lucu yang terjadi di ladang.

Setelah selesai panen, mereka kembali ke rumah untuk mengedit video. Malam harinya, Marni membuka dashboard YouTube lagi dan matanya terbelalak, "Ya Allah, Pak! Subscriber kita udah sejuta!"

Pak Woto, Puthut, dan Kanza langsung berkumpul mengelilingi Marni yang sedang memegang ponselnya. Semua tak percaya melihat angka satu juta yang kini terpampang jelas di layar. Suasana rumah mendadak riuh dengan sorakan kebahagiaan.

Pak Woto kemudian berdiri dan mengangkat kedua tangannya ke udara, "Alhamdulillah! Kita berhasil! Subhanallah, siapa yang sangka keluarga petani kaya kita bisa punya sejuta subscriber!"

Kanza pun ikut berteriak, "Yeay! Kita artis YouTube sekarang!"

Marni, yang biasanya tenang, kali ini tampak begitu bersemangat. "Pak, kita harus bikin video ucapan terima kasih buat semua yang nonton video kita. Kita bikin yang keren, ya!" katanya dengan mata berbinar-binar.

Dengan penuh semangat, mereka merencanakan video ucapan terima kasih untuk semua subscriber yang telah mendukung mereka selama ini. Sementara itu, mereka juga bersiap untuk menyambut kemungkinan-kemungkinan baru yang datang dari pencapaian besar ini.

Malam itu, mereka tidur dengan senyum lebar di wajah masing-masing. Perjalanan panjang mereka sebagai petani yang viral terus berlanjut, dan kini mereka siap menapaki babak baru sebagai "keluarga petani YouTuber" yang sukses.

Pagi itu, keluarga Pak Woto bangun dengan semangat yang sama seperti malam sebelumnya, namun kali ini lebih besar. Setelah mencapai sejuta subscriber di YouTube, mereka merasakan ada banyak perubahan dalam hidup mereka. Meskipun tetap menjalani kehidupan sebagai petani, kini mereka punya sorotan lebih dari masyarakat, bahkan hingga kalangan atas.

Setelah sarapan bersama, Marni mengecek kembali ponselnya. "Wah, Pak, lihat ini! Banyak banget yang kasih ucapan selamat. Bahkan ada brand yang nawarin kerjasama!" seru Marni penuh antusias.

Pak Woto yang sedang menyeruput kopi hanya mengangguk pelan. "Alhamdulillah, Bu. Tapi ojo lupa ya, kita kan tetep petani. Jangan sampe lupa ladang," katanya sambil tersenyum penuh arti.

Puthut, yang mendengar obrolan itu, menyahut, "Pak, kalo kita makin terkenal, gimana kalo kita bikin vlog tentang kehidupan di desa. Orang-orang kan suka yang alami-alami sekarang!"

Pak Woto manggut-manggut, "Wah, bener juga itu, Tut. Tapi inget ya, jangan sampe kita jadi lupa diri."

Setelah sarapan, mereka sepakat untuk mengecek proyek renovasi rumah yang sudah rampung. Ketika sampai di depan rumah, mereka tak bisa menahan senyum. Rumah mereka kini bak istana. Dengan kolam renang, halaman luas, dan dekorasi yang modern namun tetap kental dengan nuansa desa, rumah itu memancarkan kesan yang elegan.

"Buset, Bu, ini rumah apa istana? Bisa-bisa tetangga kira kita udah jadi orang kaya raya beneran," canda Puthut sambil tertawa.

Marni tertawa sambil memeluk suaminya, "Wah, Pak. Ini semua berkat kerja keras kita bertahun-tahun. Tapi ya ampun, ini lebih bagus dari yang aku bayangin!"

Saat mereka menikmati hasil renovasi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah gerbang. Seorang tetangga yang baru pulang dari merantau selama dua tahun tampak terbelalak melihat rumah megah tersebut. Dia berhenti sejenak, menatap istana baru keluarga Pak Woto.

"Buset! Istana siapa ini? Kok di desa ada rumah kayak gini?" gumamnya keras-keras, tanpa menyadari bahwa itu adalah rumah Pak Woto.

Pak Woto yang melihat tetangganya itu hanya tertawa kecil dan menyahut, "Lho, ini rumah saya, Mas! Jangan kaget, ya. Ini hasil dari panen, kerja keras, dan... YouTube!"

Tetangga itu mendekat sambil menggeleng-geleng tak percaya. "Ya ampun, Pak Woto. Saya pergi merantau dua tahun, pulang-pulang rumah panjenengan udah kayak istana. Keren banget!"

Pak Woto tersenyum lebar, "Lha iya, rejeki memang nggak bisa ditebak. Tapi ya tetep, saya ini petani, Mas. Cuma sekarang ada sambilan bikin video."

Mereka pun ngobrol sebentar, sampai akhirnya tetangga itu pamit dengan penuh kekaguman. Setelah itu, keluarga Pak Woto masuk ke dalam rumah dan melihat-lihat bagian dalamnya. Mereka semua sepakat bahwa hasil renovasi ini jauh melebihi ekspektasi.

"Kapan kita coba kolam renangnya, Pak?" tanya Kanza dengan mata berbinar-binar.

"Ya udah, sekarang aja. Coba dicek dulu airnya dingin apa nggak," jawab Pak Woto sambil tersenyum.

Puthut, yang penasaran, langsung mendekati kolam renang dan menyentuh airnya. Seketika ia berteriak, "Waduh! Dingin banget, Pak! Ini kolam renang apa kulkas?!"

Semua tertawa melihat reaksi Puthut. Pak Woto, yang penasaran, ikut mencoba mencelupkan tangannya ke air. "Walah, bener, dingin banget! Ini sih kalo mandi di sini, bisa kaku kita," candanya.

Tapi Marni, yang sudah siap dengan baju renangnya, tampak tidak peduli. "Ya dingin sedikit nggak papa, yang penting kita punya kolam renang di rumah sendiri!" katanya sambil nyebur ke kolam. Suara teriakan kecilnya yang kaget dengan dinginnya air membuat semuanya tertawa.

Mereka pun akhirnya memutuskan hanya mencoba kolam sebentar, karena memang airnya terlalu dingin untuk dinikmati dalam waktu lama. Meski begitu, mereka tetap merasa bahagia bisa menikmati fasilitas baru di rumah mereka.

Malam harinya, setelah seharian sibuk mencoba kolam renang dan menikmati rumah baru, mereka duduk bersama di ruang keluarga. Marni, seperti biasa, membuka dashboard YouTube untuk mengecek perkembangan terbaru channel mereka. Saat itulah, ia melihat sebuah notifikasi yang membuatnya kaget.

"Waduh, Pak! Lihat ini, subscriber kita makin naik. Sekarang udah 1.1 juta!" serunya dengan wajah yang tak percaya.

Pak Woto yang sedang menonton TV mengalihkan pandangannya ke ponsel Marni, "Ya Allah, cepet banget naiknya. Alhamdulillah, rejeki lagi nih."

Kanza yang sedang bermain di lantai ikut melihat layar ponsel ibunya. "Ibu, kok banyak yang komen lucu-lucu ya. Bahkan ada yang bilang video kita bikin mereka ketawa sampe nangis."

Marni tertawa kecil, "Lha, iya. Soalnya video kita memang apa adanya, gak dibuat-buat. Orang-orang suka yang kayak gitu, Kan."

Di tengah percakapan itu, tiba-tiba Marni melihat notifikasi komentar yang datang dari akun dengan nama "Joko Widodo". Ia langsung terdiam sejenak, berpikir bahwa itu hanya akun parodi.

"Tapi... tunggu dulu, Pak... ini beneran Pak Jokowi yang komen?" tanyanya sambil menunjuk layar.

Pak Woto yang mendengar itu langsung mendekat, "Lho, beneran ini? Coba dilihat komennya!"

Marni membuka kolom komentar dan benar saja, komentar itu berasal dari akun resmi Presiden RI. "Terima kasih sudah memberikan hiburan yang segar, saya dan keluarga menikmati video-video kalian. Tetap semangat, ya. Salam dari Istana!" tulis Pak Jokowi di kolom komentar.

Seketika, suasana di ruang keluarga berubah. Mereka semua terkejut dan tak bisa menahan tawa serta rasa bangga. "Wah, Pak Jokowi aja nonton video kita. Ini sih udah bukan viral biasa!" seru Puthut dengan semangat.

Malam itu ditutup dengan tawa dan kebanggaan. Keluarga Pak Woto kini siap menghadapi hari-hari ke depan dengan semangat baru, sebagai petani yang telah menjadi viral hingga ke beranda Presiden.

1
Los Dol TV
hadir kunjung thor
ATAKOTA_
bagus sekali
DJ. Esa Sandi S.: makasih kaka
total 1 replies
anggita
like👍+dukungan iklan buat pak Woto☝yg lagi di sawah.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe makasih mbak Anggita.. moga-moga rejekimu lancar ya .. tambah iman dan takwa.. aamiin
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!